TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menguatnya isu sustainability dan ekonomi hijau di dunia membuat permintaan produk plastik daur ulang meningkat tajam yang imbasnya juga terjadi di Indonesia.
Hal itu dirasakan oleh industri daur ulang plastik PT Polindo Utama. Salah satu perusahaan pionir industri daur ulang plastik di Tanah Air ini sampai menambah kapasitas daur ulang plastiknya demi memenuhi lonjakan permintaan pasar global.
Daniel Lawrence Angelo Law, Presiden Direktur PT Polindo Utama mengatakan, baru-baru ini, pihaknya mendapat dukungan investasi dari Circulate Capital, perusahaan pengelola dana berbasis lingkungan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan plastik PET dan memperluas jenis plastik lain yang dapat didaur ulang.
"Langkah strategis ini diambil sebagai respons atas meningkatnya permintaan pasar global terhadap material daur ulang yang tidak hanya berkualitas tinggi, tetapi juga dapat ditelusuri dan diproduksi secara etis," kata Daniel dikutip Jumat, 4 Juli 2025.
Menurut Daniel, hal ini bukan sekadar tambahan modal, tapi kepercayaan terhadap masa depan industri daur ulang di Indonesia.
“Dari awal kami percaya, daur ulang yang sesungguhnya bukan hanya tentang mengolah sampah, tapi tentang membangun sistem yang berdampak baik untuk lingkungan, maupun untuk masyarakat,” lanjut Daniel.
Nurdiana Darus, Head of Sustainability and Corporate Affairs Unilever Indonesia, mengatakan, pelaku daur ulang memainkan peran penting dalam mengatasi permasalahan sampah dan mendorong terciptanya ekonomi sirkular.
“Pelaku daur ulang memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan pengelolaan sampah dan mendorong ekonomi sirkular di Indonesia," kata Nurdiana.
Menurutnya, investasi ini mendukung pengembangan infrastruktur daur ulang yang inklusif di Indonesia, seiring upaya kami mewujudkan ambisi bersama untuk mengakhiri polusi plastik – melalui pengurangan, sirkulasi, dan kolaborasi.
"Dengan bekerja sama di seluruh rantai nilai dan membangun kemampuan serta sistem daur ulang bersama, kita dapat mencapai skala ekonomi yang dibutuhkan agar plastik tetap memiliki fungsi, tidak mencemari lingkungan, serta meningkatkan akses terhadap bahan daur ulang," kata Nurdiana.
Saat ini, Polindo mengolah lebih dari 2,8 miliar botol plastik pascakonsumsi setiap tahun. Botol-botol ini diubah menjadi bahan baku daur ulang berkualitas tinggi untuk berbagai sektor industri, mulai dari makanan dan minuman hingga tekstil.
Proses dilakukan secara menyeluruh, dari pengumpulan hingga produksi flake dan pellet, dengan standar mutu yang ketat.
Daniel menekankan bahwa ekspansi ini bukan hanya soal peningkatan produksi, tetapi juga tentang membuka akses lapangan kerja bagi masyarakat.
“Pertumbuhan yang kami jalankan selalu kami upayakan membawa dampak langsung bagi masyarakat. Setiap fasilitas baru yang kami bangun akan menciptakan lebih banyak pekerjaan, lebih banyak keluarga yang terbantu,” ujarnya.
Rob Kaplan, pendiri dan CEO Circulate Capital menilai Polindo sebagai mitra yang ideal karena memiliki pengalaman dan kemampuan untuk tumbuh lebih besar.
“Polindo adalah tipe mitra yang memang kami cari, mereka sudah terbukti handal, punya rekam jejak yang kuat, serta visi dan kemampuan untuk tumbuh lebih besar dengan dukungan yang tepat,” ujar Rob Kaplan.
“Dengan membangun rantai pasok yang kuat dan transparan, Polindo tidak hanya membantu memenuhi permintaan pasar akan bahan daur ulang berkualitas tinggi, tapi juga menciptakan dampak nyata bagi dunia usaha, iklim, dan masyarakat.”
Hal senada disampaikan oleh Dondi Hananto, Associate Investment Partner Asia Tenggara sekaligus Head of Indonesia di Circulate Capital.
“Indonesia merupakan salah satu peluang paling dinamis untuk memperluas solusi ekonomi sirkular secara global,” ujarnya.
“Dengan kombinasi yang tepat antara modal pertumbuhan, dukungan teknis, dan akses pasar, perusahaan seperti Polindo dapat menjadi juara nasional dan regional dalam menutup siklus limbah plastik.”
Ke depan, Polindo berencana membangun fasilitas daur ulang baru di berbagai daerah di Indonesia. Tak hanya fokus pada PET, Polindo juga akan memperluas pengelolaan terhadap berbagai jenis plastik lain yang belum tertangani secara optimal.
“Kami ingin menghadirkan sistem pengelolaan sampah yang lebih inklusif, terstandar, dan menjawab tantangan lingkungan dengan cara yang konkret,” kata Daniel.