Benjamin Netanyahu Ngebet Presiden AS Donald Trump Gabung Perang Israel vs Iran Secepat Mungkin
Tiara Shelavie June 20, 2025 09:33 PM

TRIBUNNEWS.COM - Kemungkinan keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam eskalasi konflik Israel vs Iran saat ini menjadi sorotan internasional.

Terkini, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah mengisyaratkan, ingin Amerika Serikat bergabung dalam perang melawan Iran secepat mungkin.

Kolumnis media Israel Haaretz, Gideon Levy, menilai Benjamin Netanyahu dan koalisinya akan 'kecewa berat' terhadap pernyataan Donald Trump yang menyebut, akan menunggu beberapa pekan sebelum memutuskan apakah akan terlibat dalam perang Israel vs Iran atau tidak.

"Dua minggu adalah waktu yang tidak terbatas dalam kenyataan ini, dan jika ia sungguh-sungguh soal dua minggu itu, dan bukan berbohong, maka kemungkinan Amerika akan terlibat dalam perang ini semakin mengecil," kata Gideon, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (20/6/2025).

Gideon Levy menambahkan, dalam jangka panjang, orang Israel tidak akan merasa lebih aman bahkan jika Israel berhasil menghancurkan program nuklir Iran dan merusak sistem rudal ofensifnya.

"Tidak ada yang akan terselesaikan karena Iran dapat memperoleh kembali kemampuannya," ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa Israel memiliki banyak masalah keamanan lain yang tidak akan hilang, seperti Gaza.

Jendela Waktu 2 Minggu untuk Diplomasi

Presiden AS Donald Trump telah menyebut, Amerika Serikat akan memutuskan apakah ikut bergabung perang Israel vs Iran atau tidak dalam dua minggu ke depan.

Pernyataan ini muncul kala Israel dan Iran masih terus saling melancarkan serangan sejak Israel memulai Operation Rising Lion pada Jumat (13/6/2025) lalu.

Saat ini, masih belum ada tanda konkret apakah Iran akan membuat kesepakatan lebih cepat, tetapi otoritas AS menyebut, usulan jangka waktu dua minggu dari Donald Trump itu adalah kesempatan untuk diplomasi.

"Trump bukanlah seorang penghasut perang," kata seorang pejabat senior AS yang tidak disebutkan namanya, dikutip ABC News. 

"Dia ingin memberi orang Iran sedikit ruang untuk sadar," lanjutnya.

Pejabat senior AS lainnya menyebut, Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff dan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi telah berkomunikasi selama beberapa hari terakhir.

Namun, sampai sekarang, tidak ada rencana bagi keduanya untuk bertemu.

Para pejabat juga mengusulkan langkah Donald Trump untuk memberi orang Iran ruang bernapas sesuai yang diperlukan.

Sebab, kerugian besar yang dialami di antara para pemimpin senior dan pakar kebijakan nuklirnya yang akan terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan kesepakatan apa pun.

Para diplomat Eropa akan mengadakan pembicaraan dengan Abbas Araghchi di Jenewa pada akhir pekan ini. 

Namun, beberapa pejabat pemerintah mengatakan mereka tidak melihat banyak harapan dalam perundingan tersebut.

Hal ini lantaran melihat Eropa memiliki rekam jejak yang lemah dalam hal menangani Iran.

Benjamin Netanyahu dan rekan-rekannya yang agresif telah lama melihat negosiasi dengan rezim Iran sebagai usaha yang sia-sia.

Meskipun Netanyahu mungkin mengatakan Israel tidak memerlukan bantuan apa pun untuk mencapai tujuan operasional mereka di Iran, setidaknya, itu akan membuatnya jauh lebih mudah.

Namun, meskipun pejabat Israel telah berulangkali mendesakkan kasus mereka, "hubungan khusus" antara Israel dan AS tidak melulu berpengaruh terhadap pemerintahan Donald Trump.

(Rizki A.)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.