Wall Street dan Dolar AS Menguat Usai Kesepakatan Perdagangan AS-China
kumparanBISNIS May 12, 2025 07:00 PM
Indeks utama saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street dan Dolar AS menguat usai Negeri Paman Sam menemukan kesepakatan perdagangan 'awal' dengan China, pada Senin (12/5).
Amerika Serikat (AS) dan China sepakat untuk menurunkan tarif impor secara signifikan. Produk-produk asal AS yang masuk ke China kini dikenai tarif sebesar 10 persen, sementara barang-barang dari Tiongkok ke AS dikenai tarif 30 persen.
Harapan meningkat bahwa potensi resesi global dapat dihindari, meskipun rincian spesifik dari kesepakatan tersebut masih sangat minim.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebut telah terjadi kemajuan substansial dalam diskusi perdagangan. Sementara itu, pejabat Tiongkok mengatakan kedua negara telah mencapai konsensus penting dan bersepakat meluncurkan forum dialog ekonomi baru.
Pernyataan bersama dijadwalkan dirilis hari Senin, meskipun belum ada informasi detail terkait tarif yang selama ini menjadi sumber ketegangan utama.
"Apa yang tampaknya kita lihat di sini adalah kerangka kerja luas untuk pembicaraan lebih lanjut antara kedua negara, dengan tujuan akhir mencapai perjanjian dagang yang lebih komprehensif," ujar Michael Brown, Ahli Strategi Riset Senior di Pepperstone, dikutip dari Reuters.
Michael menambahkan kesepakatan ini telah memberikan sedikit optimistis ekonomi global meskipun belum mencapai kesepakatan yang konkret.
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Long Beach, California, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Frederic J. Brown/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Long Beach, California, Amerika Serikat, Rabu (2/4/2025). Foto: Frederic J. Brown/AFP
"Pertanyaannya sekarang adalah apakah kemajuan ini cukup untuk menangguhkan, menurunkan, atau membatalkan tarif yang berlaku, dan untuk berapa lama?"
Para pelaku pasar berharap pemerintahan AS akan segera memangkas tarif 145 persen atas barang-barang dari Tiongkok, bahkan jika hanya kembali ke angka 60 persen yang diberlakukan di era Presiden Donald Trump.
Namun, Trump diketahui tetap bersikeras mempertahankan tarif tinggi terlepas dari hasil negosiasi. Sikap ini berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong inflasi. Meski begitu, kabar kemajuan negosiasi tetap mendorong sentimen positif di pasar.
Indeks berjangka S&P 500 naik sebesar 1,4 persen, sementara Nasdaq menguat 1,9 persen. Di Eropa, indeks EUROSTOXX 50 naik 0,9 persen, FTSE menguat 0,3 persen, dan DAX bertambah 0,8 persen.
Pasar Asia pun merespons positif. Indeks Nikkei Jepang naik 0,3 persen, dan indeks Korea Selatan menguat 0,6 persen.
Saham unggulan Tiongkok turut naik 0,8 persen, sementara nilai tukar yuan menguat 0,2 persen menjadi 7,2243 per dolar AS. Namun, data akhir pekan menunjukkan tekanan pada ekonomi domestik Tiongkok, dengan harga pabrik turun tajam dalam enam bulan terakhir dan harga konsumen menurun selama tiga bulan berturut-turut.
Dolar AS juga menunjukkan penguatan hampir 0,5 persen terhadap yen sebagai mata uang safe haven, menyentuh level 146,03 meskipun masih di bawah titik tertinggi lima minggu di 146,31. Sementara itu, euro melemah 0,2 persen menjadi USD 1,1224, dan indeks dolar naik tipis sebesar 0,2 persen menjadi 100,60.
Ketegangan geopolitik turut mereda setelah India dan Pakistan menyepakati gencatan senjata yang rapuh. Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesiapannya untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Turki pada Kamis dalam rangka pembicaraan perdamaian.
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.