Peristiwa kiamat hanya Tuhan yang tahu. Tapi ilmuwan Jepang mencoba menghitung secara ilmiah dan dapat prediksi angka tahunnya.
Itulah hasil penelitian para ilmuwan Universitas Toho di Jepang berkolaborasi dengan NASA. Melansir dari beberapa media seperti Tech.news.am, Colitco, dan Bizz Buzz, Senin (25/5/2025) para ilmuwan ini melakukan 400.000 simulasi yang dijalankan super computer.
Menurut para ilmuwan ini, Bumi musnah karena faktor matahari. Mereka membuat proyeksi radiasi matahari akan meningkat tinggi di masa depan. Temperatur akan naik dan mengubah komposisi atmosfer Bumi dan oksigen pun habis.
"Akhir kehidupan di Planet Bumi akan terjadi karena kekurangan oksigen," demikian tertulis dalam laporan riset.
Keseimbangan kimia di planet ini pelan-pelan berubah karena Matahari memanaskan permukaan Bumi. Simulasi menunjukkan penurunan tingkat oksigen secara perlahan. Hal ini berdampak pada makhluk hidup yang butuh oksigen.
Bagaimana oksigen habis? Ketika air menguap lebih banyak karena matahari lebih panas, siklus karbon menjadi kacau. Karbon dioksida berkurang, tumbuhan mati, dan tanpa tumbuhan tidak ada fotosintesis yang menghasilkan oksigen.
Atmosfer kembali seperti Bumi di masa awal terbentuk, yaitu penuh metana dan tidak bisa ditinggali makhluk hidup. Itulah momen kiamat di masa depan menurut para ilmuwan Jepang ini.
Tim ilmuwan ini dipimpin Profesor Kazumi Ozaki dan hasil penelitian mereka sudah dipublikasi di Nature Geoscience. Riset mereka menyebutkan kiamat akan terjadi tahun 1000002021. Alias 1 miliar tahun dari sejak tahun 2021, masih sangat jauh waktunya.
Boleh percaya, boleh tidak dengan angka ini ya detikers. Namun, ilmuwan sudah membuktikan Matahari semakin panas. Buktinya adalah terjadinya badai Matahari terkuat dalam 20 tahun terakhir.
Faktor lain yang mempercepat kiamat sesuai simulasi ini adalah faktor perubahan iklim yang dipicu ulah manusia. Es di kutub meleleh dan gas rumah kaca meningkat terus.
Dari riset tersebut, tentu bukan ingin menakut-nakuti. Tim ilmuwan berharap dengan riset mereka, manusia menjadi lebih peduli dalam aksi untuk menjaga kehidupan biologis. Inovasi dan penjelajahan antariksa juga bisa menjadi strategi bertahan hidup.