Isi Grup Facebook Fantasi Sedarah yang Bikin Geger, Anak-anak Jadi Objek Inses
Ayu Wulansari K May 17, 2025 06:34 PM

Grid.ID - Isi grup Facebook Fantasi Sedarah baru-baru ini bikin geger. Grup yang memiliki 32 ribu anggota ini menyediakan wadah bagi penyuka hubungan inses.

Para penyuka hubungan sedarah ini membagikan kisah-kisah tentang pengalaman seksualnya dengan anggota keluarga sendiri, termasuk anak yang masih kecil. Sontak postingan ini memicu amarah publik.

Selain melanggar norma, hubungan inses juga termasuk perbuatan melanggar hukum di Indonesia. Grup di media sosial ini dapat menjadi ancaman yang serius bagi semua orang.

Tangkapan layar isi grup Facebook Fantasi Sedarah yang tersebar di media sosial menuai kecaman publik. Sejumlah anggota dalam grup ini secara terbuka membagikan foto anggota keluarga dengan narasi yang tidak senonoh.

Salah satu konten yang dibagikan antara lain berisi foto anak kecil. Dalam ceritanya, pengunggah mengisahkan bahwa dirinya memiliki ketertarikan khusus hingga lakukan perbuatan menyimpang padasang anak.

"Kalian suka fantasi sedarah sama siapa?" tulis akun Facebook Uc** Uc** di grup tersebut pada 23 April.

Tangkapan layar postingan tersebut pun beredar luas di berbagai media sosial, termasuk Instagram dan X (sebelumnya Twitter). Netizen pun dibuat murka dengan hal ini dan mendesak pihak berwenang untuk segera bertindak.

Saat ini, grup yang berisi konten menyimpang tersebut telah dihapus oleh pihak Meta. Hal ini lantaran dinilai melanggar pedoman komunitas.

"Akun grup tersebut sudah ditutup, ditangguhkan, atau dihapus provider Facebook Meta, karena melanggar aturan,” kata Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, Kombes Roberto Pasaribu, dikutip dari Wartakotalive.com, Sabtu (17/5/2025).

Polda Metro Jaya juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) untuk menindaklanjuti kasus ini.

“Kami intensif berkoordinasi dengan Meta dan Komdigi,” lanjut Roberto.

Sementara itu, grup Facebook ini juga pernah berganti nama menjadi grup SUKA DUKA setelah viral. Komdigi sendiri dikabarkan telah melakukan pemutusan akses terhadap 6 grup Facebook, termasuk grup ini.

Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komdigi, Alexander Sabar menyatakan langkah pemblokiran diambil sebagai upaya awal negara untuk memberikan perlindungan terhadap anak-anak dari konten digital yang berpotensi merusak perkembangan mental dan emosional.

“Kami langsung berkoordinasi dengan Meta untuk melakukan pemblokiran atas grup komunitas tersebut," ujar Alexander dalam keterangannya, Jumat (16/05/2025).

"Grup ini tergolong pada penyebaran paham yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat,” lanjutnya.

Alexander juga menambahkan bahwa konten dalam grup Facebook Fantasi Sedarah ini merupakan pelanggaran serius terhadap anak di bawah umur.

“Grup itu memuat konten fantasi dewasa anggota komunitas terhadap keluarga kandung, khususnya kepada anak di bawah umur,” tegasnya.

Lebih lanjut, kasus ini juga menjadi perhatian Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. Ia mengecam keras grup yang berisi konten menyimpang ini.

Sahroni bahkan menyebut grup tersebut sangat menjijikkan. Ia pun meminta agar polisi dan Komdigi dapat bertindak cepat.

"Ini sangat menjijikkan. Karenanya saya minta Polisi dan Komdigi (Kementerian Komunikasi dan Digital) telusuri dan tindak para pengelola maupun anggota grup kotor tersebut," kata Sahroni, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (17/5/2025).

Sahroni juga khawatir jika tidak segera ditangani, para anggota grup penyuka inses tersebut bisa menjadi pelaku kekerasan seksual anak di bawah umur. Hal ini tentunya bisa menjadi kejahatan luar biasa yang menghancurkan korban.

"Mereka jelas mewadahi penyimpangan dan ini kan masih fantasi. Kalau tidak kita hentikan dan sampai fantasinya jadi kenyataan, ini akan menyebabkan pidana kekerasan seksual yang luar biasa menghancurkan korban," kata Sahroni.

Sahroni pun mendesak agar aparat dapat segera mencari para anggota untuk dibina secara psikologis. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya kejahatan seksual.

"Jadi, mereka harus dicari, dan dibina secara psikologis, dan kita hentikan mereka sebelum kejadian," imbuhnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.