TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Tragedi pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), jatuh dan meninggal di jurang Gunung Rinjani mendorong Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengevaluasi total prosedur keamanan pendakian. Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni kini menggagas penerapan gelang pelacak berbasis RFID serta syarat pendakian berbasis level kesulitan gunung.
Rencana itu disampaikan Menhut dalam rapat evaluasi di kantor Kemenhut, Jakarta, Rabu (2/7/2025), yang turut menghadirkan para relawan lapangan seperti Abdul Haris Agam (Agam Rinjani), Herna Hadi Prasetyo, Mustiadi, dan Samsul Padli dari Unit SAR Lombok Timur.
Turut hadir pejabat Kemenhut seperti Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi Nandang Prihadi dan Kepala Balai TN Gunung Rinjani Yarman.
“Saya ingin ada perbaikan di Taman Nasional. Kita harus hati-hati sekali tentang pengelolaan Taman Nasional untuk pendakian,” kata Raja Juli Antoni.
Menhut menilai makna “keselamatan adalah prioritas” perlu dijabarkan secara teknis dengan melibatkan pihak yang setiap hari menghadapi medan langsung seperti porter, pemandu, dan petugas lapangan.
“Penting bagi kita untuk mendefinisikan safety first ini seperti apa measurement-nya. Ini dapat diperoleh dengan prinsip teori partisipatif melibatkan orang-orang yang memang berada di lapangan,” ujarnya.
Salah satu yang kini digodok adalah penerapan gelang pelacak dengan teknologi RFID (Radio Frequency Identification).
Gelang RFID ini memungkinkan pelacakan posisi pendaki secara real-time, dan sudah lebih dulu diuji coba di Gunung Merbabu.
“Terkait dengan rencana gelang RFID, harus segera diimplementasikan,” kata Raja Antoni.
Selain gelang pelacak, Menhut juga mengusulkan adanya prasyarat pendakian berbasis level kesulitan gunung.
Sistem ini dinilai penting untuk mencegah pendaki gunung pemula masuk ke jalur ekstrem tanpa persiapan yang memadai.
“Saya punya ide untuk membuat ketentuan prasyarat pendakian yang didasari level kesulitan suatu gunung,” terangnya.
Juliana Marins dilaporkan jatuh ke jurang di kawasan Danau Segara Anak, Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Sabtu (21/6/2025) sekitar pukul 06.30 WITA.
Ia mendaki melalui jalur Sembalun sejak 20 Juni 2025 bersama 12 orang lain.
Insiden terjadi di titik Cemara Nunggal, jalur menuju puncak.
Proses pencarian melibatkan tim gabungan dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), TNI, Polri, BPBD, Damkar, dan relawan. Pada Senin (23/6/2025), Juliana terdeteksi oleh drone thermal, terlihat tersangkut di tebing sedalam 500 meter.
Upaya evakuasi sempat terkendala medan terjal dan cuaca buruk. Juliana sempat merosot hingga kedalaman 600 meter sebelum akhirnya berhasil dievakuasi pada pukul 13.51 WITA, dalam kondisi meninggal dunia.