BANJARMASINBPOST..CO.ID, BANJARMASIN - Wacana menjadikan sebagian ruang pasar sebagai gedung serbaguna mulai direspons publik, terutama para pedagang yang sehari-hari berjualan di lokasi. Di antaranya dari Pasar Telawang dan Pasar Teluk Dalam di Kota Banjarmasin.
Dirut Perumda Pasar Banjarmasin, Abdan Syakura sebelumnya mengungkapkan dua pasar tersebut akan difungsikan ulang oleh Perumda Pasar Banjarmasin. Salah satunya untuk menciptakan ruang publik kreatif seperti kafe hingga aula/gedung serbaguna. Namun, sebelum itu, Perumda Pasar menyebut akan lebih dulu melakukan uji kelayakan bangunan.
Pantauan BPost, Kamis (19/6), kondisi terkini di lantai dua Pasar Telawang tampak kosong dan tak termanfaatkan. Sementara lantai satu masih ditempati meski hanya tersisa segelintir pedagang yang sebagian besar adalah penjahit. Beberapa kios tampak tertutup rapat.
Suasana pasar juga tampak kurang nyaman. Aroma menyengat dari tempat pembuangan sampah (TPS) di depan bangunan pasar tercium kuat hingga ke dalam area pasar.
Mufida (51), pedagang bahan kue sekaligus penjahit yang sudah lebih dari 20 tahun berjualan di Pasar Telawang mengaku bertahan meski jumlah pembeli terus menurun. “Kios di sini sudah banyak yang kosong, walaupun dicat baru tetap sepi. Saya sempat dengar kabar lantai dua mau dibuat ruang serbaguna, tapi belum tahu kapan pastinya,” ujarnya.
Ia juga menyebut biaya sewa kios per bulan tergolong ringan, yakni Rp 80 ribu untuk kios bagian depan dan Rp 60 ribu di bagian belakang. Namun kendala utama justru datang dari persoalan kebersihan lingkungan pasar. “Bau sampah itu yang mengganggu. Sudah lama seperti ini. Semoga bisa dibenahi dulu kalau memang mau dibuat ramai lagi,” harapnya.
Berbeda dengan Telawang, aktivitas pedagang di Pasar Teluk Dalam Muara relatif lebih hidup. Kios-kios di lantai satu dan dua masih dipenuhi pedagang yang menjajakan berbagai kebutuhan, meski juga terdapat kios kosong. Namun demikian, pembeli tak seramai dulu.
Arbainah (50), salah satu pedagang di Pasar Teluk Dalam mengatakan, biaya sewa kios di sana berkisar Rp100 ribu sampai Rp200 ribu per bulan tergantung lokasi. “Kalau di sini memang banyak pedagangnya. Tapi ya itu, pembelinya yang makin sepi. Saya malah belum tahu kalau katanya mau dijadikan gedung serbaguna,” ujarnya.
Rendahnya tingkat keterisian atau okupansi pasar dan bangunan usaha tak bisa dilepaskan dari persoalan stagnasi kawasan. Hal itu diperkuat dengan data Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin, yang mencatat ratusan bangunan kosong.
Kepala Bidang Pengawas Bangunan (Wasbang) PUPR Kota Banjarmasin, Dedy Hamdani, mengungkapkan, total bangunan kosong di Banjarmasin mencapai 1.153 unit. Rinciannya, Banjarmasin Selatan 176, Banjarmasin Tengah 246, Banjarmasin Timur 236, Banjarmasin Utara 275, dan Banjarmasin Barat 220 unit.
“Data ini termasuk rumah tinggal dan ruko. Semua bangunan memang punya pemilik, tapi banyak di antaranya yang keberadaannya tidak diketahui. RT setempat pun banyak yang tak tahu,” jelas Dedy.
Ia menyebutkan, selain bangunan kosong, juga terdapat bangunan mangkrak dan miring dalam jumlah cukup signifikan. “Untuk langkah selanjutnya, kami menunggu kebijakan lanjutan. Yang kami data adalah kondisi fisiknya,” tambahnya.
Terpisah, wacana menjadikan ruang pasar menjadi gedung serbaguna direspons positif, asalkan dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Pemilik Kedai Kopi Schoolweg, Albert Fourman, menilai bangunan tua punya potensi besar menjadi tempat usaha kekinian seperti di Pasar Santa atau kawasan Blok M Jakarta.
“Yang dibutuhkan bukan cat warna-warni atau lampu mahal. Tapi skema pajak bertingkat untuk UMKM, penghapusan premanisme, serta kolaborasi aktif dengan pelaku usaha,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah memahami pelaku industri secara utuh, bukan hanya menuntut adaptasi sepihak. Dengan pemanfaatan yang tepat, bangunan tua maupun ruang pasar bisa menjadi pusat aktivitas ekonomi baru. Namun revitalisasi harus diiringi solusi jangka panjang, terutama soal tata kelola, kenyamanan, dan daya tarik kawasan agar benar-benar hidup kembali. “Potensinya sangat besar, asal pemerintah mau hadir bukan hanya sebagai pemungut pajak. Tolong dipelihara dulu yang sudah mulai hidup,” ujarnya. (sul)