Ogoh-Ogoh Donald Trump Hingga Kepala Babi Jadi Simbol Kritik Saat Aksi May Day di DPR, Ini Maknanya
Adi Suhendi May 01, 2025 05:36 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) membawa sejumlah simbol provokatif dalam aksi peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di depan Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (1/5/2025). 

Ketua KASBI sekaligus perwakilan GEBRAK, Sunarno, menjelaskan bahwa simbol-simbol tersebut merepresentasikan kritik keras terhadap sistem ekonomi global dan pemerintahan yang dinilai abai terhadap nasib rakyat kecil.

Satu simbol yang mencolok adalah ogoh-ogoh Donald Trump. 

Menurut Sunarno, figur Presiden Amerika Serikat itu dipilih sebagai representasi dari kepala negara imperialis dan kapitalis global, yang kebijakan-kebijakannya kerap merugikan negara-negara berkembang.

“Trump itu simbol negara kapitalis. Dia bisa atur ekonomi dunia seenaknya. Negara-negara dunia ketiga, seperti Indonesia, Afrika, ASEAN, dan Amerika Selatan, jadi korban. Karena kebijakannya cuma buat melindungi kepentingan negaranya sendiri,” ujar Sunarno.

Ia menegaskan bahwa ogoh-ogoh Trump bukan serangan personal, melainkan bentuk perlawanan simbolik terhadap sistem global yang menurutnya eksploitatif terhadap buruh dan rakyat miskin dunia. 

“Ini kritik kepada negara-negara kapitalis yang demi keuntungan, mengorbankan rakyat miskin. Termasuk kelas buruh,” katanya.

Selain Trump, massa buruh juga membawa ogoh-ogoh berbentuk kepala babi.

Menurut Sunarno, itu adalah simbol kekecewaan terhadap pemerintah yang dinilai tidak peka terhadap penderitaan rakyat. 

“Ogoh-ogoh babi ini menunjukkan bahwa kami tidak ingin rezim ini jadi seperti babi—cuek terhadap rakyat, tidak berpihak pada buruh,” ucapnya.

Sunarno juga mengaitkan simbol kepala babi dengan teror terhadap jurnalis Tempo yang belum lama ini menerima ancaman berupa kepala babi. 

“Hari ini kami tunjukkan bahwa rakyat menolak cara-cara teror seperti itu. Rakyat tidak mau ditakut-takuti, apalagi oleh rezim yang tak berpihak,” tegasnya.

Tak hanya itu, patung tikus raksasa juga diarak dalam barisan demonstran.

Tikus itu, menurut Sunarno, menggambarkan praktik korupsi yang masih marak di tubuh pemerintahan dan elite politik. 

“Tikus itu simbol koruptor. Uang rakyat triliunan dikorupsi. Harusnya buat rakyat, tapi malah buat kepentingan pribadi mereka semua,” ujarnya.

Melalui simbol tersebut, pihaknya ingin mengirim pesan bahwa perjuangan buruh tak hanya terbatas pada soal upah dan PHK.

Akan tetapi juga menyasar sistem politik dan ekonomi yang dianggap menyuburkan ketimpangan dan ketidakadilan.

“May Day adalah momentum perlawanan. Bukan pesta. Kami akan terus suarakan ketidakadilan ini, dari tingkat lokal sampai global,” tutupnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.