Jadi Remaja Tangguh Tanpa Terjebak Burnout, Begini tipsnya 
Hari Widodo May 28, 2025 10:31 PM

BANJARMASINPOST.CO.ID- Para remaja harus punya kemampuan bagaimana caranya tetap kuat, tangguh, dan sehat jiwa di tengah tekanan hidup yang kadang datang bertubi-tubi. Karena percaya deh, kuat itu keren, tapi kuat yang sehat jauh lebih keren!

Astika Fauziah, Mahasiswa semester IV Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, mengungkapkan, masa remaja bukan sekadar tentang pertumbuhan fisik, tetapi juga tentang bagaimana seseorang belajar bertahan dalam berbagai tekanan, baik dari sekolah, pergaulan, hingga dunia digital. 

"Tumpukan tugas, standar prestasi yang makin tinggi, dan dorongan untuk selalu tampil sempurna di media sosial bisa perlahan-lahan menyedot semangat dan energi. Banyak remaja mengaku merasa capek terus-menerus tanpa tahu penyebab pastinya, padahal mereka sedang mengalami burnout," jelas Tika, panggilan akrabnya.

Burnout merupakan kondisi kelelahan secara mental, emosional, dan fisik yang terjadi karena tekanan berkepanjangan dan tidak tertangani dengan baik.

Khusus pada remaja, terutama yang masih duduk di bangku sekolah, burnout ini sering muncul dalam bentuk burnout akademik.

"Gejalanya berupa rasa lelah emosional, kehilangan minat belajar, serta perasaan tidak mampu memenuhi tuntutan akademik yang ada. Situasi ini bisa makin parah jika tidak ada dukungan dari lingkungan sekitar atau jika remaja belum mampu mengenali dan mengelola stres yang mereka rasakan," papar Tika.

Penelitian membuktikan bahwa dukungan sosial dari orangtua, guru, dan teman sebaya dapat menjadi pelindung penting untuk mencegah stres dan burnout.

Di tengah banyaknya tekanan itu, penting untuk disadari bahwa menjadi kuat bukan berarti harus memaksa diri sampai kelelahan. Justru, remaja yang tangguh adalah mereka yang tahu kapan harus istirahat dan bagaimana menjaga diri.

"Beberapa faktor yang membuat remaja rentan mengalami kelelahan mental dan emosional antara lain tekanan akademik yang tinggi, kurangnya kemampuan mengatur waktu dan istirahat, minimnya kedekatan dengan keluarga dan lingkungan sosial, paparan berlebihan terhadap media sosial, tidak memiliki keterampilan dalam mengelola stres," jelas Tika.

Hubungan yang hangat dengan keluarga, teman, dan lingkungan sekolah berperan penting dalam menjaga stabilitas emosi remaja.

Kelekatan dengan keluarga, teman sebaya, dan sekolah menjadi pelindung alami remaja dari tekanan psikologis yang terus meningkat.

Adapun Burnout Akademik pada pelajar dapat didefinisikan sebagai kelelahan fisik dan emosional yang muncul akibat stres belajar yang berkepanjangan. 

Mengutip jurnal Psikoborneo, Sari dan rekannya (2020), Tika menjelaskan bahwa burnout akademik membuat siswa kehilangan energi, tidak lagi merasa termotivasi, dan bahkan menarik diri dari lingkungan sosial serta menjadi tidak peduli terhadap teman atau guru mereka.

"Agar kita semua bisa tetap sehat mental dan tetap produktif, ada beberapa beberapa tips yang bisa kita terapkan sehari-hari," ujar Tika.

Kenali Emosimu. Sadari kapan kamu mulai merasa jenuh, stres, atau tertekan. Jangan abaikan sinyal dari tubuh dan pikiranmu itu penting sebagai langkah awal untuk pulih.

"Seimbangkan Kegiatan. Buat jadwal harian yang adil antara belajar, istirahat, bersosialisasi, dan aktivitas me time. Waktu luang itu bukan pemborosan, tapi bagian dari perawatan diri," terangnya.

Tidur yang vukup. Pastikan tidur minimal 7 jam setiap malam. Tidur yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap mood dan konsentrasi kita.

Kurangi main medsos. Gunakan media sosial secara bijak. Jangan mudah terjebak membandingkan diri dengan hidup orang lain yang belum tentu sesuai kenyataan.

Bicara dengan orang terdekat. Kalau sedang tertekan, jangan dipendam. Ceritakan perasaanmu kepada orang tua, sahabat, atau guru yang kamu percaya. Didengar saja bisa sangat melegakan.

Lakukan hal yang kamu suka. Luangkan waktu untuk hal-hal yang bikin kamu senang, seperti menggambar, membaca, menulis, atau olahraga ringan. Ini adalah bentuk self-care yang menyenangkan.

Jangan ragu konsultasi ke profesional. Kalau sudah merasa tidak sanggup menghadapi semuanya sendiri, berbicara dengan psikolog adalah langkah yang sangat bijak dan sehat.

"Jadi, teman-teman, kuat bukan berarti harus selalu terlihat hebat dan tidak pernah lelah. Kuat juga berarti tahu kapan kita butuh istirahat, tahu bagaimana menjaga diri, dan tahu kapan harus bicara," tandas Tika.

Harap Tika tips ini bisa membantu kita tetap kuat, tetap semangat, dan tetap bahagia menjalani masa remaja. Karena sekali lagi: kuat itu keren tapi kuat yang sehat jauh lebih keren!

 (banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)


Foto istimewa
Atika pada kegiatan pelatohan kepemimpinan tingkata dasar 2025

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.