TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Komisi D DPRD Sumut menyoroti fenomena semburan lumpur panas di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Penyambungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Sumut, yang viral di sosial Media beberapa hari belakangan.
Anggota Komisi D DPRD Sumut Mangapul meminta Pemerintah Kabupaten Madina untuk meninjau lokasi fenomena semburan lumpur panas tersebut. Selain itu, pihaknya juga akan segera melakukan penjadwalan peninjauan lokasi semburan lumpur panas yang viral di sosial media.
Dijelaskan Mangapul, pihak Pemkab harus segera meninjau, sebab lumpur panas itu sudah menyebar hingga ke lahan pertanian milik warga.
Selain itu, meski masih dalam dugaan, PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) harus membuat kajian teknis dan duduk bersama warga untuk menjelaskan penyebab terjadinya lumpur panas itu bukan dari mereka.
"Kita minta supaya Pemkab Madina memperhatikan situasi yang terjadi. Kemudian Perusahaan yang diduga menjadi penyebabnya muncul lumpur panas harus membuat kajian dan teknis bersama warga," jelasnya saat dikonfirmasi Tribun Medan, Selasa (29/4/2025).
Mangapul meminta, Pemkab dan perusahaan yang bersangkutan membiarkan fenomena ini terus terjadi dan mengganggu aktivitas warga mencari nafkah di lahan pertaniannya.
"Jika karena fenomena alam, Pemkab Harus panggil BPBD dan yang lainnya untuk mencari solusi. Namun, jika dari perusahaan penyebabnya, maka pihak tersebut harus segera mencari solusi. Jangan dibiarkan begitu saja," jelasnya.
Tujuan pengecekan dan kajian dilakukan, kata Mangapul agar ada kepastian penyebab dari fenomena tersebut
"Kita komisi D akan jadwalkan ke sana. Kita juga minta Pemkab segera tinjau. Kalau semburan itu karena fenomena alam, maka solusinya dicari bersama BPBD. Kalau dari perusahaan, mereka harus segera mengkaji dan pastinya harus mengganti rugi lahan pertanian milik warga yang sudah kena semburan lumpur panas,"jelasnya.
video yang Menunjukkan fenomena semburan lumpur panas di Desa Roburan Dolok, Kecamatan Penyambungan Selatan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina) Sumut, viral di sosial Media.
Dalam video beredar yang tribun Lihat di media sosial tiktok @ompunglomok disebut semburan itu terjadi di sekitar lokasi pengeboran oleh salah satu perusahaan.
Selain itu, terlihat adanya gelembung-gelembung yang keluar di lumpur panas itu. Tempat itu seperti ditutupi kabut, yang menandakan lokasi tersebut cukup panas.
“Beberapa titik air panas lumpur di Desa Roburan Dolok muncul di perkebunan masyarakat, tidak jauh dari lokasi pengeboran perusahaan geothermal/PT SMGP,” tulis narasi dalam video yang Tribun Medan lihat, Senin (28/4/2025).
Dari video viral itu dikatakan, jumlah titik semburan terus bertambah dan merambah ke perkebunan masyarakat. Akibatnya, lahan masyarakat tidak bisa dimanfaatkan.
"Masyarakat semakin khawatir, karena lokasi air panas ini bermunculan dan bertambah luas. Sehingga kebunnya tidak bisa dimanfaatkan untuk mata pencaharian mereka," tulisan dalam video viral itu.
Terkait hal ini, organisasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) turut merespons. Kata mereka, hasil investigasi mereka, salah satunya dengan bertanya ke masyarakat bahwa insiden air panas dan lumpur sudah muncul selama dua tahun.
Direktur Walhi Sumut Rianda Purba mendesak, agar pemerintah baik di pusat maupun di daerah segera menghentikan pelanggaran HAM yang terjadi.
“Stakeholder/instansi terkait untuk segera menghentikan aktivitas dan mencabut izin PT SMGP. Aparat Penegak Hukum segera mengusut, memproses, dan mengadili pengurus/pelaksana PT SMGP yang memiliki peran dalam Pelanggaran HAM tersebut dan segera mengusut tuntas pihak-pihak yang diduga terlibat dalam penyusunan AMDAL dan penerbitan izin PT SMGP,” tegasnya.
Sementara itu saat dikonfirmasi, pihak PT SMGP membantah bahwa semburan tersebut dari operasi perusahaan mereka.
Coorporate Communication Manager PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) Agung Iswara mengatakan, pihaknya bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mandailing Natal telah melakukan peninjauan langsung ke lokasi manifestasi yang ditampilkan dalam video viral itu pada Rabu, (23/4/2025) beberapa waktu lalu.
"Hasilnya menunjukkan bahwa titik manifestasi tersebut berada di lokasi lain di Desa Roburan Dolok dan tidak berada di area sumur Pad-E PT SMGP,” ucapnya.
Dikatakannya, Sementara manifestasi yang berada di sekitar area Pad-E merupakan fenomena alamiah yang telah terpantau sejak tahun 2021
"Manifestasi ini tidak memiliki hubungan langsung dengan sumur-sumur pada Wellpad E," tegasnya.
Diterangkannya, Sumur-sumur tersebut telah dibor sejak tahun 2017 dan hingga saat ini belum pernah berhasil mengalirkan uap ataupun fluida panas bumi dengan tekanan kepala sumur 0 Barg atau tidak bertekanan.
"Saat ini tidak ada aktivitas produksi, sehingga sumur-sumur tersebut tidak berkaitan dengan fenomena manifestasi yang dilaporkan,” jelasnya.
Agung menuturkan, semburan lumpur tersebut merupakan fenomena alam yang umumnya terjadi di wilayah panas bumi.
“Manifestasi seperti ini merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di wilayah dengan potensi panas bumi, sebagai hasil interaksi antara air tanah dan batuan panas di bawah permukaan,” kata dia.
Dijelaskannya, manifestasi ini pun sudah dikenal masyarakat sejak lama.
“Berbagai manifestasi serupa bahkan telah dikenal masyarakat sekitar sejak lama, jauh sebelum adanya kegiatan eksplorasi oleh PT SMGP,” ucapnya.
(Cr5/tribun-medan.com)