TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah berupaya tetap menjaga daya beli masyarakat di tengah konflik antara Iran - Israel.
Iran mengancam akan menutup Selat Hormuz saat melawan Israel. Selat Hormuz merupakan jalur utama rantai pasok minyak sejumlah negara produsen minyak di Timur Tengah seperti Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra mengatakan, Selat Hormuz merupakan selat yang strategis untuk lalu lintas ekspor impor minyak mentah. Tentu, perang tersebut memberikan pengaruh terhadap harga minyak yang berpotensi meningkat.
Menurut dia, harga minyak juga tetap dapat mengalami kenaikan dari berbagai faktor tidak hanya karena peperangan. BI berupaya menjaga daya beli masyarakat.
"Yang bisa kita jaga adalah daya belinya. Daya beli masyarakat dijaga supaya tetap terkendali, dan salah satunya melalui penanganan TPID inflasi beras ya. Kita perkuat offtaker yang membeli beras dari petani, maupun offtaker dari industri-industri makanan minuman,” papar Rahmat, saat media briefing, di Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Rahmat berujar, dengan menjaga daya beli masyarakat, pengaruh kenaikan harga minyak bisa dikendalikan.
Saat ini, ekonomi di Jateng triwulan pertama 2025 masih tumbuh 4,96 eprsen.
Disebutkan, outlook ekonomi Jateng masih tumbuh antara 4,7 persen hingga 5,5 persen.
"Sedangkan, pertumbuhan ekonomi nasional triwulan pertama 2025 4,7persen," tambahnya. (eyf)