TRIBUNMANADO.CO.ID - Menjalani rutinitas sebagai pelajar sekaligus pesepak bola Muda di Selandia Baru, tak membuat Michael Soeoth lupa dengan cita-citanya: kelak bisa berseragam merah putih dan bertarung untuk Timnas Indonesia di Lapangan Hijau.
Pemuda 18 tahun berdarah Manado, Sulawesi Utara ini kini bermain untuk Eastern Suburbs AFC U19, sebuah klub di Aucland Selandia Baru yang berkompetisi di Northern League New Zealand.
Melalui perbincangan lewat whatsapp dengan Tribun Manado, Senin (16/6/2025), Soeoth menceritakan banyak hal tentang dirinya.
Termasuk mimpinya untuk bisa berseragam Timnas Indonesia serta kerinduannya akan masa kecil di kampung halaman, Langowan, Kabupaten Minahasa.
Michael lahir di Manado pada 1 Juni 2007, namun besar di Langowan hingga usia sembilan tahun.
Ia masih sangat lekat dengan kenangan masa kecil: bermain di luar rumah hingga gelap, dibonceng opa dan oma ke sekolah, gereja, sekolah minggu, dan menikmati jajanan tradisional serta masakan rumahan yang hanya bisa ditemukan di Sulawesi Utara.
Ia juga mengenang bagaimana dulunya ia sering diajak oma dan opa ke kebun.
"Bersama teman-teman main kelereng, layang-layang, depak gambaran. itu semua kenangan indah yang tidak akan bisa dilupakan,” kenangnya.
Ia mengenang, masa-masa di kampung bersama opa dan oma adalah momen paling membahagiakan.
"Saya suka, bagaimana masa kecil di sana yang sederhana dan tanpa internet," ujar dia.
Baginya, hidup di Langowan penuh dengan kehangatan. Seluruh kehidupan masa kecilnya di sana sangat membuatnya rindu.
"Rindu sekali. Saya rindu dengan teman-teman masa kecil, guru-guru, aktivitas yang saya buat di sana, makanan lokal dan tentu saja oma dan opa yang selalu merawat saya dengan baik di sana," kenang dia.
Ia membayangkan, seandainya dia bisa mengirim surat kepada dirinya yang usia 9 tahun di Langowan, ia akan mengatakan agar dengar-dengaran kepada orang tua, terumata ayah ibu dan oma opa.
"Karena tanpa mereka saya tidak sampai di momen seperti saat ini. Karena mereka yang tau yang terbaik buat diri saya.
Saya juga akan bilang agar menghargai kerja keras dan pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk diri saya," ujar dia.
Pada 2016, Michael dan keluarganya pindah ke Auckland, Selandia Baru.
Di sinilah ia mulai membangun hobi sepak bolanya lebih serius.
Meski awalnya mengalami culture shock dan tidak bisa berbahasa Inggris, Michael berhasil beradaptasi.
Kini ia duduk di kelas 3 SMA di One Tree Hill College, dan latihan sepak bola hampir setiap hari.
“Di sini saya keluar rumah jam 8 pagi, dan baru pulang jam 8 malam.
Latihan bisa sampai dua jam, terus pulang pakai bus dan kereta. Tapi saya belajar atur waktu dengan bijak,” tuturnya.
Kecintaan Michael pada tanah air tidak hanya sebatas impian untuk berkarier di lapangan hijau.
Ia masih fasih berbahasa Manado, dan bersama keluarganya aktif di komunitas Kawanua (orang-orang Sulut) di Selandia Baru.
Ia bahkan mengaku masih sering mendengarkan lagu-lagu Indonesia, dari dangdut hingga lagu nostalgia yang mengingatkannya pada mendiang opa tercinta.
Lama di negeri orang, Michael kangen juga pulang kampung.
Ia sebenarnya sudah lama ingin pulang kampung, ke Manado lalu ke Langowan.
Tahun 2022, keinginan itu terasa wajib. Pasalnya opa tercintanya meninggal dunia.
Namun kala itu dunia masih diselimut pandemi Covid-19. Walhasil ia pun tidak bisa keluar dari Selandia Baru.
Saat ini, ia punya rencana, jika suatu hari bisa berlibur ke Sulawesi Utara, ia ingin kembali menengok suasana di Langowan, tempat di mana ia menghabiskan masa kecilnya yang penuh kenangan indah.
"Suatu hari saya pasti balik. Karena saya juga sudah rindu sekali, karena sudah lama tidak balik. Sudah sembilan tahun tidak pulang kampung," ujar dia.
