Pantas Warga Mau Urunun Rp2,5 Miliar Buat Bangun Patung Jokowi, Terjawab Alasan Pegang Jeruk
Mujib Anwar May 19, 2025 11:30 AM

TRIBUNJATIM.COM - Patung yang dinamai Juma Jokowi di kawasan perbukitan Desa Kuta Mbelin, Kecamatan Lau Baleng, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, tengah jadi sorotan publik.

Dibuat dari tembaga setinggi empat meter, patung tersebut digambarkan memegang jeruk di tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan ke atas.

Bagian bawahnya tidak memiliki kaki, melainkan berbentuk api sebagai simbol semangat.

Patung yang dinamai Juma Jokowi ini dibangun warga dari enam desa dan tiga dusun di wilayah Liang Melas Datas (LMD).

Juma Jokowi didirikan di kawasan perbukitan Desa Kuta Mbelin dan menjadi simbol rasa syukur masyarakat.

Warga membangun patung ini sebagai ungkapan rasa terima kasih atas pembangunan jalan sepanjang 37 km yang telah dilakukan di wilayah mereka.

Patung ini merupakan hasil urunan dari masyarakat setempat, dengan total biaya pembangunan mencapai Rp2,5 miliar.

Lalu, dari mana saja sumber dananya?

Kepala Desa Kuta Mbelin, Efranda Kembaren, menjelaskan bahwa anggaran untuk pembangunan patung Jokowi berasal dari swadaya masyarakat enam desa dan tiga dusun yang ada di Liang Melas Datas.

Efranda menegaskan bahwa tidak ada dana dari pemerintah dalam proyek ini.

"Sampai saat ini tidak ada dana dari pemerintah, murni swadaya karena bertujuan ucapan terima kasih," jelas Efranda.

Dia juga menambahkan bahwa masyarakat di luar Karo turut berkontribusi sebagai donatur untuk pembangunan ini.

Salah satu donatur yang memberikan sumbangan adalah Gubernur Sumut, Bobby Nasution, yang juga menantu Jokowi.

"Bobby menyumbang Rp500 juta," ujar Efranda.

Adapun Bobby memang sempat menyampaikan langsung ada sejumlah uang yang diberikan untuk membangun patung Jokowi.

Bobby sendiri sempat hadir saat peletakan batu pertama untuk pembangunan patung tersebut pada 4 November 2023.

Ia menyampaikan komitmennya untuk membantu meringankan kekurangan dana yang dihadapi oleh panitia.

"Saya hadir di sini mewakili keluarga, dan tadi ketua panitia menjelaskan kekurangan dana."

"Menanggapi ini, saya beserta teman-teman memberikan oleh-oleh untuk membantu sebanyak Rp 500 juta," ucap Bobby saat meletakkan batu pertama pembangunan patung Jokowi pada Sabtu (4/11/2023).

Setelah proses pembangunan, patung Juma Jokowi kini telah selesai.

Meski demikian, kawasan sekitarnya masih dalam tahap penyelesaian.

"Ya, kalau untuk patung Pak Jokowi sudah 100 persen, namun areanya 75 persen," kata Efranda.

Patung tersebut kini menjadi ikon baru bagi wilayah Liang Melas Datas serta pengingat atas kebaikan Jokowi.

"Ini Juma Jokowi menjadi ikon kita di LMD, Bang, dan pengingat akan kebaikan Bapak Jokowi," ujarnya.

Jokowi sendiri sempat mengunjungi wilayah LMD pada Jumat siang, meski tidak berkesempatan melihat patung yang dibangun secara swadaya tersebut.

"Kami senang, Pak Jokowi kembali hadir di LMD, walau beliau enggak sempat lihat patungnya langsung," ujar Efranda dengan penuh rasa syukur.

Kunjungan Jokowi difokuskan untuk bertemu masyarakat dan membantu petani jeruk dalam menghadapi hama lalat buah.

"Saya hadir di sini fokus membantu masyarakat atau petani dalam dampak lalat buah, dan pengelolaan buah jeruk ke depannya," kata Jokowi dalam kesempatan yang berbeda.

