Padahal Usia Masih 32 Tahun, Sema Syok Divonis Gagal Ginjal Stadium 5, Dulunya Rajin Minum Air Putih
Mujib Anwar June 26, 2025 01:30 PM

TRIBUNJATIM.COM - Pengalaman seorang wanita yang mengejutkan patut disimak hal itu lantaran gaya hidup dan makanan yang dikonsumsi.

Sema Chintyadeni, perempuan asal Bekasi Jawa Barat menjadi perbincangan lantaran masih muda tetapi dirinya telah divonis menderita gagal ginjal stadium 5.

Penyakit ini umumnya dialami oleh orang berusia di atas 40 tahun, khususnya yang memiliki riwayat hipertensi, diabetes, atau pola hidup tidak sehat.

Namun, kondisi ini juga bisa menyerang individu yang lebih muda.

Perempuan berusia 32 tahun ini mengatakan sempat syok dan tak menyangka dengan apa yang dia alami.

Hal itu karena Sema Chintyadeni merasa dirinya sudah sering mengonsumsi air putih.

Namun rupanya gagal ginjal bukan disebabkan hanya karena kurang minum air putih.

Hal inilah yang dialami oleh Sema Chintyadeni, perempuan asal Bekasi, Jawa Barat, yang didiagnosis menderita gagal ginjal stadium 5pada Maret 2024, saat usianya baru menginjak 32 tahun.

Sema membagikan kisahnya melalui unggahan di media sosial Threads lewat akun @semachintya, Jumat (20/6/2025).

Kepada Kompas.com pada Selasa (24/6/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Kamis (26/6/2025), Sema mengungkapkan bahwa gejala awal muncul sejak Maret 2024.

Saat itu, ia mulai kehilangan nafsu makan selama beberapa bulan dan merasakan mual serta muntah hebat yang sulit ditahan.

“Saya merasakan mual dan muntah yang tidak tertahankan,” ujarnya.

Selain itu, ia juga memperhatikan kantong matanya membesar dan muncul lebam-lebam di sekujur tubuh.

Khawatir dengan kondisi tersebut, Sema memutuskan memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam.

Ilustrasi pasien gagal ginjal saat lakukan hemodialisa
Ilustrasi pasien gagal ginjal saat lakukan hemodialisa (Kompas.com)

Dokter pun mencurigai pembengkakan di area kantong mata, yang tidak lazim terjadi pada seseorang berusia 31 tahun.

“Dokter sudah curiga dengan kondisi kantong mata saya yang besar,” katanya.

Setelah menjalani pemeriksaan darah, hasilnya menunjukkan gangguan serius pada fungsi ginjal.

Hasil laboratorium menunjukkan kadar ureum mencapai 234 mg/dL dan kreatinin 13,2 mg/dL.

Sebagai perbandingan, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kadar kreatinin normal untuk wanita dewasa berkisar 0,5–1,1 mg/dL. Sementara itu, kadar ureum normal berada pada rentang 10–40 mg/dL.

Melihat hasil tersebut, dokter menyarankan Sema untuk segera menemui dokter spesialis ginjal.

Setelah pemeriksaan lanjutan, Sema didiagnosis menderita gagal ginjal stadium 5. Ia mengaku sangat terkejut dengan diagnosis itu, mengingat selama ini merasa telah menjalani pola hidup sehat.

“Saya selalu berusaha minum 2-3 liter air mineral setiap hari dan tidak pernah mengonsumsi alkohol,” tuturnya.

Namun, Sema memiliki riwayat hipertensi sejak usia 25 tahun. Sayangnya, ia tidak rutin mengonsumsi obat tekanan darah tinggi.

“Saya seringkali mengabaikan pentingnya minum obat hipertensi,” ungkapnya.

Sema juga menyadari bahwa kebiasaannya mengonsumsi makanan tinggi garam, seperti bakso dan siomay, ikut memicu kerusakan ginjal.

“Itulah kesalahan yang sangat saya sesali hingga kini. Saya jarang masak sendiri dan tidak pernah mengontrol asupan garam,” katanya.

Setelah mendapat diagnosis gagal ginjal, ia mulai memperbaiki pola makannya dengan memasak sendiri agar dapat mengatur kadar garam dan gula yang dikonsumsi.

“Saya sekarang lebih memilih masak sendiri agar bisa mengontrol bahan makanan,” lanjutnya.

Saat ini, Sema harus menjalani prosedur hemodialisis atau cuci darah dua kali dalam seminggu.

“Kondisi wajah saya masih sedikit bengkak, tetapi saya tetap berusaha minum air putih rutin,” ucapnya.

Kasus mengejutkan lagi adalah yang dialami oleh bocah satu ini.

Seorang murid SD sakit diabetes hingga suntik insulin 4 kali sehari.

Murid SD berinisial RFZ (12) itu menderita penyakit diabetes tipe 1 itu.

RFZ adalah dari pasangan buruh tani Supriyanto (59) dan Tianah (54).

Bocah kelas 5 sekolah dasar (SD) asal Desa Kencong, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur ini tiap hari suntik insulin sendiri.

"Kalau suntikannya telat, dampaknya badan terasa lemas," ujar Desi Purnamasari (32), kakak kandung RFZ, Selasa (24/6/2025), melansir dari Kompas.com.

Atas kondisinya itu pula, RFZ tidak bisa serta merta menikmati makanan maupun minuman secara bebas selayaknya anak pada umumnya.

Karena sakit akibat tingginya kadar gula pada tubuhnya itu, RFZ harus membatasi konsumsi asupan makanan. Termasuk makan nasi yang hanya 3 sendok dan hanya pada jam tertentu saja.

"Awal-awal susah, tapi kini dia sudah terbiasa. Bahkan suntik insulin juga sudah bisa mandiri, dengan menyuntikkannya sendiri,” tambah Purnamasari.

Semua itu berawal pada tahun 2024, tepatnya medio Juli saat RFZ masih duduk di bangku kelas 4 SDN Kencong 2 di Kecamatan Kepung.

Saat itu RFZ mulai merasa susah tidur pada malam hari. Intensitas buang air kecilnya juga cukup sering diikuti kepala pusing dan perasaan cemas.

Puncaknya, saat tubuh RFZ menjadi cukup kurus dan bahkan mengalami drop parah sehingga harus dilarikan ke rumah sakit.

Dari hasil pemeriksaan rumah sakit, terungkap kondisinya terjadi karena berlebihnya kadar gula pada tubuhnya.

Dari pemeriksaan saat itu kadar gulanya mencapai 500 miligram yang membuatnya divonis diabetes tipe 1.

Peristiwa itu tentu membuat kaget pihak keluarga. Tak ada yang menduganya sama sekali.

Apalagi, tidak ada satu pun pihak keluarga yang mempunyai riwayat penyakit yang sama.

"Kami semua shock. Tak menyangka kok bisa kena diabetes. Dari gejala sampai sakitnya itu, paling hanya tiga minggu saja,” ungkap Purnamasari.

Kondisi RFZ saat itu masih cukup memprihatinkan sehingga rumah sakit lokal menyarankannya untuk dirujuk ke rumah sakit yang ada di Kabupaten Malang.

Dengan demikian, ia mendapatkan penanganan yang terbaik serta ditunjang dengan lengkapnya peralatan.

Hingga saat itu kondisi kesehatan RFZ terus mengalami penurunan. Bahkan sesampainya di rumah sakit di Malang, langsung masuk ruangan khusus karena mengalami kehilangan kesadaran.

"Di RS.Saeful Anwar Malang itu dia koma selama tiga hari,” lanjut Purnamasari.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.