Alasan Bos BI Yakin Tarif Trump Jadi Berkah
GH News July 17, 2025 09:03 AM
Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyambut baik keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menurunkan tarif impor Indonesia dari 32% menjadi 19%. Secara keseluruhan hasil kesepakatan itu diklaim akan berdampak positif baik terhadap ekonomi maupun nilai tukar.

"Secara keseluruhan dapat kami sampaikan kami menyambut baik dan akan berdampak positif terhadap prospek ekonomi baik pertumbuhan ekonomi maupun nanti juga terhadap pasar keuangan, termasuk juga moneter dan nilai tukar ke depan," kata Perry dalam konferensi pers virtual, Rabu (16/7/2025).

Perry memandang kinerja ekspor Indonesia ke depan termasuk ke AS akan tetap baik dengan hasil perundingan ini. Meskipun adanya beberapa syarat dari Trump akan membanjiri produk dari AS.

"Tentu saja hasil perundingan ini akan meningkatkan impor, tapi tentu saja kita lihat impornya yang produktif yang tentu saja akan juga mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan baik investasi maupun secara sektor yang lain. Sehingga secara keseluruhan tentu saja dalam ke depannya ini juga akan mendukung prospek ekonomi kita khususnya dari perdagangan," ucap Perry.

Kemudian Perry melihat dampaknya terhadap pasar keuangan akan positif karena memberikan kepastian para pelaku pasar baik dalam dan luar negeri untuk membuat perkiraan dan keputusan-keputusan ke depan.

"Secara keseluruhan juga akan berdampak positif terhadap ekspektasi pasar dan aliran modal asing jangka pendek ke Indonesia. Termasuk juga ini akan memperbaiki ekspektasi para pengusaha dan juga para pelaku di sektor keuangan perbankan untuk membuat keputusan-keputusan bisnis ke depan," tuturnya.

Perry menyebut pihaknya akan melakukan pendalaman lebih rinci terkait dampak-dampak kesepakatan tarif Trump baik terhadap pertumbuhan ekonomi, neraca perdagangan, maupun terhadap pasar keuangan.

"Secara rincinya tentu saja pada waktunya kami akan menyampaikan hasil assessment secara rinci," ucap Perry.

Dana Asing Serbu RI

Perry melihat terjadi pergeseran aliran modal keluar dari AS ke Eropa dan negara berkembang termasuk Indonesia. Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya risiko ekonomi AS akibat kebijakan tarif Trump.

Perry mengatakan aliran modal asing yang masuk ke instrumen Surat Berharga Negara (SBN) pada awal triwulan III-2025 (hingga 14 Juli 2025) mencapai US$ 900 juta. Jumlah itu melanjutkan net inflow pada triwulan II-2025 sebesar US$ 1,6 miliar.

"Aliran masuk modal asing ke instrumen portofolio domestik terus berlanjut dipengaruhi tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia, tingginya imbal hasil instrumen keuangan Indonesia dan bergesernya aliran modal ke negara berkembang termasuk Indonesia sejalan dengan meningkatnya risiko ekonomi AS," kata Perry.

Perry menyebut perkembangan ini mendorong berlanjutnya pelemahan indeks mata uang dolar AS terhadap mata uang negara maju (DXY) dan negara berkembang (ADXY). Tercatat nilai tukar Rupiah pada Juni 2025 menguat sebesar 0,34% (ptp) dibandingkan dengan posisi akhir bulan sebelumnya.

"Perkembangan terkini hingga pertengahan Juli 2025 (hingga 15 Juli 2025) menunjukkan Rupiah tetap stabil di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Secara umum perkembangan Rupiah relatif stabil bila dibandingkan dengan kelompok mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia dan terhadap kelompok mata uang negara maju di luar dolar AS, sehingga tetap mendukung daya saing ekspor Indonesia," tutur Perry.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.