TIMESINDONESIA, JAKARTA – Minggu 11, Mei 2025. Kabut masih menggantung di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Suara anak-anak terdengar dari pelataran TK Mamba.
Sementara itu sepuluh prajurit TNI dari Satgas Yonif 500/Sikatan tiba dengan senyum. Mereka membawa boneka dan pakaian.
Letda Inf Suprapto memimpin kegiatan ini.
Bukan untuk patroli. Tapi untuk menyentuh hati. Lewat komunikasi sosial, TNI ingin lebih dekat dengan rakyat.
Anak-anak menyambut dengan riang.
Mereka memeluk boneka baru itu seolah tak mau lepas. Orang tua menatap dengan haru.
Kepala Kampung Jhon Sani tak bisa menyembunyikan rasa harunya.
“Kami pernah dilukai. Tapi hari ini, kami disapa dengan kasih,” ujarnya pelan.
TNI datang tidak membawa rasa takut.
Mereka membawa rasa aman.
Dan rasa persaudaraan.
Masih hari yang sama, di Pos Bilogai, suasana serupa tercipta. Sepuluh prajurit lainnya menyapa warga dengan pakaian layak pakai. Dipimpin Serda Oji Manik, mereka membaur tanpa jarak.
Lettu Inf Reynaldo Lubis, Danpos Bilogai, mengatakan, “Kami hadir untuk menjaga. Tapi juga untuk mendengar. Untuk membantu.” ujarnya.
Mama Tine, warga kampung, memeluk jaket baru itu erat-erat. “Terima kasih, TNI. Kami merasa dihargai,” ucapnya lembut.
Keesokan harinya, (hari ini red) Senin, (12/5/2025) di Pos TK Bilogai, kehangatan kembali terasa. Program SIRIH (Sikatan Beri Kasih) digelar. Prajurit membagikan nasi bungkus. Duduk bersama warga. Makan bersama anak-anak.
Tidak ada sekat. Tidak ada pangkat.
Hanya kasih yang mengalir dalam senyum.
Letkol Inf Danang Rahmayanto menjelaskan filosofi SIRIH. “Sirih itu simbol kasih. Kami ingin kehadiran TNI seperti itu. Menguatkan," ujarnya.
Mama Maria menyeka air matanya sambil menyuapi anaknya. “Terima kasih, bapak TNI. Tuhan berkati kalian,” katanya.
Dari pegunungan Papua, suara damai mulai terdengar. Dari pelukan, bukan perintah.
Dari boneka dan sepiring nasi, bukan dari senjata.
TNI hadir bukan hanya untuk menjaga.
Tapi untuk merawat. Untuk menyatu.
Dan untuk menjadi bagian dari rumah yang disebut: Tanah Papua. (*)