VIRAL Mahasiswi Dicek Bra Sebelum Ujian, Kampus Beri Pembelaan hingga Ramai Dikecam
Angel aginta sembiring June 22, 2025 02:30 AM

TRIBUN-MEDAN.COM – Viral mahasiswi dicek bra sebelum ujian.

Baru-baru ini mahasiswi diperiksa apakah mengenakan bra sebelum masuk ke ruang ujian viral di media sosial.

Dalam video singkat itu memperlihatkan dua staf perempuan menyentuh area dada mahasiswi yang sedang mengantre di koridor kampus.

Pemeriksaan mahasiswi mengenakan bra itu terjadi di seuuah universitas di Negara Bagian Ogun, Nigeria Barat Daya.

Kini, kampus itupun disorot dan dikecam publik setelah beredar video viral yang memperlihatkan staf perempuan memeriksa apakah mahasiswi mengenakan bra sebelum masuk ke ruang ujian.

Salah satu mahasiswi bahkan terlihat dikeluarkan dari antrean setelah disentuh staf.

Aksi ini memicu kemarahan luas di media sosial dan menimbulkan pertanyaan besar soal hak privasi dan martabat perempuan di lingkungan akademik.

Menurut keterangan dari sejumlah mahasiswa, insiden tersebut benar terjadi di kampus mereka dan bertepatan dengan masa ujian semester yang sedang berlangsung.

Pihak universitas hingga saat ini belum memberikan pernyataan resmi atau tanggapan terhadap insiden tersebut.

Namun, Ketua Serikat Mahasiswa kampus itu, Muizz Olanrewaju Olatunji, membela kebijakan tersebut. Ia menyatakan bahwa pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari penegakan aturan berpakaian sopan yang sudah lama diterapkan di kampus.

“Universitas ini mendorong mahasiswa berpakaian sopan dan sesuai nilai-nilai institusi,” tulis Olatunji dalam unggahan di platform X, Selasa (17/6/2024).

Dalam kutipan aturan yang dibagikan Olatunji, pihak universitas melarang pakaian yang memperlihatkan bagian tubuh seperti payudara, bokong, pusar, dan puting.

Juga disebutkan larangan mengenakan pakaian yang dapat “membangkitkan hasrat secara tidak pantas oleh lawan jenis.”

Meski dinyatakan sebagai bagian dari norma berpakaian, pemeriksaan secara fisik terhadap tubuh mahasiswi dianggap banyak pihak sebagai pelanggaran hak dan etika.

Adapun video tersebut menuai berbagai reaksi tajam dari warganet, khususnya di Nigeria.

Banyak yang menganggap tindakan pemeriksaan bra sebagai bentuk pelecehan seksual terselubung yang dibungkus dalam narasi moralitas.

Tagar seperti #StopBraCheck dan #RespectStudents sempat menjadi trending topic di media sosial X dan Facebook. Beberapa pengguna bahkan menyerukan agar kampus terkait dikenai sanksi administratif dan boikot dari calon mahasiswa baru.

Kasus ini memicu perdebatan lebih luas mengenai batasan penerapan norma moral di lingkungan akademik, khususnya terhadap tubuh perempuan.

Para pengamat hukum menilai bahwa jika tindakan ini dilakukan tanpa persetujuan dan secara fisik, maka dapat masuk kategori pelecehan seksual yang bisa ditindak secara hukum.

Lebih jauh, isu ini menyoroti pentingnya pembaruan kebijakan kampus yang tidak hanya mempertimbangkan nilai moral, tetapi juga hak dan kenyamanan individu, terutama perempuan.

Insiden pemeriksaan bra terhadap mahasiswi sebelum ujian di Nigeria menjadi cermin buruknya praktik penegakan aturan yang tidak mempertimbangkan hak dasar manusia.

Kampus sebagai institusi pendidikan seharusnya menjadi ruang aman dan inklusif, bukan tempat yang menormalisasi tindakan yang merendahkan martabat.

Kasus ini mengingatkan bahwa pembentukan aturan harus sejalan dengan prinsip keadilan, etika, dan perlindungan terhadap kebebasan individu—terutama dalam konteks tubuh dan privasi perempuan.

kebijakan kampus Nigeria, pelecehan seksual mahasiswi, aturan pakaian universitas, viral video kampus, hak perempuan di kampus.

Pengacara hak asasi manusia terkemuka di Nigeria, Inibehe Effiong, mengecam keras praktik tersebut.

Dalam pernyataannya kepada CNN, ia menyebut tindakan itu “kejam, merendahkan martabat, dan bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual.”

“Memeriksa tubuh mahasiswi hanya untuk mengecek apakah mereka memakai bra merupakan pelanggaran serius atas integritas tubuh mereka. Apalagi dilakukan tanpa persetujuan,” tegas Effiong.

Ia juga menyoroti kemungkinan kondisi medis tertentu yang membuat seseorang tidak dapat memakai bra.

“Aturan tanpa pengecualian dan konteks justru menunjukkan ketidakmanusiawian dalam sistem pendidikan,” tambahnya.

Walau sempat membela aturan tersebut, Ketua Serikat Mahasiswa Olatunji mengaku sedang menjalin komunikasi dengan pihak administrasi kampus.

Tujuannya adalah untuk mencari pendekatan yang lebih menghormati martabat mahasiswa dalam penerapan aturan berpakaian.

“Pembicaraan sedang berlangsung dengan administrasi OOU untuk mengeksplorasi metode lain yang lebih menghargai hak individu,” tulis Olatunji.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

(*/ Tribun-medan.com)

Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.