Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi
TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember, Jawa Timur turut menyoroti wacana penutupan jalur Gumitir Jember-Banyuwangi selama dua bulan.
Anggota Komisi B DPRD Jember Wahyu Prayudi Nugroho menilai jika jalan nasional tersebut ditutup selama pengerjaan proyek, hal itu akan berdampak terhadap distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Bumi Pandalungan.
"Karena depo penyaluran BBM di Jember ada di Banyuwangi, karena depo di Banyuwangi mendistribusikan BBM di wilayah Jember, Bondowoso, Lumajang," ujarnya, Rabu (2/7/2025).
Menurutnya, pengiriman BBM tersebut bisa dilakukan lewat Kecamatan Tapen atau Jalur Arak-arak Kabupaten Bondowoso.
"Tetapi jalur arak-arak tidak memungkinkan untuk jalur tangki distribusi BBM. Apalagi di Bondowoso saya dengar ada jembatan yang sekarang tahap perbaikan. Kalau belum selesai pasti berdampak pada distribusi BBM," kata pria yang akrab disapa Nuki ini.
Nuki mengungkapkan, pendistribusian BBM di Jember yang sangat memungkinkan dilakukan melalui Lumajang, tetapi jarak tempuhnya terlalu jauh.
"Apakah ini sudah diantisipasi oleh Pertamina atau belum, kami belum tahu. Maka kami akan segera koordinasi dengan Pertamina mengenai antisipasi apa yang akan dilakukan," ungkapnya.
Legislatif Fraksi PDI Perjuangan ini BBM merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Mengingat ada 40 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kebupaten Jember.
"Setiap SPBU kebutuhannya berbeda-beda, ada SPBU yang setiap harinya butuh 20 ribu liter hingga 30 ribu liter perhari," ulas Nuki.
Nuki merinci setiap hari setidaknya ada 40 hingga 50 tangki BBM perhari dari Banyuwangi ke Jember. Kata dia, dengan penutupan jalur Gumitir itu, Pertamina perlu segera menata ulang peta distribusinya.
"Penutupan jalur Gumitir ini bukan hanya berimbas di BBM saja, tetapi juga kebutuhan logistik lainnya. Bahkan kemungkinan bisa terjadi inflasi harga kebutuhan pokok lainnya nantinya," tuturnya.