TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Djohari Somad, warga Bekasi, Jawa Barat, tiba-tiba merasakan sakit hebat di pinggang. Ia pun langsung dibawa ke UGD. Setelah diperiksa, ternyata ada batu ginjal kecil di kedua sisi ginjalnya. Meski tidak terlalu besar, rasa sakitnya luar biasa.
Awalnya, Djohari berobat di Indonesia dengan menggunakan jaminan kesehatan. Tapi menurutnya prosesnya cukup rumit. Komunikasi dengan petugas kesehatan kurang baik, dan Djohari merasa tidak diperlakukan dengan empati. Ia pun menjalani operasi pertama untuk memasang stent di ginjal kanannya.
Setelah operasi, rasa sakit semakin menjadi. Djohari kesakitan saat buang air kecil, bahkan urinenya berwarna merah. Tapi dokter mengatakan itu hal biasa. Dua bulan kemudian, ia menjalani prosedur ESWL di ginjal sebelah kiri, sambil menunggu rencana operasi lainnya.
Merasa bingung dan tidak mendapatkan penjelasan yang jelas dari dokter, Djohari dan keluarganya memutuskan mencari pengobatan ke luar negeri. Mereka menemukan platform Medisata yang membantu mengatur semuanya, dari memilih rumah sakit, dokter, hingga akomodasi.
Pelayanan di Luar Negeri yang Lebih Jelas dan Terarah
Djohari akhirnya memilih berobat ke RS Gleneagles, Penang. Sejak awal, ia sudah merasakan perbedaan. Jadwal dibuat rapi, semua proses terarah, dan tidak membingungkan.
Sesampainya di rumah sakit, Djohari langsung menjalani berbagai pemeriksaan. Dalam waktu kurang dari dua jam, semua hasil sudah keluar. Ternyata, ginjal Djohari mengalami pembengkakan dan infeksi. Inilah yang menyebabkan urinenya terus berdarah.
Dokter pun menjelaskan rencana operasi secara rinci mulai dari jenis bius yang akan dipakai, durasi proses operasi, perkiraan biaya yang dibutuhkan hingga efek samping dan masa pemulihan. Semua dijelaskan dengan sopan, terbuka, dan jelas.
Djohari akan menjalani operasi di Gleneagles untuk mencabut stent dan membersihkan batu ginjal. Ia berharap semua proses berjalan lancar.
Bukan Ingin Mewah, Tapi Ingin Dipahami
Djohari menegaskan, ia berobat ke luar negeri bukan karena ingin dilayani mewah. Ia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya, ingin merasa aman, dan ingin dokter mendengarkan keluhannya.
“Saya yakin banyak dokter baik di Indonesia,” ujarnya. “Tapi sistemnya perlu lebih terbuka dan menghargai hak pasien untuk bertanya dan mengerti.” Ia hanya ingin satu hal: diperlakukan sebagai manusia yang sedang berjuang untuk sembuh.(*)