TRIBUNJATIM.COM - Puasa Asyura 10 Muharram 1447 Hijriah, jatuh pada Minggu 6 Juli 2025.
Pasalnya 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat 27 Juni 2025.
Melakukan Puasa Asyura merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan.
Lantas bagaimana jika masih punya utang puasa Ramadan? Apakah boleh bayar utang puasa atau qadha puasa Ramadan dengan Puasa Asyura?
Berikut penjelasan Buya Yahya.
"Sunnah yang dikumpulkan dalam puasa boleh digabung, kalau sholat tidak. Namun kalau puasa sunnah digabung dengan puasa fardhu tidak boleh," terang Buya Yahya dikutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, dilansir dari Banjarmasin Post.
Nilai pahalanya bagi umat Islam yang melaksanakan beberapa puasa sunnah, akan mendapat dua pahala atau lebih sekaligus, tergantung berapa jenis puasa yang digabung.
Sedangkan menggabung puasa wajib dengan puasa sunnah hukumnya tidak sah atau tidak boleh dilakukan.
Misalnya pada 10 Muharram ada yang ingin sekaligus Puasa Asyura dan qadha utang Ramadhan, tidak boleh demikian.
"Namun, jika ada yang ingin qadha puasa Ramadhan pada tanggal 10 Muharram, bayar saja utang tanggal 10 itu dengan niat bayar utang Ramadhan, sah," tutur Buya Yahya.
Adanya demikian, akan mendapatkan pahala qadha atau utang puasa terlunasi sekalian mendapatkan pahala Puasa Asyura dan puasa Senin Kamis.
Namun, dalam pelaksanaannya tidak perlu memasukkan niat puasa sunnah, cukup niat qadha saja.
Selanjutnya, bagi wanita yang uzur atau sedang haid di tanggal 10 Muharram namun ingin sekali mengerjakan Puasa Asyura maka bisa memanfaatkan waktu selama haid untuk berdzikir atau shalawat kepada Allah SWT, karena diharamkan berpuasa dalam keadaan tidak suci.
"Kalau Anda memang sudah bercita-cita dari jauh-jauh hari, berniat sungguh-sungguh ingin puasa 10 Muharram dan Allah Maha Mengetahui, biarpun Anda dalam keadaan uzur, Anda sudah mendapatkan pahala," urai Buya Yahya.
Kendati demikian tidak ada amalan pengganti setara Puasa Asyura.
Namun Allah Maha Kasih tetap memberikan pahala kepada muslimah yang menyesal tak dapat berpuasa Asyura.
Buya Yahya menjelaskan niat puasa tidak harus diucapkan secara lisan menggunakan lafadz dalam Bahasa Arab.
"Kalau Anda ucapkan boleh-boleh saja, dipermudah saja, gara-gara diajari niat Bahasa Arab lalu tidak hafal kemudian tidak puasa nanti. Yang penting sebut nama puasanya misal Ya Allah hamba ingin Puasa Asyura tanggal 10 Muharram nanti, Allah sudah paham," paparnya.
Waktu pelaksanaan niat dimulai saat maghrib sehari sebelum hari berpuasa atau bisa disebut malam harinya sebelum esok berpuasa.
Ini karena maghrib telah masuk waktu berikutnya dalam aturan Islam.
Cara berniat untuk Puasa Asyura, Buya Yahya mencontohkan langsung saja menyebut nama puasanya dalam hati, misalnya Aku niat Puasa Asyura.
Namun yang terbiasa melafadzkannya bisa mengucapkan niat tersebut sesuai lafadz niat yang ada di artikel ini.
Adapun cara menggabungkan niat puasa sunnah, misalnya Puasa Asyura dengan Puasa Senin Kamis, langsung saja niat disebutkan satu persatu.
Niat Puasa Asyura:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sunnati Asyurai lillahi Ta’ala
Artinya: Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT. (Hurriyati Aliyah/ Nashih)
Qadha Puasa Ramadhan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’I fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ.
Artinya:
Aku berniat untuk mengqadha puasa Bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.
Keistimewaan Bulan Muharram
Seperti diketahui bulan Muharram merupakan satu di antara 12 bulan yang ada dalam kalender Hijriah.
Dua belas bulan dalam kalender Hijriah di antaranya Muharram, Safar, Robi'ul Awal, Robi'ul Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo'idah, dan Dzulhijjah.
Dari 12 bulan tersebut, Allah juga menjadikan sebagian bulan lebih utama daripada sebagian yang lain, dan bulan Muharram masuk di dalamnya.
Sebagaimana firman-Nya.
"Di antaranya ada empat bulan yang haram, itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan empat itu." (At-Taubah:36).
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW:
"Sesungguhnya Allah membuka tahun dengan bulan haram (bulan Muharam) dan mengakhirinya pula dengan bulan Haram (bulan Dzulhijjah). Maka tiada bulan dalam satu tahun lebih agung di sisi Allah setelah bulan Ramadhan daripada bulan Muharam."