TRIBUNJATIMTIMUR.COM, Probolinggo – Putusnya jembatan penghubung yang terjadi sejak Januari 2025 lalu, masih dirasakan oleh puluhan siswa dan warga di Dusun Lagin, Desa Brabe, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Putusnya jembatan yang menghubungkan Desa Brabe dengan Desa Condong, Kecamatan Gading, memaksa mereka untuk mencari alternatif lain guna melanjutkan aktivitas sehari-hari, terutama bagi siswa yang harus menempuh perjalanan ke sekolah.
Tanpa jembatan yang layak, para siswa terpaksa menggunakan perahu rakit atau gethek untuk menyeberangi sungai. Selain anak-anak sekolah, warga di RT 17, 18, 19, dan 20 Dusun Lagin juga mengandalkan perahu rakit ini untuk beraktivitas, seperti berbelanja ke pasar atau memenuhi kebutuhan sehari-hari di desa seberang.
Perahu rakit yang digunakan sangat sederhana. Dengan bahan dasar tong plastik yang diperkuat dengan bambu, setiap kali ada warga atau siswa yang ingin menyeberang, dua operator siap membantu. Meski terlihat sederhana, warga harus membayar biaya operasional sebesar Rp 2.000 setiap kali menyeberang.
Namun meskipun akses ini sedikit berisiko, hal tersebut tidak menghalangi warga dan siswa untuk menjalani aktivitas mereka. Toyibah, salah satu warga setempat, mengungkapkan rasa khawatirnya saat menggunakan perahu rakit.
"Sebenarnya takut kalau naik gethek ini, cuma mau gimana lagi kalau sudah tidak ada alternatif lain lagi, bisa naik sepeda motor tapi sangat jauh. Anak yang mau sekolah juga naik ini," ujarnya.
Warga lainnya, Musripa, berharap pembangunan jembatan segera terlaksana. "Ya semoga cepat dibangun oleh pemerintah, karena ini merupakan akses terdekat dan sering kali warga atau anak sekolah lewat di sini, dibanding harus muter jauh melalui jalan setapak," kata Musripa.
Kepala Desa Brabe, Sunardi, menambahkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Probolinggo mengenai masalah ini. Berdasarkan informasi yang diterima, rencana pembangunan jembatan baru akan dilaksanakan pada tahun 2026.
"Harapan semua tetap sama, ingin ada jembatan agar anak sekolah atau yang ingin beraktivitas ke desa lain tidak harus pakai gethek. Kalau sudah ada jembatan, perputaran ekonomi akan kembali normal juga," ungkap Sunardi.
(Ahsan Faradisi/TribunJatimTimur.com)