Perjalanan karier Budi Arie, pernah jadi aktivis, pernah jadi wartawan, pernah politikus, kini jadi menteri dan namanya terseret dalam kasus judi online.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Nama Budi Arie Setiadi kembali disebut-sebut. Pria yang sekarang menjabat sebagai Menteri Koperasi Kabinet Kabinet Merah Putih itu disebut mendapat jatah 50 persen dari situs judi online yang tak terblokir.
Sebelum ditunjuk sebagai Menteri Koperasi, Budi Arie pernah menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang sekarang malih rupa menjadi Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Menarik untuk melihat perjalanan karier Budi Arie hingga menjadi seorang menteri seperti sekarang ini.
Mengutip Kompas.com, Budi Arie lahir di Jakarta pada20 April 1969. Latar belakang pendidikannya, dia adalah lulusan S1 jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia. Setelah itu dia melanjutkan studi S2 jurusan Manajemen Pembangunan Sosial.
Ketika masih mahasiswa, Budi Arie aktif dalam organisasi. Dia pernah menjabat sebagai Presidium Senat Mahasiswa UI pada 1994-1995 dan menjabat ketua Badan Perwakilan Mahasiswa FISIP UI pada 1993-1994.
Setelah lulus, Budi sempat mendapat kepercayaan menjadi ketua Ikatan Alumni (ILUNI) UI periode 1998 sampai 2000. Selain itu dia juga pernah menjadi Dewan Penasihat ILUNI UI pada 2016 sampai 2019.
Budi kemudian masuk ke dunia politik dan memilih menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Dia pernah menjabat sebagai Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta periode 1998-2001.
Karier politik Budi di PDI-P terus menanjak setelah didapuk menjadi Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan DPD PDI-P DKI Jakarta periode 2005 sampai 2010. Menjelang Pilpres 2014, Budi didapuk menjadi Ketua Umum Projo pada 2013-2014.
Ternyata Budie Arie pernah menjadi wartawan. Dia pernah mendirikan Harian Bergerak pada 1998. Selain memang kuliah di Ilmu Komunikasi UI, Budi Arie juga pernah jadi redaktur pelaksana Suara Mahasiswa UI pada 1992-1993.
Budi juga pernah menjadi jurnalis surat kabar Kontan dan Media Indonesia Minggu. Kemudian dia diangkat menjadi Direktur Utama PT Mandiri Telekomunikasi Utama periode 1996 sampai 2001. Setelah itu, Budi diangkat sebagai pemimpin umum Tabloid Bangsa pada 2001 sampai 2009.
Karier politik
Budi Arie pertama menjadi menteri pada 17 Juli 2023 ketika dia ditunjuk untuk menggantikan Johnny G. Plaet sebagai Menteri Komunikasi dari Informatika. Ketika itu Johnny dicopot karena terlibat korupsi.
Sebelum jadi menteri, Budi Arie pernah menjadi Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi periode 2019–2023.
Yang paling dikenal dari sosoknya adalah dia pendiri dan Ketua Umum Projo, organisasi relawan darat pendukung Joko Widodo pada 2014 lalu. Pada Pemilu Presiden 2024 lalu dia dan Projo secara terbuka menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Kini Budi Arie adalah Menteri Koperasi Indonesia dalam Kabinet Merah Putih yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Terseret kasus judi online
Dilaporkan Kompas.com, Menteri Koperasi Budi Arie disebut dalam surat dakwaan kasus suap pengamanan situs judi online (judol) yang dibacakan pada sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (14/5). Itu adalah surat yang ditujukan kepada Zulkarnaen Apriliantony, satu dari 24 tersangka kasus judol yang menyeret sejumlah nama pegawai Komdigi.
Menurut beberapa sumber, Zulkarnen adalah orang dekat Budi Arie.Dakwaan tersebut dibacakan oleh jaksa penuntut umum Pompy Polansky Alanda pada sidang 14 Mei. "Semua yang ada di surat dakwaan itu dibacakan jaksa penuntut umum," kata dia, dilansir dari Kompas.id, Sabtu (17/5/2025).
Tentu kita semua bertanya-tanya, apa peran Budi Arie, yang notabene adalah seorang menteri, mengacu pada surat dakwaan milik Zulkarnaen itu?
