TNI AL Deteksi USS Nimitz Masuk Perairan Indonesia Tanpa Sinyal: Ada Apa?
Catur waskito Edy June 20, 2025 10:30 PM

TNI AL Deteksi USS Nimitz Tanpa Sinyal di Laut Natuna: Apa yang Sebenarnya Terjadi?

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Kehadiran kapal induk milik Amerika Serikat, USS Nimitz (CVN-68), di wilayah perairan Indonesia menimbulkan perhatian publik.

Kapal tempur raksasa tersebut dilaporkan mematikan sistem transponder saat melintasi Laut Natuna Utara hingga Selat Malaka, yang artinya kapal tidak mengirimkan sinyal lokasi secara publik.

Tanggapan TNI AL

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama (Laksma) Tunggul mengonfirmasi bahwa TNI AL telah mendeteksi pergerakan USS Nimitz, termasuk saat sinyal kapal tersebut tidak aktif.

“Mendeteksi mulai dari perairan Laut Natuna Utara–Selat Malaka–TSS (Traffic Separation Scheme),” ujar Tunggul, Jumat (20/6/2025).

Meski demikian, TNI AL tidak melihat adanya pelanggaran selama kapal induk tersebut mematuhi ketentuan lintas damai.

Tunggul menjelaskan bahwa setiap kapal asing yang melintas di perairan Indonesia secara damai diperbolehkan selama tidak mengancam keamanan nasional.

“Berlaku hak lintas damai yang berlaku untuk siapa pun, dengan syarat tidak mengancam negara pantai,” tegasnya.

Apa Alasan Kapal Tempur AS Memutus Sinyal Lokasi?

Berdasarkan data pelacakan dari Marine Vessel Traffic, USS Nimitz terakhir kali mengirimkan sinyal pada 17 Juni 2025 pukul 02:03 GMT atau 09:03 WIB.

Saat itu, posisinya berada di antara perairan Malaysia dan Indonesia dengan kecepatan 19 knot.

Setelahnya, posisi kapal tidak lagi dapat dilacak secara publik.

Tindakan mematikan transponder (alat pelacak posisi) memicu spekulasi bahwa kapal sedang menjalankan misi militer sensitif, mengingat situasi geopolitik yang sedang memanas.

Meskipun tidak diumumkan secara resmi oleh pihak AS, arah pelayaran USS Nimitz diduga kuat menuju Teluk Persia, kawasan yang saat ini menjadi titik panas dalam konflik antara Iran dan Israel.

Seorang pejabat pertahanan AS, dikutip dari kantor berita RIA Novosti, mengungkap bahwa Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth telah memerintahkan pemindahan kelompok penyerang kapal induk Nimitz ke wilayah Komando Pusat AS (USCENTCOM).

Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi militer AS untuk memperkuat pertahanan regional, terutama merespons eskalasi konflik di Timur Tengah.

Dalam beberapa pekan terakhir, hubungan antara Israel dan Iran semakin memanas, dengan berbagai serangan saling balas yang mengancam stabilitas kawasan.

Dengan mengerahkan USS Nimitz yang membawa pesawat tempur dan ribuan personel militer, AS menunjukkan kesiapan operasional di kawasan yang sangat strategis tersebut.

Insiden ini menunjukkan kesiapsiagaan TNI AL dalam memantau dan mengontrol wilayah laut nasional, meskipun berhadapan dengan kapal perang canggih seperti USS Nimitz.

Meski kapal asing memiliki hak lintas damai, pengawasan tetap dilakukan secara ketat untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional.

Kehadiran USS Nimitz di wilayah perairan Indonesia menegaskan pentingnya pengawasan maritim yang kuat, terlebih di tengah dinamika konflik global.

TNI AL telah menunjukkan sikap profesional dengan tetap menjaga kedaulatan, namun tidak gegabah dalam merespons aktivitas kapal perang asing.

Situasi ini sekaligus mengingatkan bahwa Laut Natuna dan Selat Malaka adalah jalur strategis internasional yang membutuhkan keseimbangan antara keterbukaan jalur laut dan pengamanan nasional.(kompas.com)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.