Dengan pembangunan patung Juma Jokowi, masyarakat Liang Melas Datas menunjukkan rasa terima kasih mereka.

Ini sebagai bentuk penghargaan yang tinggi terhadap presiden yang telah memberikan perhatian kepada wilayah mereka.

Patung Juma Jokowi di Liang Melas Datas (LMD), Desa Kuta Mbelin, Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Patung Juma Jokowi di Liang Melas Datas (LMD), Desa Kuta Mbelin, Kecamatan Laubaleng, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. (KOMPAS.com/HENDRI SETIAWAN)

Fenomena pembuatan patung di sejumlah daerah untuk dijadikan landmark, belakangan memang menjadi sorotan.

Terbaru sebuah patung rajawali raksasa berdiri kokoh di Kabupaten Indramayu viral di media sosial.

Lokasi patung rajawali ini tepatnya di depan Kantor Desa Cipaat, Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Patung dengan tinggi mencapai 9 meter dan bentang sayap selebar 10 meter ini dibangun dengan anggaran mencapai Rp180 juta.

Adalah Supadi, seorang tokoh pendidikan di desa tersebut yang berada di balik proses pembuatan patung unik ini.

Ia menjabat sebagai Kepala Madrasah Ibtidaiyah di Desa Cipaat.

Supadi membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk menyelesaikan pembangunan patung tersebut yang memiliki berat sekitar 20 ton.

Patung Rajawali ini tidak dibangun tanpa alasan.

Kecamatan Bongas, tempat patung ini berdiri, dikenal dengan julukan Depok, sebuah istilah lokal yang berarti tempat tinggal burung rajawali.

Julukan inilah yang menjadi inspirasi utama berdirinya monumen tersebut.

Kepala Desa Cipaat, Kusnadi, melalui unggahan di akun Instagram @jatinagorbanget, menjelaskan bahwa proyek ini menggunakan dana desa sebesar Rp180 juta dan sebagian tambahan dari Pendapatan Asli Desa (PAD).

Tak hanya itu, beredar juga informasi di media sosial bahwa Supadi turut mengalokasikan dana pribadi demi menyukseskan pembangunan patung yang kini menjadi ikon baru desa.

PATUNG VIRAL - Penampakan patung rajawali raksasa di kantor desa di Indramayu, Jawa Barat. Pembuatan patung tersebut menelan biaya Rp180 juta, Jumat (16/5/2025).
Penampakan patung rajawali raksasa di kantor desa di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pembuatan patung tersebut menelan biaya Rp180 juta, Jumat (16/5/2025). (Dok Tribun Jateng)

Fenomena serupa juga terjadi di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, sebuah tugu berbentuk biawak sukses mencuri perhatian publik karena tampilannya yang sangat menyerupai biawak sungguhan.

Patung ini bahkan terlihat semakin realistis di malam hari berkat instalasi pencahayaan yang dirancang untuk menonjolkan detail bentuknya.

Dibangun dengan dana sekitar Rp50 juta dari program Corporate Social Responsibility (CSR) sejumlah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Wonosobo, tugu ini dikerjakan dalam waktu sekitar satu setengah bulan.

Proyek tugu biawak ini merupakan inisiatif dari Karang Taruna setempat.

Rejo Arianto, seniman asal Wonosobo sekaligus lulusan ISI Surakarta, dipercaya untuk mewujudkan karya tersebut.

Dalam proses pembuatannya, Rejo dibantu oleh enam orang lainnya.

"Untuk tenaga pengerjaan, kalau buat saya Rp50 juta cukup," ujar Rejo.

Pemilihan hewan biawak sebagai objek tugu pun bukan tanpa alasan.

Biawak merupakan spesies endemik yang hidup di sekitar Desa Krasak.

"Awal gagasan dari teman-teman karang taruna, kenapa dipilih biawak, karena biawak adalah hewan endemik lokal daerah tersebut yang perlu dilestarikan," jelas Rejo.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.