Jaga Stabilitas Industri Makanan dan Minuman, Kemenperin Berkomitmen Jaga Iklim Usaha
GH News May 15, 2025 11:04 AM

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Merijanti Punguan Pintaria menegaskan komitmen pemerintah dalam menjaga iklim usaha industri di sektor makanan dan minuman.

Hal tersebut disampaikan Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merijanti Punguan Pintaria saat konferensi pers bersama Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) di Jakarta pada Rabu (14/5/2025). 

“Pemerintah terus berkomitmen menjaga iklim usaha industri sektor makanan minuman melalui kebijakan yang relevan dan adaptif, termasuk fasilitasi fiskal dan non-fiskal,” kata Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merijanti Punguan Pintaria. 

Menurutnya, pemerintah juga terus mengkaji setiap dampak dari pelaksanaan kebijakan yang dikeluarkan serta terbuka untuk berdialog. “Pemerintah terbuka untuk berdialog dan mempelajari skema transisi terbaik demi menjaga kinerja dan daya saing industri,” ujarnya.

Sebelumnya, Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia sebagai lembaga riset memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 kemungkinan melambat dan berada di kisaran 4,8%-5,0%, bahkan berpotensi menuju 4,6%-4,8% dalam skenario tertentu, sedikit di bawah target APBN 5,2%. Bahkan, Data BPS untuk Triwulan I 2025 pun menunjukkan realisasi pertumbuhan 4,87% (y-on-y) dengan kontraksi 0,98% (q-to-q).

Dari sektor akomodasi, penyediaan makanan minuman, data BPS juga menunjukkan bahwa IHP (Indeks Harga Produsen) sektor tersebut mengalami tekanan harga tertinggi yang dapat berdampak pada harga konsumen dan margin pelaku usaha di sektor tersebut pada 2025.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan, data-data awal ini menunjukkan adanya tantangan ekonomi yang perlu di antisipasi bersama. Menurutnya, pelemahan permintaan domestik dapat berimplikasi pada sektor-sektor konsumsi seperti makanan dan minuman. Selain itu, industri juga menghadapi tekanan biaya dari sisi produksi.

“Karenanya, penting bagi arah kebijakan untuk fokus menjaga daya beli masyarakat dan mempertimbangkan dengan hati-hati penerapan instrumen fiskal baru agar selaras dengan upaya pemulihan ekonomi,” ucap Faisal.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo, mengungkapkan pelemahan di industri minuman ringan sebenarnya telah menunjukkan gejalanya sejak tahun 2023 lalu.

“Kami mencatat adanya penurunan volume penjualan pada beberapa kategori minuman non-AMDK (Air Minum Dalam Kemasan). Situasi ini menjadi lebih menantang diawal 2025, seiring dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional Q1 sebesar 4,87 persen yang berada di bawah ekspektasi,” ungkapnya. 

Menurutnya, berdasarkan data pasar bulan Maret 2025 dari Nielsen, mengonfirmasi bahwa sektor minuman non-AMDK masih terkontraksi sekitar 4,4 persen. Ini adalah sinyal kuat bahwa industri memerlukan dukungan kebijakan yang kondusif untuk dapat bertahan dan kembali bertumbuh. 

Lebih jauh, Triyono mengungkapkan, data CORE Indonesia memaparkan, Ramadan dan lebaran yang biasanya mengerek konsumsi masyarakat, tahun ini justru tidak tampak. Sebaliknya, IPR (Indeks Penjualan Riil) kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau justru hanya tumbuh 1,3% pada kuartal I 2025, jauh di bawah pertumbuhan tahun lalu yang menyentuh 7,5%.

Ia menegaskan, ASRIM sebagai organisasi non profit yang lahir pada 1976 percaya bahwa dialog terbuka dan kolaborasi antara pemerintah dan pelaku industri menjadi semakin krusial. 

Sebagai organisasi yang menaungi perusahaan minuman non alkohol, pihaknya siap menjadi mitra konstruktif bagi pemerintah termasuk menyediakan data dan perspektif industri secara transparan, untuk bersama-sama merumuskan kebijakan. 

“Tentunya kebijakan yang tidak hanya efektif mencapai sasaran kesehatan publik, tetapi juga mempertimbangkan secara cermat dampaknya terhadap keberlangsungan industri, penyerapan tenaga kerja, dan ekosistem UMKM yang menjadi bagian penting dari rantai pasok kami,” tegasnya. 

“Pendekatan yang komprehensif dan berbasis data akan menghasilkan solusi terbaik untuk semua pihak. ASRIM meyakini, melalui kolaborasi dan pemahaman bersama antara pemerintah dan pelaku usaha, industri minuman ringan dapat terus tumbuh berkelanjutan dan berkontribusi positif bagi perekonomian nasional melewati tantangan tahun 2025,” tandasnya. (*) 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.