TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Puluhan kader Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Kota Semarang yang didominasi para ibu, mengikuti kegiatan sosialisasi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) sebagai upaya percepatan penanganan stunting di wilayahnya.
Mereka kompak mengenakan batik hijau dan hijab putih-hijau duduk di puluhan kursi yang berada di aula kantor Kecamatan Semarang, Minggu (6/7/2025).
Mereka mendengarkan berbagai materi yang disampaikan narasumber mulai dari pemenuhan gizi untuk tumbuh kembang optimal di 1.000 HPK, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, hingga pemberian makanan pendamping Asi (MPASI).
Selain itu, juga demo pemorsian MPASI.
Ketua Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kota Semarang, Hj Istighfaroh menjelaskan, ini menjadi ruang pembekalan bagi para kader Fatayat yang menjadi kader PMBA agar mampu mendampingi secara langsung ibu hamil dan ibu dengan balita di lingkungan masing-masing.
"Jadi nanti setelah adanya PMBA ini diharapkan para kader yang sudah mendapatkan sosialisasi bisa memberikan pendampingan kepada ibu hamil ataupun ibu yang mempunyai baduta (bayi di bawah dua tahun) agar tercukupi gizi makanannya sesuai dengan yang diajarkan atau sesuai dengan aturannya, sehingga ibu yang menyusui, hamil, dan anak yang di usia 1.000 hari pertama tadi sehat dan insya Allah bisa terjaga tahun selanjutnya," terang Istighfaroh di sela kegiatan.
Istighfaroh menyebutkan, kegiatan dari PW Fatayat NU Jawa Tengah ini didukung Unicef dan Tanoto Foundation.
Kegiatan ini melibatkan kader dari 16 kecamatan di Kota Semarang, masing-masing diwakili tiga kader aktif dari tingkat kecamatan hingga kelurahan dan RW, serta melibatkan majelis taklim.
Dengan struktur organisasi yang menjangkau hingga ke level akar rumput, para kader diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam pencegahan stunting melalui edukasi dan pendampingan gizi.
Selain dari Fatayat, kegiatan ini juga dihadiri oleh perwakilan LKKNU Kota Semarang. Mereka menekankan pentingnya keterlibatan aktif masyarakat.
“Mereka paham kondisi di lapangan karena bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Jadi setelah pelatihan ini, kami harap bisa ada pendampingan aktif — misalnya memastikan ibu hamil rutin kontrol ke fasilitas kesehatan dan tahu asupan gizi yang tepat,” imbuhnya.
Manager Program Kerja Sama antara Fatayat NU Jawa Tengah dan Unicef, Umi Hanik menyebutkan, sejak Juni 2024 hingga Juni 2025, pihaknya telah melakukan monitoring ke sekitar 46.000 ibu hamil dan ibu Baduta.
"Kami door to door dengan memberikan minimal satu pesan fungsi pencegahan stunting ke ibu hamil atau ibu yang memiliki bayi di bawah 2 tahun," jelasnya.
Ia memaparkan, pesan utama yang mereka sampaikan adalah pentingnya pemeriksaan kehamilan minimal tiga kali, serta edukasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif.
“Biasanya di trimester ketiga, kami mulai edukasi lebih dalam soal ASI eksklusif dan MPASI yang benar.
Kami tekankan bahwa MPASI tidak harus mahal atau ribet.
MPASI itu ya apa yang dimakan keluarga, yang penting kandungan gizinya tercukupi, terutama protein hewani,” jelasnya.
Kepala Dinkes Kota Semarang M Abdul Hakam mengatakan, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kota Semarang, prevalensi stunting pada 2024 mencapai 11,2 persen.
Menurutnya, angka itu menurun dari tahun sebelumnya.
"Jadi kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya SKI ini 15,7 (persen). Sebetulnya cukup lumayan," klaimnya.
Ia menyebut, penurunan angka ini merupakan hasil dari kolaborasi semua pihak.
"Mulai dari pemerintah dalam hal ini Kota Semarang, karena di situ kan juga ada teman-teman OPD lain.
Kemudian, tidak lupa juga sebetulnya garda terdepan adalah teman-teman yang di wilayah.
Nah, ini juga sebetulnya untuk terus memacu penurunan stunting di Kota Semarang," imbuhnya. (idy)