Menteri Kebudayaan Apresiasi Brawijayan Tosan Aji Fest 2025: Wujud Nyata Komitmen Pemajuan Budaya dari Kampus
GH News April 19, 2025 09:06 PM

TIMESINDONESIA, MALANGMenteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan Brawijayan Tosan Aji Fest 2025. Sebuah festival budaya berskala internasional yang digelar di Universitas Brawijaya.

Acara ini menjadi momentum penting dalam menguatkan peran perguruan tinggi sebagai penggerak pemajuan kebudayaan nasional.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menyebut festival ini bukan hanya menjadi ajang pameran benda pusaka, tetapi juga menjadi ruang edukasi publik dan wahana pelestarian nilai-nilai budaya Indonesia. Ia menekankan pentingnya keterlibatan aktif institusi pendidikan tinggi dalam menjaga dan merawat warisan budaya bangsa.

“Event ini adalah wujud nyata bahwa perguruan tinggi memiliki perhatian besar terhadap pemajuan kebudayaan. Ini bukan sekadar kegiatan seremoni, tetapi sebuah gerakan budaya yang hidup, yang melibatkan generasi muda,” kata Fadli Zon, Sabtu (19/4/2025).

Festival yang berlangsung sejak Jumat (18/4/2025) itu diramaikan oleh berbagai agenda kebudayaan, mulai dari pameran keris nusantara, pertunjukan seni tradisional dan kontemporer, diskusi budaya, hingga penyerahan simbolik keris pusaka oleh para empu dari Malang.

Salah satu momen paling sakral adalah pemberian keris Kanjeng Kyai Garudea Nuswantoro kepada negara yang diterima langsung oleh Fadli Zon.

“Mudah-mudahan keris ini menjadi simbol kemajuan Indonesia, apalagi tahun ini kita memperingati usia ke-80 kemerdekaan bangsa. Keris adalah manifestasi seni adiluhung, yang memadukan unsur fisik dan nonfisik, tangible dan intangible,” jelas Fadli.

Ia juga mengingatkan bahwa keris telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2005 sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, menjadikannya salah satu dari warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui dunia internasional, setelah wayang pada tahun 2003.

Sejak saat itu, Indonesia terus mengupayakan pelestarian dan pengakuan budaya tak benda lainnya. “Sejak 2008, mekanisme UNESCO berubah menjadi lebih terbuka, dan kita telah berhasil mendaftarkan batik, gamelan, pencak silat, pantun, hingga kebaya sebagai warisan budaya dunia,” ungkap Fadli.

Pada tahun 2025 ini, lanjutnya, Indonesia tengah mengajukan tiga nominasi baru ke UNESCO, yaitu tempe sebagai warisan kuliner tradisional, mahyong sebagai nominasi bersama Malaysia, dan jaranan yang diajukan bersama komunitas diaspora Jawa di Suriname.

Namun Fadli mengakui, proses pengajuan ke UNESCO tidak mudah. “Saat ini satu negara hanya bisa mengajukan satu nominasi setiap dua tahun. Jadi antreannya panjang. Karena itu, kita harus bijak memilih, tapi juga terus menginventarisasi budaya lokal yang ada,” katanya.

Hingga saat ini, tercatat sebanyak 2.213 warisan budaya tak benda telah terdaftar di tingkat nasional. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring upaya pendataan, verifikasi, dan pengakuan oleh pemerintah dari berbagai daerah.

Direktur Utama PT Brawijaya Multi Usaha (BMU), Edi Purwanto, selaku penanggung jawab acara, menyebut bahwa antusiasme masyarakat terhadap Brawijayan Tosan Aji Fest sangat tinggi. “Hari ini saja, hingga pagi, tercatat lebih dari 2.000 pengunjung yang hadir di pameran. Setiap hari jumlahnya terus bertambah,” ujarnya.

Ia mengapresiasi kerja sama yang terjalin antara Universitas Brawijaya, Kementerian Kebudayaan, Pemerintah Kota Malang, dan berbagai komunitas budaya yang turut menyukseskan acara ini. “Kami berharap festival ini tak hanya berhenti di tahun ini, tapi bisa digelar rutin dengan skala yang lebih besar dan jangkauan yang lebih luas,” kata Edi.

Ia juga berharap kegiatan semacam ini dapat memberikan dampak nyata terhadap pelestarian budaya di Indonesia, sekaligus menjadi daya tarik wisata budaya yang kuat, khususnya bagi Kota Malang.

Senada dengan itu, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat yang turut hadir dalam acara tersebut menegaskan komitmennya untuk terus mendukung inisiatif pelestarian budaya. Ia mengungkapkan bahwa festival ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-111 Kota Malang.

“Budaya adalah aset penting dalam pembangunan kota. Lewat budaya, kita bisa mengembangkan pariwisata, memperkuat identitas lokal, dan meningkatkan ekonomi masyarakat,” kata Wahyu.

Ia menambahkan bahwa Pemerintah Kota Malang tengah fokus menjadikan sektor kebudayaan sebagai bagian integral dari program kerja. “Kita tidak hanya fokus pada infrastruktur, tapi juga pada warisan budaya yang menjadi ciri khas kota ini. Dan saya percaya, kegiatan seperti ini bisa mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian budaya,” tandasnya. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.