Sri Mulyani Waspada Lonjakan Harga Minyak Imbas Perang Israel-Iran Tekan APBN
kumparanBISNIS June 17, 2025 09:40 PM
Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai lonjakan harga komoditas energi, baik itu minyak mentah dan batu bara, terutama usai pecahnya perang Israel dan Iran pada akhir pekan lalu.
Sri Mulyani menyebutkan, pada hari pertama perang Israel dan Iran pecah, harga minyak mentah Brent langsung melonjak hampir 9 persen hingga menembus USD 78 per barel.
"Harga minyak tadinya pada kisaran USD 70 bahkan di bawah USD 70 untuk Brent, itu terjadi kenaikan lonjakan bahkan tertinggi sempat mencapai USD 78 per barel, naik hampir 9 persen," ungkapnya saat APBN KITA Juni 2025, Selasa (17/6).
Sri Mulyani mencatat, harga minyak mentah Brent cenderung menurun jika dilihat secara tahunan (year on year) yakni turun 15 persen, serta year to date juga minus 0,5 persen. Namun, secara bulanan (month to month), harga Brent sudah melesat 11 persen.
"Beberapa hari semenjak terjadinya perang Iran dan Israel, terjadi spike, tadi yang merah itu menanjak tinggi banget," jelasnya.
Sama halnya dengan minyak mentah, Sri Mulyani juga menyoroti kenaikan harga batu bara. Secara year to date atau Januari hingga Mei 2025, harganya menurun 16 persen dan 21 persen secata tahunan, namun naik 5 persen dalam 1 bulan terakhir.
"Bulan Mei-Juni ini kenaikan harga batu bara bahkan sudah menembus di atas USD 100 lagi yaitu USD 105,3, jadi ada kecenderungan ada spike kira-kira terjadi di Juni," jelas Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyebutkan, kenaikan harga tersebut karena disrupsi perang Israel dan Iran, dipastikan akan berdampak cukup signifikan pada perekonomian di Indonesia
Sebab, lanjut dia, fluktuasi harga kedua komoditas energi tersebut berkontribusi sekitar 10-13 persen kepada penerimaan negara.
"Naik turunnya harga komoditas dua yang kiri tersebut memberikan dampak hampir sekitar 10-13 persen dari penerimaan negara. Ini yang harus kita jaga," kata Sri Mulyani.
Sri Mulyani merinci harga minyak mentah menyumbang 8-9 persen terhadap total penerimaan negara, sementara sumbangan batu bara berkontribusi sekitar 1-5 persen.
"Pada saat harga batu bara pada tahun 2022 sempat menyentuh USD USD 300, itu sumbangan batu bara terhadap penerimaan negara dari sisi pajak saja itu sekitar 5 persen, sekarang turun drastis menjadi hanya sekitar 1 persen," tuturnya.