Mirisnya Pusat Bantuan GHF di Gaza: Israel Bantai Hampir 600 Warga Palestina yang Cari Makanan
Wahyu Gilang Putranto June 30, 2025 08:31 PM

TRIBUNNEWS.COM - Simak informasi singkat mengenai kekejaman Israel yang menembaki warga Palestina di berbagai titik pusat bantuan di Jalur Gaza.

Data Kementerian Kesehatan Gaza menyebut, sedikitnya 583 warga Palestina telah tewas dan 4.186 lainnya terluka saat menunggu atau mencari makanan di lokasi distribusi bantuan yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation atau Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF).

Data tersebut terhimpun sejak 27 Mei 2025. 

Sementara, GHF adalah lembaga bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.

Warga Palestina dihantui maut setiap hari, tidak hanya karena serangan militer Israel, tetapi juga bencana kelaparan yang mengintai daerah kantong tersebut.

Sudah ada sejumlah organisasi internasional yang memberi peringatan, bahwa 2,1 juta penduduk Gaza menghadapi kekurangan pangan yang parah selama berminggu-minggu.

Kondisi diperburuk dengan kosongnya pasar kebutuhan, kelangkaan air bersih, dan pengiriman bantuan yang sporadis dan berbahaya.

Selama delapan hari pertama operasional GHF yang dimulai pada 26 Mei 2025, tercatat dari 100 orang tewas akibat tembakan dari pasukan Israel.

Laporan Al Jazeera menyebut, GHF menjadi satu-satunya sumber makanan di Jalur Gaza karena Israel terus memberlakukan pembatasan ketat terhadap masuknya pasokan bantuan oleh kelompok atau lembaga lain.

"Banyak orang di sini berusaha menjauh dari pusat-pusat GHF karena bahaya yang mengancam jika pergi ke sana akibat penembakan yang terus-menerus dan disengaja terhadap para pencari bantuan di sana," kata Hani Mahmoud dari Al Jazeera.

"Namun sekali lagi, menjauh tidak bisa jadi jawaban, karena jika tidak ada bantuan makanan, itu berarti anak-anak akan tidur dalam keadaan lapar," lanjutnya.

Titik lokasi distribusi bantuan

Sebelumnya, jaringan distribusi bantuan yang dipimpin Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) beroperasi di sekitar 400 titik di seluruh wilayah Jalur Gaza.

Namun, GHF saat ini hanya mendirikan empat titik lokasi masif di Jalur Gaza untuk pembagian bantuan, tiga titik di selatan dan satu titik di tengah.

Tak ada lokasi distribusi bantuan di bagian utara Jalur Gaza, padahal bagian ini kondisinya paling parah.

Titik distribusi bantuan GHF juga beroperasi secara tidak teratur, terkadang hanya buka selama satu jam.

Bahkan, pernah pembukaan distribusi bantuan diumumkan di Facebook, tetapi delapan menit kemudian diumumkan bahwa suplai telah habis.

Titik distribusi bantuan ini juga sering kacau alias chaos, karena hanya melayani siapa yang paling awal datang, dan orang-orang berebut demi mendapat bantuan.

Akses yang Sulit dan Berbahaya

Bagi warga Palestina yang sudah mengalami kelaparan yang genting, perjalanan dan effort untuk mencapai lokasi distribusi bantuan ini juga berbahaya.

Mereka harus berjalan berkilo-kilo meter  melalui zona pertempuran aktif, melewati pos pemeriksaan biometrik, dan membawa perbekalan berat untuk kembali ke keluarga mereka.

Sistem yang diberlakukan Israel menerapkan pengecualian bagi orang-orang yang paling rentan – termasuk orang tua, orang yang terluka, dan orang cacat – yang paling tidak mampu melakukan perjalanan.

Isi Paket Bantuan

Mirisnya lagi, isi paket bantuan di lokasi distribusi GHF bisa dibilang hampir tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup warga Palestina.

Saat Program Pangan Dunia (World Food Programme) merekomendasikan 2.100 kalori per orang per hari, Israel malah membatasi jumlah kalori dalam bantuannya jadi 1.600.

Paket bantuan GHF menawarkan 1.750 kalori – tetapi jauh dari kebutuhan gizi dan belum termasuk air bersih, obat-obatan, selimut, atau bahan bakar.

Bagi banyak warga Palestina, menerima sekotak bantuan makanan bukan hanya kelegaan, melainkan keberuntungan yang langka.

Koresponden Al Jazeera Hind al-Khoudary melaporkan dari Gaza, jatah makanan tersebut tidak cukup untuk menopang kehidupan keluarga dalam jangka waktu lama.

Ia menggambarkan sekotak makanan dari GHF umumnya berisi 4 kg (8,8 pon) tepung, beberapa kantong pasta, dua kaleng kacang fava, sebungkus kantong teh, dan beberapa biskuit.

Beberapa paket berisi kacang lentil dan campuran sup dalam porsi kecil, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Warga Palestina yang Mencari Bantuan Sengaja Ditembaki

Seorang tentara IDF (Israel Defense Forces/Pasukan Pertahanan Israel) yang tidak disebutkan namanya menyebut, para pasukan diperintahkan untuk menembaki kerumunan warga Palestina yang mencari bantuan.

Bahkan, pasukan IDF disebut menggunakan kekuatan mematikan yang tidak perlu terhadap orang-orang yang tidak bersenjata atau tidak menimbulkan ancaman.

Hal tersebut dikutip dari surat kabar Haaretz milik Israel.

"Kami menembakkan senapan mesin dari tank dan melemparkan granat," kata seorang tentara kepada Haaretz.

"Ada satu insiden di mana sekelompok warga sipil tertembak saat maju di bawah kabut asap,"  lanjutnya.

Dalam contoh lain, seorang tentara mengatakan antara "satu hingga lima orang tewas setiap hari" di wilayah Gaza tempat tentara itu ditempatkan.

"Itu medan pembantaian," kata tentara tersebut.

Ancaman Kelaparan yang Sengaja Dirancang oleh Israel

Satu dari lima warga Palestina di Jalur Gaza menghadapi kelaparan akibat kelakuan Israel yang memblokir bantuan. 

Kekacauan di titik-titik distribusi bantuan menggarisbawahi tingkat kelaparan yang parah di Gaza.

Menurut laporan Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (Integrated Food Security Phase Classification/IPC) terbaru, sebanyak 1,95 juta orang atau 93 persen dari populasi di Jalur Gaza menghadapi kekurangan pangan akut.

Di Gaza Utara, ada beberapa wilayah di mana para penduduknya mengalami kelaparan yang lebih buruk.

IPC mengatakan, blokade Israel yang terus berlanjut "kemungkinan besar akan mengakibatkan perpindahan massal lebih lanjut di dalam dan di antara berbagai wilayah," karena barang kebutuhan untuk kelangsungan hidup warga akan habis.

(Rizki A.)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.