AS Tekor: Rudal THAAD Ludes, Duit Rp19 Triliun Melayang demi Lindungi Israel dari Gempuran Iran
Salma Fenty June 29, 2025 04:32 PM

TRIBUNNEWS.COM –  Kementerian pertahan AS melaporkan bahwa anggaran militernya jebol, usai membantu Israel menghadang serangan rudal Iran selama 12 hari berperang.

Informasi tersebut diungkapkan oleh laporan eksklusif yang dirilis media Al Mayadeen dan diperkuat sumber militer AS.

Diperkirakan 15 hingga 20 persen dari interseptor sistem THAAD dan  60 hingga 80 rudal THAAD telah digunakan dalam operasi defensif dengan dalih untuk melindungi Israel dari serangan rudal Iran.

Langkah tersebut dilakukan karena AS menganggap keselamatan Israel adalah bagian dari strategi global dan keamanan nasional mereka sendiri.

Jika Israel jatuh, kredibilitas dan pengaruh AS juga bisa ikut goyah  sesuatu yang sangat dihindari Washington.

Oleh karenanya AS rela membakar anggaran besar dan rudal canggih demi Israel.

AS Rugi Bandar

Imbas peluncuran itu, AS harus merogoh anggaran militer dengan nilai yang fantastis mencapai 810 juta dolar AS hingga 1,2 miliar dolar AS atau setara Rp13 Triliun-Rp19 Triliun.

Adapun anggaran ini jauh lebih besar daripada biaya serangan rudal Iran.

Produksi rudal THAAD sangat terbatas sehingga memerlukan waktu lama, dan tidak bisa digantikan oleh sistem lain. Di mana hanya ada 50–60 unit yang diproduksi setiap tahun.

Ketika 20 persen dari stok rudal ini sudah digunakan, AS harus segera memesan ulang ke produsen militer seperti Lockheed Martin dan itu butuh waktu berbulan-bulan, bahkan tahunan, serta anggaran besar.

Selain produksinya yang kompleks, rudal THAAD dibanderol dengan harga yang mahal, dengan perkiraan setiap rudalnya bernilai sekitar 15 juta dolar AS.

Kendati penggunaan rudal THAAD diklaim efektif untuk membantu pertahanan Zionis dari gempuran rudal Iran, namun langkah AS membela Israel dengan ‘membakar’ cadangan rudal mahal menuai kritik.

Beberapa analis menilai pengeluaran masif ini bisa menekan anggaran pertahanan jangka panjang dan membuat AS rawan jika terjadi eskalasi serupa di kawasan lain.

“Ini salah satu penggunaan terbesar rudal THAAD dalam satu konflik. Menguras cadangan strategis dalam hitungan hari,” ujar analis pertahanan kepada media lokal.

Bahkan buntut mahalnya biaya yang dikeluarkan AS itulah yang diduga memaksa Presiden Donald Trump secara sepihak mengumumkan Iran dan Israel gencatan senjata total, yang beberapa jam kemudian baru dikonfirmasi kedua negara.

Pengumuman tersebut disampaikan Trump melalui pidato singkat di Gedung Putih.

Di mana ia menyatakan bahwa “perang besar telah berakhir” dan “kedua pihak telah sepakat untuk menghentikan permusuhan secara menyeluruh.”

Namun, pernyataan tersebut sempat membingungkan publik dan media internasional, karena baik Teheran maupun Tel Aviv belum mengonfirmasi kesepakatan tersebut pada saat itu.

Pengamat menilai, keputusan Trump mengumumkan gencatan senjata lebih dulu tak lepas dari tekanan besar terhadap anggaran pertahanan AS.

“Beban biaya ini sangat besar, bahkan untuk standar Pentagon sekalipun. Wajar jika Washington mendorong gencatan senjata secepat mungkin,” ujar seorang analis pertahanan kepada FirstPost.

Lebih lanjut, akibat penggunaan tersebut stok rudal pencegat Amerika kini menipis secara drastis.

Para perencana militer AS kini dipaksa untuk memikirkan ulang bagaimana cara menjaga kesiapan tempur di kawasan strategis lainnya seperti Asia Pasifik, Teluk Persia, dan Eropa.

Sambil tetap memenuhi kontrak pertahanan dengan negara-negara mitra seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar.

Konfrontasi ini menjadi pembuktian realitas atas kelelahan strategis mesin perang Amerika.

(Tribunnews.com / Namira)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.