BANJARMASINPOST.CO.ID - Lagi-lagi aksi ular piton membuat resah warga. Kali ini menimpa warga di Kabupaten Muna Barat (Mubar), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).
Mereka menangkap seekor ular piton berukuran enam meter lebih saat hendak memangsa anak sapi.
Tepatnya, peristiwa tersebut terjadi di Desa Lindo, Kecamatan Wadaga, Kamis (17/4/2025) malam.
Seorang warga bernama Alamin menyampaikan keberadaan ular piton tersebut diketahui saat anak sapi yang diikat di belakang rumah meraung.
Saat melihat sapi tersebut, ternyata sudah ada ular piton yang berada di dekat hewan ternaknya.
"Awalnya sapi ribut di belakang rumah, saat saya cek ternyata sudah ada ular di dekat sapi," ujarnya saat diwawancarai TribunnewsSultra.com.
Melihat keselamatan sapinya terancam, Alamin langsung melukai ular tersebut menggunakan parang miliknya hingga tak berdaya.
Berdasarkan pantauan TribunnewsSultra.com, terlihat ular piton tersebut memiliki beberapa luka tebas di badannya.
Terlihat ular piton yang diperkirakan memiliki panjang enam meter tersebut sudah berada di pinggir jalan.
Tampak terdengar suara histeris dari warga sekitar saat menyaksikan ular besar tersebut yang berada di pinggir jalan.
Sebelumnya, peristiwa ular piton yang menyerang manusia makin sering terjadi. Ular piton dengan ukuran 'raksasa' melilit bahkan menelan manusia.
Beberapa tahun ini, peristiwa itu sering terjadi di Indonesia. Terbaru menimpa seorang ibu rumah tangga berinisial WS (55), warga Desa Winning, Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara (Sultra), ditemukan tewas setelah dililit ular piton, Rabu (9/4/2025) malam.
Peristiwa tragis ini pertama kali diketahui oleh anak kandung korban sendiri.
WS diketahui pergi ke kebun sejak Rabu pagi untuk beraktivitas seperti biasa. Namun hingga sore menjelang malam, korban tak kunjung kembali ke rumah. Hal tersebut membuat keluarganya cemas.
“Biasanya sudah pulang jam 4 atau jam 5 sore, ini sudah jam 6 belum pulang, makanya kita naik susul,” kata anak korban, S (34), saat ditemui di rumah duka, Jumat (11/4/2025).
S mengungkapkan, adiknya yang sebelumnya ikut ke kebun dengan sang ibu sempat menunggu, tetapi kemudian memutuskan pulang karena tak menemukan WS.
“Dia menunggu hanya karena tidak ketemu, dia pulang duluan. Dia kira baku salah jalan atau ibu balik duluan, ternyata sampai di sini tidak ada,” jelasnya.
Merasa khawatir, S dan adiknya kemudian mengajak tetangga untuk kembali menyusuri kebun.
Hingga akhirnya, mereka menemukan tubuh WS dalam kondisi mengenaskan—sudah tidak bernyawa dan dililit erat oleh seekor ular piton besar.
“Karena terkena senter, ularnya berjaga kembali, adik saya itu berteriak lalu memotong. Saya datang cepat-cepat mi bantu saya punya adek ini,” ujar S.
Dalam video amatir yang beredar, tampak tangis pecah saat anak korban memotong tubuh ular yang masih melilit ibunya.
Rasa takut seolah lenyap, tergantikan amarah dan duka mendalam.
“Bukan perasaan takut, tapi lebih ke marah karena melihat kita punya orangtua ini,” ucap S sambil menahan air mata.
Jenazah WS kemudian dievakuasi dan dimakamkan pada Kamis (10/4/2025), tak jauh dari rumah duka.
Kapolsek Pasarwajo, Iptu Hardin, membenarkan insiden tersebut. Ia mengatakan bahwa korban ditemukan dalam kondisi tubuh dililit ular piton, dengan kepala sudah berada di dalam mulut ular.
“Pada Rabu (9/4/2025), korban WS meninggalkan rumah untuk melakukan aktivitasnya berkebun. Hingga sore hari belum pulang ke rumah, akhirnya disusul oleh anaknya ke kebun,” jelas Iptu Hardin, Jumat (11/4/2025).
Saat pencarian pertama, anak korban hanya menemukan keranjang yang biasa digunakan ibunya di kebun. Ia lalu kembali ke kampung untuk meminta bantuan saudara dan tetangga.
Selanjutnya, pencarian dilakukan oleh LF, ME, dan LA. Ketiganya akhirnya menemukan tubuh WS dalam kondisi telah dililit ular piton.
“Tubuh korban tak berdaya, serta kepalanya telah berada di mulut ular tersebut yang bersiap untuk menelan. Hingga akhirnya kepala ular tersebut ditebas menggunakan parang milik anak korban,” tambah Hardin.