Michael mengawali kecintaannya pada sepak bola sejak usia 7 tahun.
Saat itu ia sering bermain bola sepulang sekolah bersama teman-teman.
Awalnya ia bermain sebagai sayap, karena terinspirasi dari Neymar, idolanya di sepak bola.
Namun karena kaki kidalnya, pelatih menempatkannya di posisi bek kiri.
Selanjutnya ia mulai terbiasa dan menemukan ritme permainan di posisi tersebut.
Di usia yang masih terbilang cukup muda, Michael sudah mencatat prestasi.
Ia menjadi top skor tim Ellerslie AFC U14 Black, membawa timnya menjuarai kompetisi College Sport U14 Grade.
Ia juga dinobatkan sebagai bagian dari One Tree Hill College Boys Team of the Year 2024.
Meski kini bermain di negara yang punya sistem pembinaan sepak bola yang baik, Michael teguh pada cita-citanya untuk membela Timnas Indonesia.
“Saya pernah ditelpon staf Timnas U17 di tahun 2023.
Nama saya juga masuk database pemain diaspora di Kemenpora. Tapi belum ada pendekatan resmi dari PSSI,” ungkapnya.
Michael menegaskan bahwa ia tidak tertarik bermain untuk Selandia Baru meski saat ini tinggal di sana
"Tidak akan! Saya tidak punya darah Selandia Baru dan saya punya paspor dan kewarganegaraan masih Indonesia.
Indonesia adalah tanah air saya yang saya cintai. Saya tidak mungkin melupakan asal muasal saya," tegas dia.
Jika diberi kesempatan bertemu pelatih Timnas selama 10 menit, Michael mengaku akan mengatakan bahwa dirinya memiliki kesungguhan dan didikasi yang tinggi untuk Timnas Indonesia.
"Saya akan bilan ke coach Timnas tentang ambisi dan aspirasi saya untuk membela Timnas Indonesia. Saya akan tunjukan kerja keras saya," ujar dia.
Lebih jauh, Michael juga punya visi membangun akademi sepak bola di Manado suatu hari nanti, sebagai bentuk kontribusinya untuk generasi muda di kampung halaman.
"Kadang saya berpikir, mungkin di masa depan saya akan coba bantu kembangkan anak-anak di Manado dengan berbagai pengalaman apa yang saya pelajari di luar negeri.
Saya ingin membantu pemain lokal yang mau main bola kaki tapi orang tua mereka tidak punya cukup uang untuk itu," jelas dia.
Satu hal yang ingin dirinya ubah dari sistem sepak bola Indonesia berikan kesempatan kepada pemain lokal atau diaspora untuk berseragam Timnas.
Michael Soeoth mengaku, dalam mengeluti hobinya bersepak bola, ia mendapat dukungan dari semua keluarga besarnya.
"Bukan hanya ayah ibu, tapi juga oma opa dan sanak keluarga lainnya," ujar dia.
Ia juga senantiasa mengandalkan Tuhan serta kekuatan iman.
Dalam menjalani kehidupan, ia selalu memegang teguh ayat Alkitab, Matius 19:26:
“Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Tuhan segala sesuatu mungkin.”
Michael menyebut bahwa jika ia tidak menjadi pesepak bola, ia ingin berkarier di bidang computer science atau menjadi pendeta.
"Tapi kalau saya bekerja keras, saya bisa menjadi sesuatu yang saya impikan," terang dia.
Soal sekolah, Michael mengaku sudah merencanakan melanjutkan studi di luar negeri dan ambil jurusan Computer Science.
"Sudah ada beberapa universitas yang saya tertarik, ada dari Kansas, New York di Amerika Serikat. Madrid di Spanyo, dan ada juga di Inggris," ujar dia.
Ia tertarik dengan beberapa universitas tersebut karena di sana juga ada klub sepak bola.
"Punya klub sepak bola yang bekerja sama dengan universitas," terang dia.
BIODATA MICHAEL SOEOTH
Nama lengkap: Michael Soeoth (panggilan: Mikael Suot)
Tempat, tanggal lahir: Manado, 1 Juni 2007
Posisi: Bek kiri
Kewarganegaraan: Indonesia
Tinggal saat ini: Auckland, Selandia Baru
Sekolah: One Tree Hill College, Auckland
Klub saat ini: Eastern Suburbs AFC U19
Klub sebelumnya:
Prestasi: