Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Hepatitis atau peradangan hati masih kurang diperhatikan masyarakat.
Padahal bahaya penyakit ini bisa berujung komplikasi serius.
Hal ini disebabkan rendahnya pemahaman terhadap bahaya penyakit serta minimnya kesadaran vaksinasi hepatitis B.
Misalnya hepatitis B dan C sering tanpa gejala di tahap awal, kemudian baru terdeteksi setelah muncul pengerasan hati atau bahkan berkembang menjadi kanker hati.
Dokter spesialis penyakit dalam dr. Steven Zulkifly, Sp.PD memberikan penjelasan lebih lanjut.
Hepatitis A
Penularan hepatitis A terjadi melalui jalur fecal-oral.
Pada umumnya, infeksi terjadi melalui konsumsi makanan atau minuman yang tercemar feses pengidap hepatitis.
Selain itu juga praktik kebiasaan seksual.
Ia menerangkn, virus hepatitia A subur berkembang biak di lingkungan dengan tingkat sanitasi rendah.
Risiko penularan sering terjadi karena orang yang menyiapkan hidangan kurang menjaga kebersihan, sehingga makanan dan minuman tercemar feses dari pengidap hepatitis.
Ada lima langkah untuk mencegah penyebaran hepatitis A:
Pertama, pastikan makanan dan suplai air bersih. Jaga kebersihan dapur dan alat makan.
Kedua, terapkan kebiasaan sanitasi yang baik. Cuci tangan sebelum makan dan setelah ke kamar mandi.
Ketiga, karena rute penularan adalah oral, lakukan praktek seksual yang sehat.
Keempat, Virus hepatitis pada makanan atau minuman bisa mati jika dipanaskan di suhu 85° Celcius selama 1 menit. Maka konsumsilah makanan yang matang.
Kelima, vaksinasi hepatitis A. Anak-anak dapat divaksin hepatitis A dua kali dalam jarak waktu 6 bulan untuk proteksi seumur hidup.
Hepatitis B dan C
Infeksi hepatitis B dan C menular melalui darah. Secara vertikal, bayi berisiko terjangkit hepatitis dari ibunya.
Penularan dapat berlangsung pada proses kehamilan dan persalinan.
Faktor risiko utamanya penggunaan jarum suntik yang tidak steril.
Contohnya pada proses pembuatan tato atau piercing.
Gaya hubungan seksual multiple partner baik lawan jenis ataupun pada homoseksual juga berisiko.
Pencegahan penularannya adalah dengan menghindari faktor-faktor risiko tersebut.
"Para tenaga medis umumnya sudah dilakukan vaksinasi hepatitis B agar terhindar dari infeksi hepatitis B. Akan tetapi, tetap harus hati-hati dalam menangani atau kontak dengan pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C," jelas dia ditulis di Jakarta, Senin (28/4/2025).
Hepatitis A banyak ditemukan pada usia anak sekolah yang sanitasinya belum baik.
Sedangkan hepatitis B dan C rentan terjadi di kelompok usia produktif sekitar 35-60 tahun.
Komplikasi Serius
Meski ada pasien yang terjangkit hepatitis B dan HIV bersamaan, komplikasi hepatitis bukanlah HIV.
Dokter lulusan pendidikan spesialisnya di Universitas Indonesia ini menerangkan, hepatitis B dan C berisiko komplikasi mengecilnya volume liver (sirosis) dan kanker hati.
Hepatitis B bisa berkembang menjadi kanker hati tanpa melalui proses sirosis.
Sedangkan karena infeksi hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya, komplikasi sangat jarang terjadi.
Hanya sekitar 1 persen kasus hepatitis A dapat mengalami gagal hati akut, keluhan kuning, perdarahan, dan gangguan kesadaran.
Dibutuhkan pemeriksaan laboratorium atau radiologi untuk membedakan gejala infeksi hepatitis atau infeksi lain
Dokter membutuhkan pemeriksaan anti HAV (Hepatitis A Virus).
Sedangkan untuk mengetahui pasien mengidap hepatitis B, dokter harus mencari tau HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) dan untuk pemeriksaan hepatitis C, ada pemeriksaan anti HCV (Hepatitis C Virus).
Meskipun hepatitis A bisa sembuh dengan sendirinya, tetapi tetap disarankan untuk melakukan vaksin hepatitis A.
Secara umum, hepatitis B dan C berisiko infeksi kronik. Penyakit ini bisa menjangkit seumur hidup dan menetap.
Penyakit ini bisa dicegah dengan vaskin untuk hepatitis B. Tiga kali vaksinasi untuk usia nol, satu, dan enam bulan terbukti memberi perlindungan seumur hidup.
"Sampai saat ini belum ada obat yang bisa memberantas tuntas virus hepatitis B. Virus ini tidur di dalam sel hati sehingga tidak semua hepatitis B bisa langsung diterapi. Untuk pemberian antivirus dalam bentuk tablet, virusnya harus ditunggu hingga bangun," ujar dia.
Hingga saat ini, terapi hepatitis B memerlukan terapi jangka panjang dengan tingkat kesembuhan yang bervariasi.
“Di RS kami penanganan hepatitis bersifat menyeluruh. Penyakit ini dapat ditangani mulai dari tindakan preventif, diagnostik, hingga terapi juga fasilitas after care. Pasien yang terkena hepatitis B akan terus dipantau hingga muncul waktu yang tepat untuk diterapi. Pasien hepatitis C akan langsung diobati agar tidak berkembang menjadi sirosis,” jelas dokter yang berpraktik di RS Siloam Kebon Jeruk ini.