Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Matcha kini semakin populer di kalangan masyarakat, terutama karena dianggap sebagai alternatif teh dan kopi yang lebih “sehat”.
Namun, bagaimana jika matcha justru menjadi pemicu keluhan asam lambung seperti GERD atau gastroesophageal reflux disease?
Menurut dokter spesialis penyakit dalam subspesialis gastroenterologi hepatologi RS Pondok Indah – Puri Indah dr. Imelda Maria Loho, Sp. P. D. Subps. G.E.H (K), FINASIM, secara mekanisme, matcha dapat memengaruhi kerja katup antara kerongkongan dan lambung.
Serupa dengan efek yang ditimbulkan oleh teh, kopi, dan cokelat.
Katup ini seharusnya hanya terbuka saat makanan masuk.
Namun, pada penderita GERD, katup ini bisa terbuka sewaktu-waktu meski tidak ada makanan yang lewat.
“Matcha ini, teh, kopi membuat katuk ini mudah terbuka. Jadi lagi gak ada makanan lewat pun dia terbuka sewaktu-waktu,” jelas dr. Imelda media briefing yang diselenggarakan oleh RS Pondok Indah di Jakarta Pusat, Rabu (18/6/2025).
Ketika katup terbuka secara tidak normal, asam lambung bisa naik ke kerongkongan, memicu rasa asam atau pahit di mulut, nyeri dada, hingga sensasi sesak napas.
Berapa Banyak Matcha yang Boleh Diminum?
Sayangnya, tidak ada ukuran pasti berapa jumlah matcha yang aman dikonsumsi setiap orang.
Hal ini karena sensitivitas terhadap pemicu GERD sangat bervariasi antar individu.
“Ada gak sih orang yang misalnya minum kopi GERD tapi minum matcha gak GERD? Ada. Jadi setiap orang punya sensitivitas berbeda-beda memang,” tambahnya.
Karena itu, penderita asam lambung sebaiknya memantau reaksi tubuh masing-masing saat mengonsumsi matcha.
Jika gejala seperti mulut terasa asam, batuk kering, atau sendawa sering muncul, bisa jadi konsumsi matcha perlu dibatasi atau dihentikan sementara.
Selain itu, perlu diperhatikan jika matcha dikonsumsi dengan susu.
Menurut dr. Imelda, masalah kembung atau perut tidak nyaman setelah minum matcha dan susu biasanya disebabkan oleh kandungan susu sapi, bukan matcha itu sendiri.