TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pelaku industri kayu olahan (woodworking) meminta pemerintah memberikan insentif untuk meningkatkan daya saing produk kayu olahan Indonesia di pasar internasional.
Wakil Ketua Umum Bidang R&D dan Regulasi Indonesia Sawmill and Woodworking Association (ISWA), Jimmy Chandra, para pelaku industari kayu olahan Indonesia menghadapi kendala daya saing yang rendah dengan produk serupa dari negara lain karena faktor pemanfaatan teknologi yang terbatas.
Sementara, sejumlah negara sudah mengaplikasikan mesin-mesin penghasil kayu olahan terbaru yang lebih efisien.
Jimmy mengatakan, terlepas dari persoalan daya saing tadi produk industri kayu olahan Indonesia memiliki peluang pasar bagus ke sejumlah negara.
“Kami berharap pemerintah memberikan insentif diskon 20 persen untuk bea masuk mesin produksi generasi terbaru," ujarnya di Jakarta, Selasa (17/6/2025). Dia mengatakan, skema insentif seperti itu telah diterapkan oleh Pemerintah China.
Jimmy menekankan, para pelaku industri woodworking perlu melakukan peremajaan dalam penggunaan mesin-mesin produksi agar lebih bisa bersaing di pasar luar negeri.
Dia mencontohkan kayu jati olahan Indonesia memiliki pasar yang bagus di luar negeri dengan permintaan ekspor yang terus meningkat.
Beberapa asosiasi industri seperti Asosiasi Sawmill dan Woodworking Indonesia (ISWA) dan Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), serta Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) mendukung penyelenggaraan Southeast Asia's Premier Woodworking & Furniture Manufacturing Industry Hub pada September 2025 di Jakarta.
Tujuannya, untuk mendorong agar pelaku industri kayu olahan memodernisasi dan memanfaatkan teknologi pengolahan kayu yang lebih modern.
Kegiatan yang akan berlangsung pada 24-27 September ini merupakan gabungan dari interzum jakarta, International Hardware Fair Indonesia, dan IFMAC & WOODMAC yang menampikkan seluruh rantai industri fumitur dan woodworking.
Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan event berskala internasional ini sekaligus menjadi ajang transfer teknologi, dan pertumbuhan berkelanjutan industri manufaktur dan desain di Indonesia dan ASEAN.
"Tujuan utama dari menggabungkan tiga pameran besar ini adalah untuk membentuk sebuah ekosistem industri yang saling terhubung dan saling menguatkan," kata Etty Anggraeini, Director PT Amara Pameran Internasional dikutip Kamis, 19 Juni 2025.
Dengan mempertemukan pelaku dari hulu hingga hilir-mulai dari penyedia bahan baku, teknologi, komponen, hingga solusi desain dan interior, event ini membuka ruang kolaborasi lintas sektor yang mendorong pertumbuhan bersama.
"Platform ini menjadi landasan strategis untuk mendorong inovasi dan membangun koneksi bisnis yang berkelanjutan bagi seluruh pemangku kepentingan di industri woodworking dan furnitur," ungkapnya.
Project Director WAKENI, Cloudinia J. Dieter mengatakan, IFMAC & WOODMAC telah menjadi tolok ukur industri selama bertahun-tahun, dan kini semakin kuat dengan kehadiran interzum jakarta dan IHFI.
"Kami berharap, tahun ini akan menjadi titik balik penting untuk memperkuat jejaring manufaktur dan menampilkan teknologi kelas dunia dari Jakarta ke Asia Tenggara dan dunia," kata Cloudinia.
Event ini disertai dengan program pendukung seperti buyers programme, sesi networking dan forum diskusi industri.
"Dengan dukungan kuat dari pelaku industri global, asosiasi industri, serta program-program terkurasi seperti Re:Create Stage, Material Library, dan Business Matching, kegiatan ini akan mempercepat kolaborasi lintas sektor dan memberikan nilai nyata bagi seluruh peserta," ungkap Mathias Kuepper, Managing Director, Koelnmesse Pte Ltd.
"Indonesia berada dalam posisi strategis saat ini, dan kami bangga dapat menjadi bagian dari momentum pertumbuhan ini," imbuhnya. (tribunews/fin)