Apa Bedanya Selingkuh Emosional dengan Teman tapi Mesra? Kenali Tanda-tandanya
Mia Della Vita April 13, 2025 06:34 PM

Grid.ID- Tidak semua perselingkuhan terjadi di ranjang. Dalam banyak kasus, hubungan emosional yang intens dengan orang ketiga bisa menyakiti lebih dalam dari sekadar perselingkuhan fisik.

Inilah yang disebut sebagai selingkuh emosional, sebuah bentuk perselingkuhan yang kerap tak disadari tapi bisa meretakkan fondasi hubungan secara perlahan. Lantas, apa bedanya selingkuh emosional dengan TTM (teman tapi mesra)?

Apa Itu Selingkuh Emosional?

Mengutip Brides.com, Minggu (13/4/2025), selingkuh emosional adalah keterikatan emosional yang mendalam dengan seseorang di luar hubungan utama, yang mengancam keintiman emosional pasangan. Bentuk perselingkuhan ini tidak melibatkan kontak fisik seperti berciuman atau berhubungan seksual, namun dampaknya bisa sama merusaknya.

Dalam konteks hubungan monogami, selingkuh emosional terjadi saat seseorang berbagi pemikiran pribadi, perasaan romantis, atau rahasia dengan orang lain-hal-hal yang seharusnya hanya dibagikan dengan pasangan.

Menurut psikolog klinis Dr. Elizabeth Carr, selingkuh emosional bisa menjadi awal kehancuran sebuah hubungan. “Lama kelamaan, ini bisa mengikis kepercayaan dan menciptakan rasa sakit serta konflik dalam hubungan,” ujarnya.

Selingkuh Emosional vs. TTM (Teman Tapi Mesra)

Mungkin Anda bertanya-tanya, apa yang membedakan perselingkuhan emosional dengan persahabatan platonis seperti teman tapi mesra? Meskipun sekilas tampaknya ada garis tipis di antara keduanya, perselingkuhan emosional melibatkan niat dan eksklusivitas emosional, yang tidak ditemukan dalam hubungan platonis.

Dalam sebuah persahabatan platonis,interaksi biasanya diketahui oleh kedua belah pihak dan tidak melibatkan rahasia. Juga, interaksinya tidak mengurangi atau bersaing dengan tingkat keintiman dalam hubungan utama seseorang.

Hal ini, menurut Carr, menjadi ciri khas hubungan pertemanan yang sehat.Sebaliknya, perselingkuhan emosional mencakup elemen-elemen seperti kerahasiaan dan keintiman emosional.

Hubungan ini secara perlahan menyita waktu dan energi seseorang, menggantikan kedekatan yang seharusnya hanya dimiliki oleh pasangan sah. Hubungan ini dapat dimulai dari pertemanan biasa, namun berubah menjadi intens secara emosional dan penuh rahasia.

“Dalam pertemanan platonik, tidak ada elemen rahasia atau persaingan terhadap hubungan utama,” jelas Carr. “Namun, dalam selingkuh emosional, ada unsur ketergantungan emosional dan kedekatan yang bisa mengancam ikatan pasangan.”

Selingkuh Emosional vs. Micro-Cheating

Perlu juga dibedakan antara selingkuh emosional dan micro-cheating. Micro-cheating mencakup tindakan kecil seperti menggoda orang lain, menyembunyikan interaksi dengan mantan, atau melepas cincin kawin saat di tempat umum.

Meski tampak sepele, tindakan-tindakan ini tetap melanggar batas kepercayaan. Bedanya, micro-cheating bersifat sesaat dan dangkal, sementara selingkuh emosional adalah hubungan yang intens dan berlangsung lama.

Tanda-Tanda Selingkuh Emosional

Perselingkuhan emosional sering kali sulit dikenali, terutama karena tidak ada bukti fisik yang nyata seperti dalam perselingkuhan fisik. Namun, bentuk perselingkuhan ini tetap membawa dampak serius bagi hubungan.

