TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Harsya Remitindo (Pivot) menjalin kerjasama dengan sejumlah institusi finansial seperti BCA, Mandiri, BRI, BNI, serta jaringan internasional seperti Visa dan Mastercard untuk memperluas jangkauan bisnis infrastruktur pembayaran digital B2B di Indonesia.
Chief Operating Officer Pivot, Kinantia Subiantoro mengatakan, pihaknya membuka akses ke infrastruktur keuangan digital yang sebelumnya hanya dimiliki oleh perusahaan besar.
"Kami ingin memastikan pelaku usaha dari berbagai skala bisa memiliki akses yang sama,” ujarnya dikutip Senin, 23 Juni 2025.
Dia menjelaskan, teknologi Pivot memungkinkan pengelolaan ribuan transaksi secara simultan, baik domestik maupun lintas negara, dengan multi-mata uang dan pelacakan real-time.
Dia menjelaskan, perusahaan mengantongi sebagai Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) berizin dari Bank Indonesia dan sertifikasi ISO 27001:2022 dan PCI DSS.
Menurut Fajar, selain menjawab tantangan digitalisasi, kehadiran Pivot juga mendorong pertumbuhan bisnis dengan sistem pembayaran yang fleksibel dan aman.
“Kami ingin memberdayakan perusahaan lintas sektor untuk tumbuh lebih cepat dan cerdas tanpa harus dibatasi oleh sistem pembayaran yang kaku,” kata dia.
Saat ini perusahaan mengelola 100 lebih klien di berbagai sektor industri, termasuk industri F7B seperti Janji Jiwa hingga hingga perusahaan remitansi global terhitung sejak 100 hari perusahaan melakukan rebranding.
Sebelumnya, perusahaan hanya menggarap bisnis layanan remitansi konvensional. Dengan transformasi menjadi penyedia infrastruktur pembayaran digital B2B, pihaknya bisa menyediakan sistem pembayaran yang lebih terintegrasi, efisien, dan scalable bagi kalangan pelaku usaha.
Ada empat sektor utama yang digarap, yakni Accept Payments, Payouts, Account and Balance Management, serta Wallet-as-a-Service yang memungkinkan bisnis bisa menghadirkan dompet digital, mengelola transaksi masuk dan keluar, hingga otomatisasi rekonsiliasi akun dalam satu platform.
Menurut Fajar, keputusan melakukan transformasi ini juga sejalan dengan arah kebijakan Bank Indonesia dalam Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025, yang menekankan pentingnya integrasi, interoperabilitas, dan efisiensi.
Sumber: Kontan