Target Prabowo Ekonomi RI 8 Persen: Tantangan Besar, Warisan Gagasan Soemitro
kumparanBISNIS June 07, 2025 03:20 AM
Prabowo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen selama pemerintahannya. Namun, untuk mengejar angka ambisius ini, dibutuhkan dana jumbo hingga Rp 10.000 triliun. Tantangan tersebut diungkap dalam Gala Dinner Soemitro Economic Forum yang digelar Rabu (4/6) di The Tribrata Hotel, Jakarta Selatan.
Juru Bicara Kantor Komunikasi Presiden, Fithra Faisal, mengatakan angka tersebut hanya bisa dikejar jika Indonesia mampu menarik investasi asing secara masif.
“Dari Rp 10 ribu triliun itu, kita cuma bisa memaksimalkan Rp 3 ribu triliun dari dalam negeri. Sehingga Rp 7 ribu triliun itu harus didapatkan dari luar negeri,” kata Fithra.
Kebutuhan investasi ini akan diarahkan ke sektor-sektor yang punya efek berantai besar terhadap produktivitas dan penciptaan lapangan kerja, seperti infrastruktur, teknologi informasi dan komunikasi, sanitasi air, sumber daya air, transportasi, dan perumahan.
Untuk mendatangkan investasi asing, strategi politik luar negeri bebas aktif tetap dijalankan. Indonesia menempatkan diri sebagai mitra netral di tengah konflik global, termasuk dalam tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
“Kita sudah menawarkan apa yang bisa dibeli, apa yang bisa ditawarkan kepada Trump. Tapi di sisi yang lain, kita tidak meninggalkan kawan,” kata Fithra menegaskan posisi Indonesia dalam dinamika perdagangan global.
Ia juga menyambut baik langkah Presiden Prabowo yang melakukan evaluasi kebijakan, termasuk penyesuaian aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan kuota impor yang terlalu kaku.
“Regulasi TKDN yang tidak fleksibel justru menghambat Indonesia dalam jaringan produksi global,” ujarnya.
Dalam forum yang juga mengulas warisan pemikiran Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo Sang Begawan Ekonomi Indonesia, para ekonom sepakat, banyak gagasan Soemitro yang masih relevan. Termasuk soal pentingnya negara hadir secara efektif dalam ekonomi.
Dekan FEB UI Teguh Dartanto menyebut Soemitro sebagai pemikir futuristik. Ia menekankan empat gagasan utama yang harus dihidupkan kembali. Menurutnya, negara yang hadir secara efektif, penguatan ekonomi domestik dengan proteksi terukur dan integrasi global, penciptaan nilai tambah lewat hilirisasi, serta penciptaan lapangan kerja.
Perbesar
Gala Dinner Soemitro Economics Forum di The Tribrata, Rabu (4/6/2025). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
“Pak Mitro selalu menegaskan dalam karyanya bahwa penciptaan lapangan kerja dan pemerataan kesejahteraan. Dan menurut saya itu sangat konteksual dengan kondisi sekarang ini,” terang Teguh.
Teguh juga mengingatkan agar kebijakan negara tidak hanya berpihak pada yang masih bekerja, tetapi juga mereka yang mengalami PHK.
“Jadi bagaimana kita melindungi pekerjaan itu sendiri dan juga membantu yang PHK,” tegasnya.
Sementara itu, Badri Munir Sukoco dari Universitas Airlangga menyampaikan bahwa tantangan Indonesia bukan hanya soal target ekonomi, tapi juga soal kemandirian ekonomi nasional. Ia menyoroti dominasi produk asing di pasar nasional sebagai bukti lemahnya kedaulatan ekonomi Indonesia.
“Jumlah mobil yang laku tahun lalu sebesar 1,1 juta dan 95 persen itu berasal dari satu negara. Atau 5,5 juta unit motor yang terjual tiap tahun di Indonesia, 98,9 persen itu berasal dari satu negara,” kata Badri.
Badri menutup dengan mengingatkan potensi besar bonus demografi Indonesia: 70 persen penduduk berusia di bawah 40 tahun. Namun, dengan angka pengangguran mencapai 7,28 juta per Februari 2025, negara harus segera melibatkan generasi muda dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan ekonomi.
“Selama ini anak muda itu lebih banyak menjadi pasif player di ekonomi kita,” ujarnya.