Mengutip Clevelandclinic.org, salah satu tanda paling mencolok adalah sering memikirkan orang lain sepanjang hari dan merasa antusias setiap kali berinteraksi dengan orang tersebut. Tidak jarang, perasaan ini kemudian berkembang menjadi fantasi romantis atau seksual tentang orang ketiga.

Membandingkan pasangan dengan orang ketiga sering kali menjadi langkah berikutnya, di mana pasangan dianggap kurang baik dibandingkan orang lain. Hal ini diperparah dengan perilaku menyembunyikan pesan, panggilan, atau aktivitas media sosial yang melibatkan orang ketiga.

Ketika nama orang tersebut disebut, individu yang berselingkuh secara emosional cenderung bersikap defensif. Bahkan, ia mudah marah atau kesal pada pasangan setelah berinteraksi dengan orang lain itu.

Selain itu, perselingkuhan emosional ditandai dengan berbagi hal-hal penting dengan orang ketiga yang tidak dibagikan kepada pasangan. Ketergantungan emosional pada orang lain ini juga sering terlihat ketika seseorang lebih memilih curhat kepada orang ketiga daripada pasangan, bahkan saat masalah tersebut menyangkut pasangan sendiri.

Perasaan ini dapat menyebabkan kehilangan minat berhubungan seksual dengan pasangan, namun di sisi lain muncul ketertarikan seksual terhadap orang lain. Beberapa orang bahkan berhubungan intim dengan pasangan tanpa adanya keterlibatan emosional.

Dampak lain yang sering muncul adalah berhenti menyampaikan kebutuhan dalam hubungan dan tidak lagi terlibat dalam percakapan mendalam dengan pasangan. Menurut psikolog Dr. Childs, perselingkuhan emosional sering kali memiliki ciri khas rasa “jatuh cinta” yang mirip dengan fase awal hubungan romantis.

Ada perasaan deg-degan, euforia, dan energi yang tercurah kepada orang lain. Inilah yang dapat membuat hubungan utama menjadi terbengkalai, sehingga memperburuk hubungan dengan pasangan.

Mengapa Selingkuh Emosional Berbahaya?

Meski tidak melibatkan tubuh, selingkuh emosional bisa menghancurkan kepercayaan dan koneksi dalam hubungan. Pasangan bisa merasa dikhianati karena kebutuhan emosional yang seharusnya dipenuhi oleh mereka justru diberikan kepada orang lain.

Ini bisa menimbulkan rasa tidak aman, kecemburuan, dan bahkan depresi. Selain itu, karena sifatnya yang samar dan sering dianggap “tidak serius”, banyak pelaku selingkuh emosional tidak merasa bersalah.

Padahal, bagi korban, rasa sakitnya bisa sama—atau bahkan lebih—dibandingkan perselingkuhan fisik. Lantas, bagaimana jika Anda mengalaminya?

Jika Anda menyadari bahwa Anda atau pasangan mungkin terlibat dalam selingkuh emosional, langkah pertama adalah komunikasi terbuka. Akui perasaan yang ada, tentukan batasan yang sehat dalam hubungan, dan jika perlu, cari bantuan profesional seperti konselor pernikahan.

Selingkuh—baik fisik maupun emosional—merupakan bentuk perselingkuhan yang perlu dihadapi dengan kesadaran dan niat baik untuk memperbaiki. Karena pada akhirnya, keintiman emosional adalah pondasi dari hubungan yang sehat, dan ketika pondasi itu terguncang, seluruh bangunan cinta bisa runtuh.

Jadi, patut diingat, selingkuh emosional bukan sekadar godaan sesaat, tapi bentuk pengalihan keintiman emosional yang sangat serius. Dalam dunia digital dan hubungan modern, batas-batas antara persahabatan dan perselingkuhan semakin kabur.

Namun, dengan kejujuran, komunikasi, dan komitmen, hubungan bisa tetap kuat dan terhindar dari jebakan perselingkuhan emosional. Semoga informasi ini membantu!

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.