Prevalensi Merokok Capai 69 Juta Jiwa, Tembakau Alternatif Opsi Kurangi Perokok
Malvyandie Haryadi May 20, 2025 10:36 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO) Paido Siahaan mengungkapkan berhenti merokok total sering kali sulit dilakukan karena gejala putus nikotin (withdrawal).

Sementara produk tembakau alternatif menawarkan solusi yang lebih realistis bagi perokok dewasa.

“Oleh karena itu, kami mendorong Pemerintah Indonesia untuk mengadopsi pedekatan pengurangan bahaya tembakau seperti yang dilakukan Inggris dengan regulasi yang mendukung inovasi dan edukasi yang akurat,” ujar Paido melalui keterangan tertulis, Selasa (20/5/2025).

Paido menyadari, meski produk tembakau alternatif merupakan opsi yang tepat buat beralih dari kebiasaan merokok.

Namun maraknya kampanye negatif justru menjadi penghambat bagi perokok dewasa untuk menggunakan produk rendah risiko tersebut.

Dengan prevalensi merokok di Indonesia sudah mencapai 69 juta jiwa, kampanye negatif terhadap produk tembakau alternatif hanya semakin menghalangi dalam menurunkan jumlah perokok.

“Kampanye negatif, baik yang disengaja maupun akibat misinformasi, menciptakan persepsi keliru di masyarakat bahwa vape atau produk tembakau alternatif lainnya sama berbahayanya dengan rokok," katanya.

Tak hanya itu, penyalahgunaan untuk mengonsumsi narkoba juga makin memperparah citra produk tembakau alternatif.

Menurut Paido, penyalahgunaan menjadi tantangan yang berat karena mengaburkan fakta tentang potensi produk tembakau alternatif.

Untuk memperkecil ruang penyalahgunaan, maka diperlukan penegakan hukum yang ketat. Tentunya juga perlu didukung dengan peningkatan edukasi bagi publik.

“Edukasi tersebut untuk menjelaskan bahwa produk tembakau alternatif adalah alat untuk perokok dewasa, bukan untuk non-perokok atau sebagai sarana penyalahgunaan zat terlarang," jelas Paido.

Kajian dari Office for Health Improvement and Disparities (2022) dan Royal College of Physicians (2024) di Inggris Raya menegaskan produk tembakau alternatif efektif untuk mengurangi kebiasaan merokok.

Profesor Ilmu Adiksi di Universitas East Angel sekaligus Pemimpin Redaksi Riset Nikotin dan Tembakau, Caitlin Notley, menjelaskan kedua laporan tersebut menyimpulkan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok.

“Produk tembakau alternatif menawarkan pedekatan pengurangan bahaya untuk mendukung orang beralih merokok. Banyak di antaranya mungkin telah mencoba dan gagal menggunakan pendekatan berhenti total,” kata Prof. Noetly.

Selama ini, lanjutnya, produk tembakau alternatif diterpa dengan informasi-informasi menakutkan seperti dampak penggunaannya bagi kesehatan.

“Hal ini secara tidak sengaja dapat mencegah orang untuk mencoba beralih dari kebiasaan merokok yang mematikan,” ujarnya.

Dalam laporan Office for Health Improvement and Disparities yang disusun para akademisi dari King’s College London menunjukkan upaya beralih dari kebiasaan merokok dengan menggunakan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik/vape, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin, memiliki tingkat keberhasilan tertinggi 64,9 persen.

Adapun tingkat keberhasilan melalui upaya berhenti merokok tanpa memanfaatan produk tembakau alternatif hanya mencapai 58,6 persen.

Laporan ini juga menyimpulkan bahwa produk tembakau alternatif hanya memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok dalam jangka pendek dan menengah.

Adapun menurut laporan King’s College London, produk tembakau alternatif lebih efektif membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok dalam jangka waktu enam bulan daripada terapi pengganti nikotin.

Sejak dari 2013, produk tembakau alternatif telah berhasil membantu sekitar 30 ribu hingga 50 ribu perokok setiap tahunnya beralih dari kebiasaan merokok.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.