Shell Kaji Rencana Akuisisi BP
kumparanBISNIS May 04, 2025 01:20 PM
Shell tengah bekerja sama dengan para penasihat untuk mengevaluasi potensi akuisisi pesaingnya, BP. Meskipun hal ini masih menunggu penurunan harga saham dan minyak lebih lanjut.
Dilansir Bloomberg, Minggu (4/5), menurut orang-orang yang mengetahui persoalan ini, Shell mulai serius membahas kelayakan dan manfaat pengambilalihan BP dalam beberapa pekan ini. Keputusan akhir nantinya akan bergantung pada seberapa dalam penurunan saham BP.
Nilai saham BP turun sepertiganya dalam setahun terakhir, disebabkan gagalnya pemulihan bisnis dan penurunan harga minyak.
Pertimbangan untuk akuisisi masih dalam tahap awal. Shell kemungkinan memilih untuk fokus pada pembelian kembali saham (buyback) dan akuisisi kecil, daripada melakukan merger secara besar-besaran.
Selain Shell, perusahaan energi besar lainnya juga disebut tengah menganalisis untuk mengajukan penawaran akuisisi BP.
"Seperti yang telah kami katakan berkali-kali sebelumnya, kami sangat fokus untuk menangkap nilai di Shell dengan terus berfokus pada kinerja, disiplin, dan penyederhanaan," kata juru bicara Shell. Sementara pihak BP menolak untuk berkomentar.
Logo SPBU BP. Foto: Henry Nicholls/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Logo SPBU BP. Foto: Henry Nicholls/REUTERS
Jika Shell sukses mengakuisisi BP, hal ini akan menjadi sejarah pengambilalihan terbesar dalam industri minyak.
Saham Shell turun sekitar 13 persen dalam perdagangan di London selama setahun terakhir, sehingga perusahaan tersebut memiliki nilai pasar sebesar £149 miliar (USD 197 miliar). Nilai ini dua kali lebih besar dibandingkan nilai pasar BP sebesar £ 56 miliar.
BP hingga saat ini berjuang untuk memulihkan kinerja akibat strategi net-zero yang dianut oleh mantan Kepala Eksekutifnya, Bernard Looney. Penggantinya, Murray Auchincloss, mengatur ulang rencana bisnis, yang mencakup peralihan kembali ke sektor minyak, pemotongan pembelian kembali saham secara kuartalan, dan penjualan aset.
Perang dagang Presiden AS Donald Trump dan percepatan pasokan oleh OPEC+ mendorong minyak mentah Brent jauh di bawah USD 70 per barel.
Perusahaan aktivis Elliott Investment Management memiliki 5 persen saham di BP dan meminta perusahaan untuk mempertimbangkan tindakan yang lebih transformatif. Elliott memandang rencana bisnis BP kurang ambisius, sehingga berpotensi diambil alih, Bloomberg melaporkan pada April 2025.
Di bawah CEO Wael Sawan, Shell juga telah memangkas biaya, menyingkirkan unit energi terbarukan yang berkinerja buruk, dan fokus kembali pada bahan bakar fosil. Meskipun saham Shell telah melampaui Chevron Corp dan Exxon Mobil Corp dalam beberapa tahun terakhir, valuasi perusahaan tersebut belum menyamai para pesaing minyak besarnya di AS.
Sawan mengatakan kepada para analis bahwa Shell "tentu saja akan terus mencari peluang anorganik, tetapi akan bersikap hati-hati dan standarnya tinggi. Setiap transaksi perlu menambah arus kas bebas per saham dalam waktu yang relatif singkat," katanya.
"Saya telah mengatakan sebelumya bahwa kami ingin menjadi pemburu nilai. Saat ini, perburuan nilai, menurut saya, adalah membeli kembali lebih banyak saham Shell," kata Sawan dalam panggilan konferensi tersebut.
Dia menambahkan bahwa "kami harus membereskan rumah kami sendiri sebelum melihat akuisisi yang cukup besar, dan bahwa perusahaan memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai potensi penuhnya meskipun ada kemajuan yang telah dibuat selama beberapa tahun terakhir. Shell melakukan transaksi yang memungkinkannya menciptakan nilai, seperti pembelian perusahaan gas alam cair Pavilion Energy Pte," kata Sawan.
Pengambilalihan BP dapat meningkatkan pertumbuhan produksi Shell yang memungkinkan perusahaan tersebut mendapatkan kembali eksposur ke AS, setelah menjual aset Permian Basin ke ConocoPhillips pada tahun 2021.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.