TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO – Hanya butuh waktu tiga menit berjalan kaki dari lobi mewah Sheraton Grand Rio Hotel & Resort yang menjadi tempat Presiden Prabowo Subianto menginap selama Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025, terbentang sebuah dunia yang jauh berbeda.
Tempat itu merupakan Favela Vidigal yang juga satu dari ribuan permukiman kumuh di Rio de Janeiro.
Di sinilah kontras Rio de Janeiro tampil paling telanjang.
Di satu sisi, hotel bintang lima dengan fasilitas spa, private beach, dan ballroom diplomatik.
Di sisi lain, rumah-rumah bata ekspos bertumpuk di lereng bukit curam, kabel listrik menjuntai tak beraturan, dan lalu lintas motor-motor kecil meliuk di jalan sempit.
Vidigal terletak di lereng Morro Dois Irmaos.
Adapun Vidigal dikenal sebagai salah satu favela dengan pemandangan paling spektakuler di Rio.
Dari atas sana, bisa terlihat langsung Samudera Atlantik, Pantai Ipanema, dan skyline Kota Samba.
Bisa jadi favela ini merupakan tempat yang menyajikan pemandangan paling indah.
Namun, di balik keindahan itu, kehidupan warga Vidigal menyimpan tantangan yang tidak ringan.
Warga tinggal di rumah sempit, sebagian tanpa akses air bersih, dan hidup berdampingan dengan ketegangan antara kelompok kriminal dan aparat keamanan.
Usut punya usut, awal tahun 2000-an, Vidigal dikenal sebagai zona rawan yang dikuasai geng narkoba seperti Amigos dos Amigos (ADA).
Namun, setelah 2011, aparat mulai masuk dan menetapkan Pos Polisi Pacificador (UPP) di dalam wilayah ini.
Sejak saat itu, perlahan-lahan Vidigal berubah.
Wisatawan mulai berdatangan. Muncul hostel, bar rooftop, hingga galeri seni.
Tur hiking memang jadi daya tarik utama.
Jalurnya dimulai dari dalam favela, menyusuri jalanan tanah dan semak belukar, lalu menembus hutan kota hingga ke puncak tebing.
Meski turis makin ramai, Vidigal bukanlah taman bermain yang aman.
Tempat ini adalah komunitas hidup dengan sejarah panjang hingga kemiskinan struktural.
Saat ini, kabarnya Vidigal termasuk favela yang relatif aman dikunjungi siang hari, apalagi dengan pemandu lokal.
Namun, kabarnya sesekali masih terdengar suara tembakan di malam hari, pertanda bahwa keamanan di wilayah ini masih rapuh.
Bahkan kabarnya sejumlah tamu hotel Sheraton sempat kaget melihat pemandangan malam dari balkon kamar.
Lampu-lampu rumah kecil menyala di lereng bukit, sesekali disusul letusan kecil yang entah dari mana asalnya.