---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Ngunduh mantu Al Ghazali akan dilangsungkan malam ini di JCC, Senayan, Jakarta Pusat. Al Ghazali sendiri adalah putra sulung pesohor Ahmad Dhani dan Maia Estianty yang menikah pada 16 Juni 2025 kemarin.
Yuk mengenal lebih dekat tradisi ngunduh manta ala Jawa yang akan dilakukan Al Ghazali malam nanti.
Menurut beberapa sumber, ngunduh mantu adalah prosesi penyambutan mempelai perempuan sebagai anggota keluarga mempelai laki-laki. Mengutip Kompas.tv, ngunduh mantu berasal dari kata bahasa jawa: ngunduh yang berarti panen dan mantu artinya menantu.
Sehingga ngunduh mantu adalah momen ketika orangtua pengantin laki-laki mendapatkan menantu perempuan. Prosesi ngunduh mantu dianggap sebagai acara yang sakral dalam pernikahan adat Jawa.
Pada umumnya,pesta pernikahan dilakukan oleh pihak keluarga wanita. Sehingga keluarga mempelai wanitalah yang mempunyai hajat, dan untuk keluarga pria hanya bisa mengikutinya saja, oleh karena itu, ngunduh mantu ini tidak wajib dilakukan. Karena itulah supaya "diakui"dalam suatu status sosial, maka pihak mempelai pria menyelenggarakan pesta pernikahan.
Sementara mengutipbridestory.com,ngunduh mantu adalah prosesi adat tambahan yang biasanya dilakukan oleh pasangan pengantin berdarah Jawa. Ngunduh artinya panen atau memanen, sedangkan mantu yang berarti menantu.
Prosesi ngunduh mantu sejatinya tidak bersifat wajib. Meski begitu, masyarakat Jawa tetap melaksanakannya sebagai bagian dari pelestarian budaya. Secara umum, prosesi ngunduh mantu ditandai dengan kunjungan mempelai wanita, keluarga besar, beserta kerabat dekatnya ke dalam kediaman dari pihak keluarga besan (orang tua pengantin pria).
Selanjutnya, kedua mempelai diharuskan untuk sungkem kepada keluarga dari pihak laki-laki sebagai bentuk bakti dan rasa syukur. Setelah pasangan pengantin dipersilahkan untuk menduduki pelaminan, orang tua mempelai pria akan menuntun orang tua dari mempelai wanita untuk ikut duduk di sisi pelaminan.
Urutan ngunduh mantu
Prosesi upacara ini diawali dengan kedua pengantin dan orangtua pengantin wanita beserta rombongannya hadir di rumah besan atau mertua.Orangtua pengantin pria lantas menyambut kehadiran orang tua pengantin perempuan dan rombongannya. Biasanya diiringi dengan musik Gendhing Boyong Pengantin.
Kemudian ibu dari pengantin pria akan melingkarkan kain motif Sidomukti di kedua bahu mempelai. Orangtua pengantin pria dan wanita saling berjabat tangan dengan iring-iringan Gendhing Boyong Basuki.
Kedua mempelai diiringi oleh orangtua keduanya menuju ke pelaminan yang dilanjutkan dengan sungkem. Sungkem dilakukan anak dengan bersimpuh di kaki orang tua untuk mengucapkan terima kasih dan meminta maaf. Kemudian, pengantin kembali duduk di pelaminan dan diapit oleh kedua orangtua.
Menurutbridestory.com,susunan acara ngunduh mantu biasanya terbilang jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan pesta pernikahan. Meski begitu, tradisi yang satu ini harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin, lengkap dengan 'sesajen' yang sesuai.
Yang pertama dilakukan, pihak keluarga pengantin pria akan mengirimkan wakil ke rumah mempelai wanita dengan membawa sajian berupa pisang ayu dan suru ayu. Ini merupakan lambang sedyo rahayu yang diartikan sebagai wujud kesejahteraan. Sang utusan kemudian meminta izin untuk membawa kedua mempelai menuju rumah besan atau tempat diadakannya prosesi ngunduh mantu.
Lalu kedua: prosesi ngunduh mantu diawali oleh iring-iringan yang bernama pangombyong, yaitu ketika pasangan pengantin, orang tua mempelai wanita, serta kerabat dekat lainnya tengah bersiap untuk berangkat menuju rumah besan. Rombongan tersebut kemudian bergerak beriringan hingga tiba di kediaman orang tua pengantin pria ataupun lokasi acara ngunduh mantu. Bila mereka melintasi sebuah jembatan, maka sajian yang telah diberikan sebelumnya harus dilempar ke bawah.
Lalu ketiga: saat rombongan telah tiba di rumah besan, maka prosesi sakral ini dilanjutkan dengan wijik pupuk, yaitu sesi mencuci kaki kedua mempelai dengan air bunga setaman yang dibantu oleh ibu mempelai pria. Ini dimaksudkan agar kedua mempelai yang baru saja melakukan perjalanan jauh dapat dihilangkan seluruh energi buruknya—yang mungkin saja sempat hinggap selama perjalanan.
Lalu keempat:tahap imbal wicara, yaitu dialog singkat sebagai bentuk penyerahan pengantin yang dilakukan oleh keluarga mempelai wanita kepada keluarga besar mempelai pria. Kemudian, dilanjutkan dengan sambutan penerimaan oleh pihak orang tua mempelai pria. Usai berdialog, pasangan pengantin diharuskan untuk meneguk dua gelas air bening dengan cara diminumkan oleh orang tua pengantin pria. Tahap ini dinamakan unjukan tirto wening, yang berarti sebuah pengharapan agar rumah tangga mereka senantiasa diberikan ketenangan dalam bertukar pikiran serta memutuskan sesuatu.
Kelima:orang tua pengantin pria kemudian menyambut kedatangan rombongan keluarga besan serta pasangan pengantin dengan membawa seperangkat benda. Tahap ini dijuluki sebagai sindur binayang. Ibu dari pengantin pria akan mengalungkan kain sindur pada bahu kedua mempelai, seraya diiringi oleh gending manten boyong basuki. Sementara itu, sang ayah akan mengambil keris milik putranya untuk kemudian diganti dengan pusaka yang telah disiapkan. Kemudian, ibu mempelai pria akan menuntun pasangan pengantin menuju pelaminan dengan cara dirangkul pundaknya dari arah belakang.
Keenam alias terakhir:sebelum kedua mempelai menduduki singgasana pelaminan, tibalah saatnya untuk prosesi sungkeman. Ini merupakan wujud rasa syukur atas segala bimbingan yang telah diberikan semasa hidup, sekaligus sebagai bentuk penghormatan terhadap orangtua. Prosesi ngunduh mantu kemudian ditutup dengan acara ramah tamah dan doa bersama.
Begitulah sekilas tentang ngunduh mantu ala Jawa yang akan dilakukan oleh Al Ghazali malam nanti.