Setelah berhasil dilepaskan dari lilitan ular, jenazah WS dibawa pulang ke rumah untuk dimakamkan keesokan harinya.
Suasana duka masih menyelimuti rumah keluarga korban. Wajah-wajah pilu dan mata sembab tampak jelas di antara keluarga yang ditinggalkan.
Sang suami masih terlihat terpukul, beberapa kali menitikkan air mata ketika mengenang kepergian istrinya. Anak-anak korban pun tak kuasa menahan tangis, terlebih yang pertama kali menemukan sang ibu di lokasi kejadian.
“Masih seperti mimpi,” ucap salah satu anggota keluarga dengan suara parau.
Peristiwa ini mengundang perhatian masyarakat sekitar yang ikut membantu evakuasi.
Dalam rekaman video, tampak warga berkerumun di sekitar semak belukar tempat korban ditemukan, sementara seorang wanita menangis histeris melihat kondisi WS yang mengenakan baju kuning telah terbujur kaku.
Ular piton, yang dikenal sebagai raja lilit, memiliki teknik berburu yang unik dan mematikan.
Berbeda dengan jenis ular lainnya yang menggunakan bisa untuk melumpuhkan mangsanya, piton membelitkan tubuhnya ke badan mangsa hingga kehabisan napas.
Lalu, bagaimana cara melepaskan diri dari lilitan ular piton?
Dokter hewan di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Boedi Setiawan MP drh, menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk terbebas dari lilitan piton adalah menggunakan senjata tajam.
"Senjata tajam itu mampu melukai ular piton dan membuat lilitannya meregang. Pada saat itulah bisa menyelamatkan diri," ungkap pria yang akrab disapa Cak Boeseth itu, Rabu (16/4/2025).
Setelah berhasil melepaskan diri, Cak Boeseth menyarankan agar korban segera dilarikan ke rumah sakit atau puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Ia juga mengingatkan agar tidak memasuki hutan sendirian dan mempersiapkan perlengkapan keselamatan, seperti topi penjelajah, P3K, serta senjata tajam untuk perlindungan diri.
"Selalu berhati-hati juga dengan keadaan sekitar," tambahnya.
Lebih lanjut, Cak Boeseth menjelaskan bahwa piton menggunakan teknik membelit untuk membunuh dan meremukkan tulang mangsanya sebelum memakannya.
Pada kesempatan berbeda, pakar herpetofauna Universitas Brawijaya (UB) Nia Kurniawan juga mengungkapkan hal serupa.
Ia menjelaskan bahwa piton akan melilitkan tubuhnya ke badan mangsa hingga kehabisan napas, memastikan jantung mangsa berhenti berdetak sebelum mulai memakan dari bagian kepala.
"Karena piton itu tubuhnya besar, jadi dia tidak bisa mengejar mangsa. Trik yang dia gunakan adalah dengan naik ke tempat yang tinggi, lalu akan menjatuhkan tubuhnya ke atas badan mangsa dan mulai membelit," ungkap Kurniawan.
Meskipun tidak memiliki bisa, piton memiliki 15 hingga 20 gigi kecil yang mengarah ke dalam, lebih banyak dibandingkan ular jenis lain.
Ketika piton mulai memakan mangsanya, ukuran kulitnya dapat melebar antara dua hingga tiga kali lipat dari ukuran tubuh aslinya.
Selain itu, di dalam tubuh piton terdapat organ Jacobson atau organ vomeronasal yang berfungsi untuk mendeteksi bau dan feromon.
"Jadi secara tidak langsung, piton dapat 'menghitung kalori' mangsanya dengan menandai panas tubuh mangsanya," kata Kurniawan.
Setelah menyantap mangsanya, piton akan berpuasa selama kurang lebih satu bulan sambil mencari tempat yang hangat dan kering.
Mangsa favorit piton meliputi anjing, babi hutan, dan sapi, yang memiliki ukuran sepuluh kali lipat lebih besar dibandingkan tubuhnya.
"Jadi ular piton justru tidak begitu tertarik dengan tikus, katak, atau hewan pengerat lainnya," terangnya.
Namun, manusia juga bisa menjadi sasaran piton saat ular tersebut merasa sangat kelaparan dan tidak ada mangsa lain.
Hal ini sering kali disebabkan oleh kerusakan habitat asli piton, yang memaksa mereka berpindah ke area pemukiman yang lebih kering dan hangat.
"Kalau habitat aslinya sudah rusak, maka otomatis hewan yang menjadi mangsa mereka juga berkurang," pungkasnya.
Jika menemukan ular piton di dalam rumah, Kurniawan menyarankan agar tidak membunuhnya dan segera menghubungi petugas berwenang untuk mengembalikannya ke habitat aslinya.
"Kalau dibunuh, maka akan menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem. Jumlah anjing, tikus, babi hutan, dan hewan lainnya agar tidak terlalu banyak," tutupnya.
(Banjarmasinpost.co.id/Kompas.com/TribunnewsSultra.com)