Cerita bermula pada Oktober 2023. Saat itu Budi Arie adalah Menkominfo. Masih menurut Kompas.com, ketika itu dia meminta Zulkarnaen untuk mencari orang yang bisa mengumpulkan data situs judi online. Singkat cerita, Zulkarnane mempertemukan Budi Arie dengan Adhi Kismanto yang memperkenalkan alat crawling data untuk mengumpulkan situs judi online.
Setelah itu Budi Arie meminta Adhi untuk ikut seleksi sebagai tenaga ahli di Kemenkominfo, tapi dia gagal lantaran dia tak punya gejar sarjana. Walau begitu, Adhi tetap diterima bekerja di Kemenkominfo atas atensi dari Budi Arie. Tugas Adhi adalah mencari situs judi online untuk dilaporkan ke Riko Rasota Rahmada yang kala itu menjabat sebagai Kepala Tim Take Down.
Januari 2024, ada banyak situs judi online yang dikoordinasikan oleh Alwin Jabarti Kiemas dan Denden Imadudin Soleh, dua terdakwa lain dalam kasus ini. Denden mengatakan, ada tim Menkominfo yang tengah melakukan patroli mandiri.
Atas hal tersebut, Alwin tak bersedia membayar uang penjagaan, tetapi hanya memberikan uang koordinasi Rp 280 juta kepada Denden. Selanjutnya, Muhrijan alias Agus mengetahui soal praktik penjagaan laman judol agar tidak diblokir di Kemenkominfo karena mendengar adiknya, Muchlis Nasution sedang berkoordinasi melalui telepon dengan Denden.
Muhrijan kemudian bilang kepada Deden bahwa dia mengetahui adanya praktik penjagaan situs judol sekitar Februari atau Maret 2024 dan mengancam akan melaporkannya kepada Menkominfo. Lewat pertemuan dengan Denden, Muhrijan meminta uang Rp1,5 miliar yang akhirnya dipenuhi oleh Denden.
Pada Maret 2024, Muhrijan kembali bertemu dengan Denden untuk meminta uang. Namun, Denden bilang bahwa praktik penjagaan judol saat itu sudah berhenti. Muhrijan lalu menghubungi Adhi dan mengaku sebagai utusan dari direktur Kemenkominfo untuk meminta bertemu.
Dalam pertemuan itu, Muhrijan meminta agar praktik penjagaan situs judol dilanjutkan karena ada orang Kemenkominfo yang ingin melanjutkan praktik tersebut, yaitu Denden. Muhrijan menawarkan bagian Rp1 miliar sampai dengan Rp5 miliar atau 20 persen dari total keseluruhan dari situs perjudian yang diminta dijaga kepada Adhi.
Tawaran disetujui dan Adhi mempertemukan Muhrijan dengan Zulkarnaen. Dalam pertemuan itu, Zulkarnaen menyatakan kepada Muhrijan bahwa dirinya adalah teman baik Budi Arie.
Setelah kesepakatan tercapai, praktik penjagaan situs judi online berlanjut hingga 2024. Selama itu, ada ratusan hingga ribuan laman yang dijaga. Menurut jaksa, ada 3.900 laman yang dijaga pada Mei 2024. Dari penjagaan itu, mereka meraup uang sebesar Rp 48,7 miliar.
Tarif penjagaan adalah Rp8 juta per situs dengan pembagian sebagai berikut:
- 20 persen untuk Adhi
- 30 persen untuk Zulkarnaen
- 50 persen untuk Budi Arie.
Dalam surat dakwaan yang sama, terungkap pula kode pembagian setoran penjagaan situs judi online kepada Budi Arie. Pembagian itu diberikan melalui perantara Alwin yang bertugas sebagai bendahara untuk mengatur pembagian uang hasil penjagaan situs perjudian yang memberikan kode tersebut.
Kode bagian untuk Budi Arie adalah "Bagi PM”. Selain itu, bagian untuk Budi Arie juga disebut dengan kode ”CHF” yang merupakan kode bagian untuk Zulkarnaen ditambah bagian untuk Budi Arie.
Dalam surat dakwaan, disebut pula bahwa antara Mei hingga Oktober 2024, sebanyak 20.192 situs perjudian diamankan dari pemblokiran oleh Kemenkominfo dengan jumlah imbalan Rp171,11 miliar.