Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu
TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO - Seorang pegawai tidak tetap (PTT) di Bondowoso diketahui nyambi bekerja sebagai petugas pengangkut sampah rumah tangga, dan pemulung.
Adalah Agus Subiantoro (53) yang merupakan petugas kebersihan dan sekaligus waker SDN 2 Badean Bondowoso.
Sudah 19 tahun bekerja di sekolah tersebut. Agus mendapatkan gaji Rp 250 ribu per bulan. Gaji itu disebutnya sudah naik, dari sejak pertama kali bekerja, gajinya hanya Rp 35 ribu.
"Naik dulu itu ke Rp 50 ribu, kemudian naik ke Rp 75 ribu, naik lagi ke Rp 150, sekarang Rp 200 ribu, terakhir sekarang Rp 250 ribu," ujarnya pada TribunJatim.com, pada Jum'at (20/6/2025).
Beruntung, sekolah memberikan rumah dinas untuk tempat tinggal bersama 4 anaknya. Sehingga, biaya untuk sewa rumah pun bisa teratasi.
Agus mengaku, memilih untuk menambah pekerjaan sebagai pemungut sampah dan pemulung sejak 2017. Karena kebutuhan keluarga kian meningkat, anaknya harus sekolah, belum lagi kebutuhan sehari-hari.
Dia setiap hari mengangkut sampah di 3 RT di kelurahan yang berbeda. Yakni, di perumahan baru di Desa Kembang, RT 33 Kelurahan Badean, dan Kampung Haji Kecamatan Tenggarang.
"Cari sampingan ya, dari buang sampah, ngumpulkan rongsokan. Itu untuk kebutuhan sehari-hari," cerita Agus.
Kendati pekerjaan sampingannya di 3 lokasi berbeda yang tak berdekatan. Agus memastikan tugasnya sebagai petugas kebersihan dan waker di sekolah tak pernah terbengkalai.
Karena Agus selalu mengutamakan tugasnya di sekolah dulu. Baru kemudian berangkat mengangkut sampah dari satu rumah ke rumah lainnya dengan menaiki sepeda astrea yang telah modifnya bisa menarik gerobak sampah.
"Kalau ada tamu di sekolah untuk sementara nunggu, paling tidak sampai jam 10 baru saya ambil sampah," jelasnya.
Pendapatannya dari membuang sampah bisa mencapai Rp 1,45 juta per bulan. Karena, di tiga RT itu ada yang dibayar Rp 400 ribu, Rp 450 ribu, hingga Rp 600 ribu.
Kendati pendapatan sebagai pembuang sampah dan pemulung lebih besar. Agus mengaku tak pernah protes akan honornya dari sekolah. Karena, sebagaimana namanya Sukwan yang berarti sukarelawan. Belum lagi memang sekolahnya kecil.
"Jadi tak pernah menuntut naik gaji, yang penting saya tetap kerja. Kalau masalah rejeki apa katanya yang maha kuasa," ujarnya.
"Saya tak minta berhenti, kan saya dapat rumah dinasnya itu," jelasnya.
Ia mengaku dari hasil kerjanya ini dirinya bersyukur bisa menyekolahkan hingga menikahkan anaknya.
Dia pun berbangga hati, berkat kerjanya ini dirinya berhasil menyekolahkan anak ke tiganya hingga menjadi seorang TNI AL. Anaknya masuk pendidikan pada 2023, dan mendapatkan penempatan penugasan tahun 2024 di perbatasan Filipina-Indonesia.
"Anak yang bungsu, anak pertama dan ke dua sudah menikah semua. Rejeki anak berbeda-beda," pungkasnya.
Untuk informasi, Agus ikut serta bersama puluhan guru tidak tetap (GTT) dan PTT mendatangi ke DPRD pada Kamis (19/6/2025) kemarin.
Mereka menyuarakan 900an GTT dan PTT, khususnya yang masuk R2 dan R3 yang tidak ada kejelasan status dan honor mereka. Padahal mereka telah mengabdi belasan hingga puluhan tahun.
R2 merupakan GTT dan PTT yang sudah masuk database BKN. Dan R3 adalah GTT dan PTT belum msuk database BKN namun masa kerjanya cukup lama.