Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan tren pelemahan sebesar 3,61 persen dalam sepekan, investasi saham justru dinilai baik untuk tetap dilakukan utamanya bagi generasi milenial atau Gen Z yang baru memulai berinvestasi.
Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menuturkan generasi muda yang baru memulai investasi saham tidak perlu khawatir dengan pelemahan IHSG.
“Kalau buat Gen Z ya lanjut saja berinvestasi saham, justru dengan tren koreksi saat ini mereka bisa masuk dengan harga yang murah” kata Myrdal kepada kumparan, Jumat (21/6).
Dia menyarankan agar generasi muda menganalisa terlebih dahulu saham yang akan dipilih saat ini, termasuk saham yang dianggap sudah diskon atau dalam tren pelemahan.
“Dengan prospek fundamental yang bagus, kalau misalkan mau cari return yang tinggi, momentumnya dari sekarang investasinya jangan investasi pada saat IHSG nya naik,” imbuh Myrdal.
Berinvestasi pada kondisi pelemahan IHSG saat ini, akan membuat anak muda sebagai investor bisa mendapatkan keuntungan saat kondisi pasar tengah menguat.
Selain saham, Myrdal juga melihat investasi emas saat ini masih cukup menjanjikan. Terlebih emas dianggap sebagai aset safe haven, cocok untuk anak muda yang masih bimbang dalam memilih produk investasi.
“Emas boleh sih alternatifnya, kalau untuk bonds, obligasi juga bagus utamanya surat utang negara, bonds untuk tenor pendek tenor 1, 2 sampai 5 atau 10 tahun juga boleh,” jelasnya.
Senada dengan Myrdal, Pengamat emas, Ibrahim Assuaibi, melihat saat ini selain IHSG yang terpukul melemah imbas ketidakpastian geopolitik akibat memanasnya perang, harga emas saat ini juga tengah melandai.
Sehingga, saat ini adalah momentum yang tepat untuk berinvestasi dalam bentuk emas, khususnya untuk anak muda yang masih belum bisa memilih produk investasi.
“Ini pada saat harga emas turun, ya melandai, ini kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pembelian,” tutur Ibrahim.
Meskipun Ibrahim juga mewanti-wanti agar anak muda tidak terburu-buru menjual emas hasil investasinya ketika harga terpantau naik. Sebab emas bukan instrumen investasi jangka pendek.
“Ya karena untuk 2-3 tahun baru kelihatan untung, apalagi nanti dipotong lagi dengan pajak,” jelasnya.
Ibrahim mengapresiasi anak muda saat ini, termasuk generasi milenial dan Gen Z yang sudah melek investasi termasuk dalam bentuk emas.
Terlebih saat ini perekonomian Indonesia dan berbagai negara tengah dalam ketidakpastian akibat dampak dari ekonomi global.
“Mereka melakukan investasi di logam mulia itu bukan digunakan untuk hari ini atau hari tahun depan, tapi secara benar-benar jangka panjang. Karena sudah membuktikan bahwa investasi di logam mulia itu sampai 10-15 tahun itu akan terus mengalami kenaikan,” terangnya.