Pekerja Migran: Tulang Punggung Ekonomi yang Terlupakan
Muhasyim Ilham Latif June 07, 2025 07:20 PM
Pekerja migran memegang peranan penting dalam menopang ekonomi global, termasuk di Eropa. Mereka mengisi kekosongan tenaga kerja di sektor-sektor yang kerap dihindari pekerja lokal, seperti pertanian, perawatan lansia, konstruksi, dan jasa kebersihan. Meski kontribusi mereka sangat besar, perhatian terhadap kesejahteraan dan hak-hak pekerja migran masih minim.
Menurut laporan International Labour Organization (ILO), terdapat lebih dari 169 juta pekerja migran internasional di seluruh dunia. Di Eropa sendiri, sekitar 13 juta pekerja migran terlibat dalam berbagai sektor, baik formal maupun informal. Mereka berasal dari negara-negara seperti Rumania, Maroko, Suriah, Filipina, dan Indonesia.
Sebagian besar pekerja migran bekerja dalam kondisi yang sulit—dengan jam kerja panjang, upah rendah, dan perlindungan hukum yang terbatas. Selama pandemi COVID-19, mereka tetap berada di garis depan, memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi, meskipun dengan risiko kesehatan yang tinggi dan imbalan yang minim.
Salah satu bentuk kontribusi terbesar pekerja migran adalah remitansi atau pengiriman uang ke negara asal. Bank Dunia mencatat bahwa pada 2023, total remitansi global mencapai lebih dari 840 miliar dolar AS. Negara-negara seperti India, Filipina, dan Indonesia sangat bergantung pada arus dana ini untuk mendukung ekonomi domestik dan mengurangi kemiskinan.
Namun, ketergantungan negara pada remitansi tidak dibarengi dengan perlindungan memadai bagi para pekerja itu sendiri. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem perekrutan yang tidak transparan, terpapar eksploitasi, atau tidak memiliki akses ke layanan kesehatan dan jaminan sosial. Diskriminasi dan stereotip juga menjadi tantangan tersendiri dalam proses integrasi di negara tujuan.
Beberapa negara di Eropa telah mulai mengambil langkah untuk memperbaiki kondisi ini. Jerman, misalnya, menyediakan pelatihan bahasa dan program integrasi bagi pekerja migran. Italia memperlonggar aturan visa untuk sektor pertanian guna mencegah kekurangan tenaga kerja. Meski begitu, masih banyak negara yang perlu mengevaluasi kembali kebijakan imigrasi dan ketenagakerjaan mereka.
Untuk menciptakan sistem yang adil dan berkelanjutan, pekerja migran harus dipandang sebagai bagian integral dari struktur ekonomi dan sosial, bukan sekadar sumber tenaga murah. Mereka membutuhkan perlindungan hukum yang kuat, akses ke fasilitas kesehatan, perumahan yang layak, dan jalur legal untuk bekerja serta menetap.
Selain itu, penting untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap pekerja migran. Mereka bukan ancaman atau beban, melainkan kontributor aktif dalam pembangunan. Mengakui dan menghargai peran mereka adalah langkah pertama menuju kebijakan yang lebih inklusif dan manusiawi.