SURYA.CO.ID, JEMBER - Perempuan berinisial DF (31) dan SN (23) diperiksa polisi, pasalnya diduga kuat telah mengarang cerita jadi korban pembegalan sepeda motor di Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim).
Kapolres Jember, AKBP Bobby Adimas Condroputra mengungkapkan, perkara ini bermula dari beredarnya unggahan di media sosial (medsos) yang menginformasikan adanya aksi pembegalan terhadap 2 perempuan di Kecamatan Bangsalsari.
"Postingan itu menyebutkan, bahwa korban tak sadarkan diri usai menjadi korban begal, lengkap dengan video yang memperlihatkan seorang wanita terbaring di ruang IGD Puskesmas Sukorejo," ujar AKBP Bobby, Jumat (18/4/2025).
Melihat laporan cyber tersebut, Bobby mengaku langsung mengintruksikan jajaran Polsek Bangsalsari Jember untuk melakukan penyelidikkan, dan mendatangi Puskesmas tempat dua perempuan ini dirawat.
"Hasil penelusuran, polisi menemukan bahwa tidak pernah terjadi pembegalan. 2 perempuan tersebut rupanya tengah terlibat dalam transaksi jual beli sepeda motor," ucapnya.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh penyidik, lanjut Bobby, awalnya perempuan berinisial DF menjual sepeda motor Honda Vario milik orang tuanya tanpa ijin.
"Tanpa seijin orang tuanya menjual sepeda motor Honda Vario kepada seorang pembeli berinisial HB, seharga Rp 17.300.000," ungkapnya.
Namun, karena Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) sepeda motor matic tersebut masih ditahan pihak Bank, imbuh Bobby, pembeli itu hanya mau membeli seharga Rp 9.000.000.
"DF sengaja menjual sepeda motor orang tuanya itu, untuk memenuhi kebutuhan dan membayar hutang," jelasnya.
Sementara, untuk menghindari omelan orang tuanya, Bobby juga mengungkapkan, DF mengajak SN merekayasa cerita seolah-olah menjadi korban pembegalan.
"Kedua perempuan tersebut saat ini masih memberikan klarifikasi kepada pihak kepolisian Polsek Bangsalsari, terkait kebohongan yang mereka buat," imbuhnya.
Adanya kasus ini, Bobby meminta masyarakat untuk waspada terhadap postingan yang beredar di medsos, supaya tidak terkecoh dengan informasi sesat.
"Kami mengimbau masyarakat untuk tidak mudah mempercayai informasi di media sosial tanpa verifikasi yang jelas," tuturnya.