Grid.ID - Mengenal pernikahan lavender yang banyak jadi polemik di dalam masyarakat. Ternyata begini dampaknya.
Pernikahan lavender menjadi salah satu topik yang kerap menjadi perbincangan dan menimbulkan polemik di masyarakat. Meski tidak banyak diketahui secara luas, fenomena ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama.
Pernikahan ini biasanya dijalani oleh pasangan dengan orientasi seksual yang tidak konvensional. Selain alasan sosial dan budaya, pernikahan jenis ini juga menyimpan berbagai dampak yang memengaruhi kehidupan pribadi para pelakunya.
Adapun, definisi dari pernikahan lavender yaitu hubungan yang terjalin antara seorang pria dan wanita di mana setidaknya salah satu dari mereka memiliki orientasi seksual yang berbeda. Orientasi seksual di sini bisa jadi homoseksual atau biseksual.
Pernikahan ini biasanya dilakukan bukan atas dasar cinta, melainkan untuk alasan lain. Melansir dari Kompas.com, istilah "lavender" sendiri merujuk pada warna yang secara tradisional dianggap melambangkan perpaduan gender.
Oleh karena itu, istilah ini menggambarkan ketidaksesuaian atau "non-konformitas" dalam hal gender dan orientasi seksual. Umumnya, lavender marriage diatur untuk menutupi orientasi seksual salah satu pasangan.
Hal ini agar terhindar dari tekanan sosial dan stigma yang masih kuat terhadap komunitas LGBTQ+ meskipun beberapa negara sudah melegalkan pernikahan sesama jenis. Selain untuk menghindari tekanan sosial, pernikahan ini juga bisa melindungi karier dan reputasi pasangan yang bersangkutan.
Selain itu, pernikahan seperti ini memberikan sejumlah keuntungan hukum dan finansial. Hal tersebut seperti pengurangan pajak, hak waris, serta tunjangan kesehatan.
Meskipun lavender marriage tidak banyak dibahas secara terbuka, praktik ini sebenarnya terjadi di berbagai belahan dunia. Pernikahan jenis ini bahkan beberapa kali ditemukan pada kalangan selebriti, politisi, dan tokoh terkenal lainnya.
Sementara itu, di masyarakat yang masih konservatif, individu dengan orientasi seksual minoritas kerap merasa terpaksa menyembunyikan identitas seksualnya. Mereka kemudian menggunakan pernikahan agar terhindar dari diskriminasi dan tekanan.
Selain itu, pernikahan ini juga berfungsi sebagai perlindungan karir, terutama di masa lalu. Hal ini karena jika mengakui orientasi seksual non-heteroseksual, maka bisa berdampak negatif terhadap pekerjaan, khususnya dalam bidang hiburan dan politik.
Beberapa pernikahan lavender juga dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga serta mengamankan hak waris. Melansir dari Tribun-Papua.com, istilah "lavender marriage" mulai dikenal sejak awal abad ke-20, khususnya di kalangan selebritas Hollywood.
Pada masa itu, homoseksualitas dianggap tabu dan dapat merusak reputasi seseorang. Karena hal itu, banyak aktor dan aktris memilih menikah dengan lawan jenis untuk menutupi orientasi seksual mereka.
Hal lain dari mengenal pernikahan lavender ini yaitu bisa membawa dampak yang kompleks bagi individu yang terlibat, seperti konflik batin antara identitas seksual dan tuntutan sosial, kesepian emosional karena kurangnya kedekatan yang sesungguhnya dengan pasangan. Selain itu, terdapat juga tekanan mental akibat harus menyembunyikan rahasia tersebut.
Di era modern, meskipun penerimaan terhadap komunitas LGBTQ+ semakin berkembang, pernikahan lavender masih terjadi dengan alasan yang berbeda. Faktor budaya masih menjadi hal utama karena masih mengedepankan norma pernikahan heteroseksual.
Kekhawatiran akan diskriminasi di lingkungan kerja atau sosial, serta keuntungan finansial seperti asuransi kesehatan dan hak waris juga bisa menjadi beberapa penyebab pernikahan jenis ini terjadi. Fenomena pernikahan lavender ini merupakan sebuah realitas sosial yang kompleks dengan sejarah panjang.