Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyebutkan geografis masih jadi hambatan pendidikan bagi anak Indonesia untuk sekolah. Banyak wilayah Indonesia yang secara geografis tidak mudah dijangkau.
"Maka banyak anak-anak yang belum mendapatkan hak sebagaimana mestinya," tutur Mu'ti pada acara Peluncuran Gemini Akademi dan Gerakan Edukreator di Gedung A Kemendikdasmen, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
Bahkan hingga saat ini banyak anak-anak di penjuru negeri yang tidak bisa belajar di sekolah formal. Alasannya karena berbagai hal, seperti bekerja atau masalah lainnya.
"Kami melihat betul bahwa banyak anak-anak Indonesia yang tidak bisa belajar di sekolah-sekolah formal karena mungkin mereka harus bekerja atau karena persoalan-persoalan lain yang tidak memungkinkan mereka untuk dapat belajar di sekolah-sekolah formal," tambahnya.
Untuk menjawab hal tersebut, Kemendikdasmen membuat program digitalisasi pendidikan. Teknologi akan digunakan sebagai sarana yang memungkinkan anak-anak Indonesia belajar di manapun dan kapanpun.
"Teknologi merupakan sarana yang memungkinkan mereka untuk dapat belajar di mana pun mereka berada, kapan pun sesuai dengan apa yang menjadi keadaan mereka," ungkap Sekum PP Muhammadiyah tersebut.
Menjadi solusi hambatan geografis pendidikan Indonesia, digitalisasi pendidikan telah diluncurkan Kemendikdasmen saat peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025. Melalui program ini, Kemendikdasmen akan menghadirkan smart classroom atau kelas cerdas.
Di kelas cerdas nantinya akan tersedia berbagai teknologi pembelajaran mumpuni. Seperti smart board atau papan tulis interaktif dan televisi yang akan dibagikan Kemendikdasmen ke 15 ribu sekolah.
Untuk pengadaan smart board hingga televisi sebesar Rp 2 triliun. Tidak hanya teknologinya, guru juga akan mendapatkan pelatihan agar dapat mengoperasikan fasilitas tersebut.
"Bantuan untuk sekolah atau kelas cerdas yang bisa kami bantu dengan pemberian smart board, televisi, dan juga memberikan pelatihan untuk gurunya. Alokasi anggarannya Rp2 triliun, dan insya Allah pada tahun ini kami akan mulai realisasi untuk 15.000 satuan pendidikan," kata Mu'ti dikutip dari arsip detikEdu.
Di sisi pembelajaran, digitalisasi pendidikan berkaitan dengan berlakunya deep learning serta koding dan kecerdasan artificial (AI) pada tahun ajaran 2025/2026. Secara akademik, ketiganya berguna untuk memaksimalkan alat, sarana, dan prasarana pembelajaran digital
"Ini (deep learning dan koding-AI) merupakan bagian dari program yang kami kembangkan secara akademik untuk memaksimalkan alat-alat dan sarana prasarana pembelajaran digital," ucapnya.
"(Dan juga) sebagai bagian dari penguatan pembelajaran dengan menggunakan teknologi dan pembelajaran yang menekankan pentingnya penguasaan dan pembelajaran yang berkualitas," tandasnya.
Selain itu Kemendikdasmen juga meluncurkan situs dan aplikasi Rumah Pendidikan, sarana buat murid dan guru untuk mencari bahan belajar.