Polrestabes Surabaya berencana memeriksa kondisi kejiwaan dari NH (49) suami di Surabaya yang memukul dan menyeret istrinya dari dalam kamar sampai teras rumah, lalu direkam video oleh anak mereka hingga videonya viral di medsos, beberapa waktu lalu.
Rencana tersebut disampaikan Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Edy Herwiyanto, setelah mengumumkan status hukum tersangka atas NH yang terbukti melakukan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) pada istri, berinisial IN (49).
"Dan ini juga tentunya nanti baik korban maupun pelaku akan kita lakukan pemeriksaan secara psikis. Kenapa pelaku selalu melakukan kekerasan terhadap korban dan juga nanti akan kita dalam juga apakah hanya terhadap korban istrinya atau juga terhadap anak-anaknya," ujarnya di Mapolrestabes Surabaya, Kamis (19/6/2025).
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya, Ida Widayati mengatakan, pihaknya juga sudah meminta pihak Polrestabes Surabaya melakukan asesmen kejiwaan suami korban.
Hal tersebut bertujuan memastikan kondisi kejiwaan dari suami yang diketahui berkali-kali melakukan KDRT terhadap korban istrinya, dan berlangsung selama bertahun-tahun, sejak tahun 1996 hingga kini.
"Saya sudah mendorong pihak Polrestabes untuk memeriksa kondisi kejiwaan dari suaminya itu. Baru kemarin, saya koordinasi," katanya saat dihubungi TribunJatim.com
Sebelumnya, anak kedua korban, MA (22), bahwa ayahandanya itu bekerja mengelola showroom mobil rental yang berlokasi di kawasan Surabaya Timur.
Selain itu, ayahandanya itu, juga mengelola beberapa rumah kontrakan yang berlokasi di Kota Surabaya. Penghasilan dari bisnis tersebut, dipakai untuk menghidupi keluarganya.
Menurut anak korban MA, dua jenis usaha tersebut sebenarnya dapat dikatakan sebagai bisnis bersama milik keluarga yang dikelola bersama ibundanya.
Namun, selama ini, cuma ayahandanya saja yang paling dominan menguasai usaha tersebut. Bahkan, keuntungan dari bisnis tersebut, tidak pernah secara transparan diberikan kepada ibundanya.
"Rental mobil dan kontrakan. Masalah banyak, mobil digadaikan, disewa enggak bayar, dia ditipu orang itu biasa saja. Tapi kalau ibu saya butuh apa-apa langsung emosi," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di teras rumahnya, kawasan Kelurahan Lontar, Sambikerep, Surabaya, pada Rabu (18/6/2025).
Anak korban MA mengaku agak bingung melihat sifat dari ayahandanya itu selama ini, yang begitu mudah tersulut emosi saat berkomunikasi dengan ibundanya. Bahkan, seringkali, disertai umpatan sarkas bahkan disertai aksi pemukulan dan penamparan.
Entah apa yang menggelayuti benak dan pikiran sang ayahandanya. Terhadap anggota keluarganya sendiri terlalu pelit dan begitu gampangnya melakukan aksi kekerasan.
Namun, terhadap orang lain, seperti mitra usaha, klien penyewa mobil rentalan, atau teman satu tongkrongan, ayahandanya itu, begitu gampang percaya.
Sampai-sampai, ungkap anak korban MA, beberapa kali ayahandanya itu menjadi korban penipuan dari klien bisnis atau kustomer penyewa mobil. Sang ayahandanya, seperti cuek dan tak terlalu berlebihan mempermasalahkan hal tersebut.
Mulai dari mobil pribadi bahan rentalan tiba-tiba dihilangkan dan digadai oknum klien tak bertanggung jawab, lalu klien rentalan mobil yang enggan membayar biaya sewa mobil, sampai ditipu kolega bisnis dengan kerugian jutaan rupiah.
"Rental mobil dan kontrakan. Masalah banyak, mobil digadaikan, disewa enggak bayar, dia ditipu orang itu biasa saja. Tapi kalau ibu saya butuh apa-apa langsung emosi," jelasnya.
Namun, tatkala sang ibunda meminta uang biaya kebutuhan sehari-hari. Menurut anak korban MA, ayahandanya itu, mendadak terpancing emosinya hingga membentak-bentak hampir semua orang seisi rumah.
Bahkan, terhadap anaknya sendiri, yakin dirinya, sang kakak, serta adiknya yang masih bersekolah, ayahandanya itu, kerap mengungkit-ungkit seperti tak pernah ikhlas.
"Dia itu kalau menafkahi itu selalu diungkit-ungkit. Seperti saat baju yang saya pakai ini dia selalu bilang; baju itu dari siapa yang beli, kasur yang kamu tiduri siapa yang beli, dan makanan yang kamu makan selama ini itu uang dari siapa, gitu," ungkapnya.
Disinggung mengenai kondisi kejiwaan dari sang ayahandanya. Anak korban MA mengaku tidak mengetahuinya. Karena selama ini, ayahandanya tidak pernah menjalani perawatan kejiwaan di fasilitas kesehatan manapun. Lagi pula, ayahandanya itu, juga tidak terlalu menggubris mengenai kondisi kejiwaannya.
"Enggak pernah, karena dia enggak percaya masalah penyakit mental," tuturnya.
Menurut anak korban MA, kondisi kejiwaan ayahandanya itu masih terbilang normal seperti orang kebanyakan. Hanya saja, selama ini, ayahandanya memiliki sifat temperamen yang cenderung berlebihan