Pontjo Sutowo: Indonesia Perlu Meniru Finlandia Bangun Ekonomi Berbasis Pengetahuan
Erik S July 05, 2025 05:32 PM

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo, menegaskan pentingnya penguasaan teknologi bagi kemajuan bangsa di era ekonomi global yang makin kompetitif.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema Penyusunan Peta Jalan Penguatan Sistem Inovasi Nasional, Pontjo mencontohkan bagaimana Finlandia berhasil mentransformasi ekonominya melalui inovasi teknologi yang dipimpin oleh perusahaan raksasa Nokia.

“Finlandia dulu ekonominya berbasis sumber daya alam, mirip Indonesia. Namun, berkat penguatan ekosistem inovasi nasional, Nokia menjadi motor yang mendorong transisi ke ekonomi berbasis sains dan teknologi,” ujar Pontjo di Jakarta, Jumat (4/7/2025).

Menurutnya, pengalaman Finlandia adalah bukti konkret peran strategis dunia usaha dalam menciptakan daya saing dan kesejahteraan masyarakat.

Nokia tidak hanya menjadi produsen ponsel global, tetapi juga pusat riset dan pengembangan yang memacu lahirnya ribuan inovasi dan perusahaan teknologi baru.

Dampaknya, ekonomi Finlandia tumbuh lebih tangguh dan berkelanjutan.

Pontjo menilai Indonesia memiliki modal sumber daya alam melimpah, tetapi belum mampu menjadikannya sebagai keunggulan kompetitif yang berpihak pada kesejahteraan rakyat.

“Belajar dari Finlandia dan Nokia, Indonesia harus berani mentransformasikan diri menuju knowledge-based economy,” tegasnya.

Data Global Innovation Index 2023 yang dirilis World Intellectual Property Organization (WIPO) menempatkan Indonesia di peringkat 61 dari 132 negara, tertinggal dari sebagian besar negara Asean. 

Rendahnya penguasaan sains dan teknologi menjadi faktor utama yang menghambat akselerasi inovasi nasional.

Pontjo menggarisbawahi perlunya membangun ekosistem inovasi yang kondusif melalui sinergi triple helix: pemerintah, perguruan tinggi/lembaga riset, dan dunia usaha.

“Di Finlandia, pemerintah memberikan insentif riset, universitas menjadi pusat inovasi, dan Nokia memimpin hilirisasi teknologi ke pasar global. Ini satu paket ekosistem yang saling mendukung,” ujarnya.

Sayangnya, di Indonesia, jurang antara riset kampus dan kebutuhan industri masih sangat lebar, memunculkan apa yang disebut Valley of Death.

Akibatnya, banyak hasil riset berhenti di atas kertas dan gagal menjadi produk inovatif yang berdampak pada perekonomian.

Pontjo pun mengajak kalangan pengusaha Indonesia untuk meneladani peran Nokia yang tidak sekadar mencari keuntungan, tetapi juga menjadi lokomotif inovasi nasional.

“Pengusaha tidak cukup hanya menjadi benefit seekers. Mereka harus mengambil tanggung jawab konstitusional membela negara melalui penguasaan teknologi,” tegasnya.

FGD ini menghadirkan sejumlah pakar, di antaranya Wakil Kepala BRIN Laksdya (Purn) Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof. Ir. Sri Widiyantoro, akademisi UI Ninasapti Triaswati, dan Ketua CTIS Wendy Aritenang.

Diskusi menjadi bagian dari penyusunan peta jalan penguatan sistem inovasi nasional yang akan disampaikan kepada pemerintah sebagai kontribusi cendekiawan untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam penguasaan teknologi.

Dengan belajar dari keberhasilan Finlandia dan Nokia, Indonesia diharapkan dapat segera membangun ekosistem inovasi yang kokoh, mempersempit jarak antara riset dan industri, serta menciptakan pertumbuhan ekonomi berbasis pengetahuan demi kesejahteraan rakyat.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.