Pendekar-pendekar Kawakan di Telkom
Eko Sutriyanto May 28, 2025 12:33 PM

Oleh:  Moch S Hendrowijono, pengamat telekomunikasi dan transportasi, mantan editor Harian Kompas

TRIBUNNERS - Baru saja berhenti sebagai Presdir dan CEO sebelum XL Axiata merger dengan Smartfren Telecom menjadi XL Smart, Dian Siswarini (57) sudah harus sibuk lagi. 

Ia ditetapkan sebagai Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) BUMN PT Telkom Selasa (27/5) petang. RUPST antara lain juga mengangkat Mohammad Awaluddin menjadi wakil direktur utama, sementara Ismail, Sekjen Kementerian Komdigi (Komunikasi Digital), tetap menjadi komisaris.

Dian Siswarini presdir dan CEO (chief excecutive officer) perempuan pertama di industri telekomunikasi, menduduki jabatan  di XL Axiata hampir 10 tahun sejak 2015.

Dia juga menjadi dirut perempuan pertama di kelompok BUMN Telkom, yang sebelumnya pernah bekerja di perusahaan telekomunikasi Citra Sari Makmur dan PT Satelindo yang kemudian diakuisisi PT Indosat.  

Lahir di Majalengka, Jawa Barat, 5 Mei 1968 dari ayah seorang dosen teknik lingkungan dan ibu konsultan bangunan itu meniti karier dari bawah.

Ia bekerja  sejak lahirnya XL (namanya semula Excelcomindo Pratama sebelum diakuisisi Axiata) pada 1996. Ia berkeras mendorong karier kaum wanita, dibuktikannya dengan sepertiga (33 persen) jabatan di XL Axiata dipegang kaum wanita.

Sarjana teknik elektro dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu pada 2014 sempat ditarik ke kantor pusat Axiata di Malaysia menjadi CMO & COO (chief marketing officer – chief operating officer) yang mengawasi operasional Axiata di tujuh negara Asia.

Kembali ke Indonesia pada 2015, ia menjadi presiden direktur dan CEO menggantikan tokoh legendaris telekomunikasi, Hasnul Suhaimi.

Dian salah satu dari perempuan Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes Asia’a Power Businesswoman bersama Anna Leonita, Presiden Avrist Assurance dan Teressa Wibowo, pemimpin e-commerce milik Grup Kawan Lama, Ruparupa.com.

Ia juga membuka program pemberdayaan perempuan bekerja sama dengan Kementerian PPPA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), lewat Sisternet (2015).

Selama masa kepemimpinannya di XL, Sisternet memperkenalkan digitalisasi kepada lebih dari sejuta perempuan baik di kota maupun pedesaan, terutama perempuan pengusaha UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah).

Mencari bibit unggulan sumber daya manusia (SDM) dari kalangan mahasiswa berprestasi, semasa kepemimpinannya Dian meneruskan pelatihan calon pemimpin, XL Future Leader.

Ribuan mahasiswa menjadi alumni pendidikan gratis dalam beberapa angkatan itu dan banyak di antara lulusannya menjabat pimpinan tinggi di perusahaan lokal dan internasional.

Beberapa peserta XL Future Leader bahkan ada yang diberi latihan fisik, berkesempatan menjadi CEO selama beberapa hari. Mereka benar-benar memimpin rapat manajemen XL. 

Satya Lencana

Wakil Direktur Utama PT Telkom, Mohammad Awaluddin asli orang telko yang bekecimpung di banyak jabatan selama kariernya di PT Telkom, sebelumnya Perumtel (perusahaan umum telekomunikasi).

Mulai dari karyawan pemula di Telkom Jawa Timur, EGM (excecutive general manager) Divisi Regional 1 Sumatera, Dirut PT Infomedia Nusantara (2010 – 2012), direktur Telkom hingga 2016, kemudian dilompatkan ke industri transportasi menjadi dirut pengelola bandara, Angkasa Pura II, dan Komisaris Utama PT Pelni, BUMN angkutan kapal laut, (2024 – 2025).

“Wong kito galo” yang tamatan Universitas Sriwijaya itu meraih banyak penghargaan, termasuk pengharggan paling bergengsi, Satya Lencana Pembangunan Presiden RI pada 2008.

Ia pernah masuk nominasi sebagai direktur utama in-Journey, induk BUMN transportasi udara, namun kepadanya dipilihkan jabatan sebagai komisaris utama PT Pelni.

Dua pucuk pimpinan PT Telkom ini seolah pendekar kawakan dan akan menjadi kekuatan besar membawa PT Telkom ke dalam dunia telekomunikasi yang tingkat persaingannya sangat tajam.

Mereka juga akan mengawasi kinerja PT Telkomsel, penyumbang terbesar pendapatan Kelompok Telkom. Kini hanya ada 3 besar di industri telekomunikasi seluler, Telkomsel, IOH (Indosat Ooredoo Hutchison) dan XLSmart yang “baru lahir”, hasil merger antara XL Axiata dan Smartfren Telecom, anak perusahaan Sinar Mas.

Kinerja mereka didukung kelompok BOD (board of directors – dewan direksi) sebanyak  sembilan orang dan BOC (board of commissioners – dewan komisaris) sebanyak delapan orang. Di antara BOC itu ada Ismail sebagai komisaris independen.

Ismail yang lahir di Mataram pada 10 Agustus 1969 itu lebih muda setahun dibanding Dian Siswarini dan Awaluddin, tetapi telah berkarier tidak kurang dari 32 tahun sejak 1993 di Kementerian Kominfo (komunikasi dan informatika) yang sekarang Komdigi. Sebelumnya ia Direktur Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos Informatika (Dirjen SDPPI) Kementerian Kominfo. 

Ismail diakui banyak pihak sebagai arsistek transformasi digital Indonesia, penggagas utama beberapa kebijakan, antara lain soal pembentukan layanan serat optik Palapa Ring.

Juga soal registrasi pelanggan prabayar, pendaftaran IMEI (international mobile equipment identity – nomor identitas perangkat telekomunikasi bergerak internasional), dan proyek ASO (analog switch off), penghapusan layanan telekomunikasi analog dan masuk ke layanan digital. 

Kalau menurut aturan, batas usia direksi dan komisaris BUMN adalah 60 tahun, tinggal tiga tahun bagi Dian dan Awaluddin dari kesempatan 5 tahun dalam jabatan itu.

Namun bisa jadi jabatan mereka akan lebih lama jika aturan soal perpanjangan usia pensiun selesai ditetapkan pemerintah.

RUPST Selasa lalu juga menetapkan besaran gaji, remunerasi direktur dan komisaris PT Telkom.

Berbagai sumber menyebutkan, gaji dirut Telkom, termasuk berbagai tunjangan dan sebagainya, mencapai Rp 26,4 miliar setahun atau Rp 2,2 miliar sebulan, sementara gaji komisaris adalah 45 persen gaji anggota direksi.

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.