Riwayat Kutang Soroso, Penutup Dada Legendaris yang Indonesia Banget
Moh. Habib Asyhad July 14, 2025 04:34 PM

Kutang suroso, kutang legendaris yang Indonesia banget. Mulai populer sejak era kemerdekaan.

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Ada satu penutup dada, baca BH yang adalah buste-houder, yang pernah begitu populer di Indonesia. Namanya kutang suroso -- diperkirakan berasal dari nama Bapak Suroso, produsen kutang untuk perempuan-perempuan di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Bagaimana riwayat kutang suroso?

Sebelum abad ke-20, kutang atau BH masih dianggap tabu di Nusantara. Baru pada awal abad ke-20, tepatnya pada 1920, para perempuan Eropa memperkenalkan benda penutup dada ini yang dikenal sebagai buste-houder alias BH yang secara harafiah berarti penyangga payudara.

Menurut Nurlatifah Syari dalam tugas akhirnya untuk Jurusan Teknik Boga dan Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) berjudul "Kostum Tari Indhel dengan Sumber Ide Sesenteng", sebagaimana dikutip dari National Geographic Indonesia, hingga awal abad ke-19, di Jawa masih banyak perempuan yang bertelanjang dada dan mereka hanya mengenakan penutup di bagian bawah.

Persoalan kutang juga disinggung Remy Silado dalam novelnya berjudul Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil (2007). Dalam novel itu ada karakter Prancis-Spanyol bernama Lopez comte de Paris yang digambarkan sebagai pembantu setia Daendels dalam proyek Jalan Raya Pos.

Selama proyek itu banyak kejadian yang tak menyenangkan di mana banyak petugas lapangan yang berbuat nakal saat melihat para pekerja perempuan pribumi tak mengenakan kutang. "Coutant! (penutup payudara)," ujar Don Lopez berbicara dengan bahasa Prancis kepada para pekerja proyek wanita untuk menutupi bagian berharganya. Mereka mulai menyobek kain-kain putih untuk menutup bagian payudara yang kemudian dikenal sebagai 'kutang' sampai saat ini. Begitulah kisah Remy dalam novel itu.

Tak ada yang tahu persis kapan kutang pertama dipakai di Indonesia. Meski begitu, kata kutang sendiri diyakini berasal dari istilah Portugis "cotao" yang artinya kain halus berbahan kapas atau linen, tulis Paramita R. Abdurachman dalam Bunga Angin Portugis di Nusantara (2008).

Kutang semakin populer setelah Indonesia merdeka. Jenis kutang yang begitu terkenal saat itu adalah kutang suroso. MenurutSulistiyoningrum, sebagaimana dikutip dari NG Indonesia, kutang suroso adalah bentuk pengembangan pertama dari kutang di Indonesia.

Masih dari sumber yang sama, kutang suroso disebut berasal dari nama Bapak Suroso, produsen BH pada 1960-an. BH produksi Suroso menyebar di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sentra pembuatan kutang suroso sendiri sekarang berada di Juwiring, Klaten, Jawa Tengah.

"Bentuk dasar kutang merupakan bentuk pakaian yang tertua, bahkan sebelum orang mengenal adanya kain lembaran yang berupa tenun, orang sudah mengenal bentuk pakaian ini," jelasnya.

Menjelang 1980an, kutang suroso disebut banyak dipakai perempuan-perempuan lanjut usia. Alasannya, kataSulistiyoningrum, nyaman dipakai. Hal yang paling khas dari kutang Suroso adalah bagian kancing yang terletak di bagian muka, berbeda dengan kutang kiwari yang kancingnya di belakang.

Penulis Evy Sofia adalah salah satu sosok yang menaruh perhatian besar terhadap kutang suroso. Pemilik Reina Store yang menjual kutang suroso secara online itu bercerita tentang perkenalannya dengan kutang itu pada 2020 lalu.

Awalnya dia menganggap kutang itu biasa saja dan tak ada yang istimewa. Tapi yang membuatnya penasaran adalah mengapa masih banyak orang yang berminat dengan benda "purbakala" tersebut. Dan yang lebih membuatnya heran adalah ternyata para penyuka kurang suroso adalah para perempuan modis dan "fashionable".

"Jawabannya simpel," ungkap Evy. "Kearifan lokal yang dipadukan dengan kemampuan memasarkan insyaallah akan menghasilkan ledakan dahsyat. Mengubah mindset kutang suroso dari kekunoan menjadi kekinian itu tantangan besar."

Begitulah riwayat kutang suroso, kutang legendaris yang Indonesia banget.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.